pertama melotot dan orang kedua ketakutan. Model S-R mengabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang
berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S-R ini bahwa perilaku respons manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi
dianggap sebagai statis, yang menganggap manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar stimulus, bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan
bebasnya.
20
II.4. MEDIA BUKU
Keunggulan Teori S-R ini dibandingkan dengan teori yang lain adalah setiap komunikator mampu menghasilkan stimuli dalam bentuk informasi, yakni dalam
bentuk tanda dan simbol. Sekalipun bagian terbesar dalam lingkungan informasi, medan stimulus, tersusun secara acak dan tanpa struktur, stimuli yang dihasilkan oleh
komunikator telah terstruktur dan terorganisasi dan lebih mudah untuk diidentifikasi dan ditafsirkan sebagai kumpulan stimulus informatif yang dikeluarkan oleh si
komunikator Fisher, 1993: 203.
”Stimulus dalam teori S-R ini adalah sumber source, pesan message, saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan channel, dan sasaran atau target
receiver” Azwar, 2007: 71. ”Efek-efek dari penyampaian pesan yang terjadi pada komunikan antara lain mengubah opini, sikap, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi”
Effendy, 2003: 255.
Menurut Asep Saeful Mustadi sekurang-kurangnya ada tiga jenis media cetak: surat kabar, majalah dan buku. Ketika radio dan televisi secara berturut-turut muncul
sebagai media massa, kelompok pesimistis meramalkan akan suramnya masa depan dunia perbukuan. Termasuk juga media cetak lainnya, buku akan tergeser oleh
perkembangan media informasi elektronik. Kecenderungan masyarakat berubah bersamaan dengan semakin kuatnya efek media elektronik. Akan tetapi, kenyataan
menunjukkan sebaliknya. Buku tetap survive, dan bahkan merupakan media yang amat penting dalam kehidupan manusia. Buku menawarkan informasi penting tentang
ilmu pengetahuan; buku menyajikan hiburan bagi para pembacanya; buku menjadi teman yang paling dekat bagi para penggemarnya. Berbeda dengan radio dan televisi,
buku dapat dinikmati ulang dan berulang-ulang. Karenanya, ia mampu melakukan reformasi peradaban manusia, di manapun di dunia ini.
Di Amerika, perusahaan penerbitan buku mulai berkembang berbarengan dengan penemuan dan pertumbuhan industri mesin cetak. Sebuah perusahaan yang
menggunakan mesin-mesin tersebut mulai memformat buku dan merancang ukurannya sesuai dengan kepentingan individu dan pemerintahan. Sejak saat itu
penerbitan buku mulai berkembang, sehingga menjadi bahan bacaan yang dinikmati masyarakat. Sedangkan efek media massa buku pertama kali teramati dan muncul ke
permukaan sejak terbitnya “dime novel” novel picisan karya E. F. Beadle yang kemudian menjadi sangat populer pada akhir abad ke-19. Novel-novel Beadle rata-
rata pendek-pendek, dengan harga yang cukup murah serta mudah didapat, dan berisikan tentang kisah-kisah kehidupan Barat.
Jurnalistik buku kini telah menempati posisi penting sebagai sumber segala
20
Deddy Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, PT. Remaja Rosdakarya, 2007, halaman 143-145
Universitas Sumatera Utara
informasi: dari yang bersifat hiburan, keterampilan praktis, hingga yang lebih bersifat ilmiah. Dari sisi bentuk dan penampilannya, buku menyajikan yang terbaik buat
pembaca, seperti personal book, fotonovel dan lain sebagainya. Bahkan untuk meningkatkan daya tarik pembaca, kini buku dilengkapi dengan ilustrasi gambar dan
foto, sehingga sepintas tampak seperti majalah berukuran tebal.
21
II.5. JURNALISTIK FOTO