29
bangsa. Negara jangan sampai kalah terhadap tekanan dari kelompok- kelompok “radikal” dan yang tidak menginginkan kehidupan yang
rukun.
36
4. Penelitian yang dilakukan oleh Marzuki tentang “Kerukunan Antar Umat
Beragama dalam Wacana Masyarakat Madani: Analisis Isi Piagam Madinah dan Relevansinya Bagi Indonesia”
37
. Hasil penelitiannya menunjukan: a.
Piagam Madinah adalah kumpulan naskah yang berisi perjanjian yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan kaum Muslim, baik dari
golongan Muhajirin maupun golongan Anshar, dan perjanjian antara
Nabi Muhammad SAW dengan kaum Yahudi di Madinah. Piagam ini terdiri dari 47 pasal yang mengatur masalah kesatuan umat bangsa di
Madinah, kesediaan untuk saling membantu, saling menasehati, saling membela, dan menghormati kebebasan beragama.
b.
Piagam Madinah mengatur dengan tegas kebebasan beragama bagi para penganut agama yang ada di Madinah, terutama kaum Muslim dan kaum
Yahudi. Sebagai kepala negara, Nabi menjamin hak semua rakyat
Madinah, baik Muslim maupun non-Muslim dalam melakukan aktivitas keagamaan. Nabi akan menindak tegas siapa pun yang melakukan
pengkhianatan terhadap perjanjian yang sudah dibuat dalam Piagam
Madinah. c.
Kerukunan umat beragama di Indonesia pada prinsipnya sudah di atur dengan baik. Berbagai aturan sudah dibuat oleh pemerintah untuk
melaksanakannya. Aturanaturan ini tidak jauh berbeda dengan aturan
yang tertuang dalam Piagam Madinah. Jika pada akhirnya muncul berbagai konflik antarumat beragama di Indonesia, hal ini tidak semata-
mata terkait dengan masalah agama belaka, tetapi sudah ditunggangi oleh berbagai kepentingan, terutama kepentingan politik.
36
LEMHANAS RI, Membangun Kerukunan Umat Beragama Guna Terwujudnya Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Dalam Rangka Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian
LEMHANAS RI, edisi 14, Desember, 2012.
37
Marzuki, Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Wacana Masyarakat Madani: Analisis Isi Piagam Madinah dan Relevansinya Bagi Indonesia, dalam Jurnal, 2006.
30
C. Kerangka Berfikir
Setiap orang selalu ingin hidup rukun dengan siapa saja, baik dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam pekerjaan, dimana dan kapan dan dengan
siapa saja, setiap orang selalu menginginkan kjerukunan, ketenangan, perdamaian. Semua orang yang sungguh-sungguh ingin atau berkehendak baik
tentu ingin hidup damai dalam hidupnya. Ini memang keinginan yang sangat luhur.
Oleh karena itu semua orang selalu berusaha bagaimana dapat menciptakan suasana hidup rukun dimana saja berada. Namun disadari atau
tidak, bahwa perdamaian atau kerukunan, ketentraman itu bukan sesuatu yang akan terjadi dengan sendirinya, tetapi kita sendiri yang harus berusaha untuk
membina perdamaian, ketentraman, persatuan, kerukunan dalam lingkungan kita sendiri, entah itu dalam rumah tangga, dalam antar tetangga, dalam suku
bangsa, negara maupun di dunia. Dan untuk mewujudkan semua itu perlu adanya pembinaan kerukunan
yang memiliki landasan yang sama, yang disetujui bersama dan ditaati bersama oleh semua masyarakat dalam ruang lingkup tertentu. Maksud dari landasan
disini adalah bertitik tolak pada kenyataan bahwa kita hidup sebagai mahluk sosial, mahluk yang tidak dapat hidup sendirian, mahluk yang selalu
membutuhkan orang lain. Sebab tanpa orang lain kita tidak dapat berkembang dalam segala hal.
Hal tersebut terjadi di dalam masyarakat Cigugur. Dimana masyarakat yang beragam agama dan kepercayaan bisa hidup rukun berdampingan dan
harmonis dalam menjalankan rutinitas sehari-hari, baik dalam segi peribadatan, bertetangga maupun bermasyarakat. Merekapun turut aktif berpartisipasi dalam
semua acara-acara agama tertentu tanpa membedakan agama yang ia yakini. Selain keberagaman yang terjadi diatas, keberagaman pun terjadi dalam
satu keluarga, banyak masyarakat Cigugur yang mengalami perbedaan keyakinan tersebut. Tetapi masyarakat Cigugur tetap bisa hidup berdampingan
dengan rukun, tanpa terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh perbedaan agama atau keyakinan.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat Cigugur
31
baik itu para penganut Islam, Kristen atau kepercayaan Sunda Wiwitan menjalankan pola-pola interaksi atau upaya-upaya menciptakan kerukunan
yang selama ini terjalin dengan baik dan mereka mempertahankannya sehingga kondisi kerukunan itu bisa tetap bisa terlaksana hingga saat ini.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneltian ini dilakasanakan pada semester VIII tahun 2013. Peneletian dilaksanakan di desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat.
B. Latar Penelitian
Desa Cigugur terletakdi lereng Gunung Ciremai, Secara administratif, Cigugur terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang berjarak sekitar
35 km ke arah selatan kota Cirebon, atau sekitar 168 km dari kota Bandung. Cigugur berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut, dengan curah
hujan rata-rata 26,80 mm dan suhu udara rata-rata sekitar 26°C.
Objek penelitiannya adalah masyarakat desa Cigugur untuk meneliti mengenai “Kerukunan Umat Beragama Antara Islam, Kristen dan Sunda
Wiwitan.”
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.
1
Prosedur- prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam penelitian
akademik ketimbang metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga memiliki asusmsi-asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-
metode pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang beragam. Meskupun prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif tetap mengandalkan data berupa
teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam analisis datanya, dan bersumber dari strategi-strategi penelitian yang berbeda-beda.
2
1
Bagong Suyanto Dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2005, h.166-168.
2
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 258
Jenis penelitiannya adalah Etnografi, etnografi adalah studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau
sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai penelitian lapangan,
karena memang dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya. Data
diperoleh dari observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya
secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah
selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan.
Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar metodologinya dari antropologi.
3
D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan
data lazimnya
menggunakan observasi dan wawancara. Juga tidak diabaikan kemungkinan penggunaan sumber-sumber non-manusia non-human source information,
seperti dokumen dan rekaman atau catatan record yang tersedia. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah: a.
Observasi Observasi,
seperti halnya
wawancara, termasuk
teknik pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian kualitatif.
Dengan wawancara, peneliti dapat menanyakan pada informan tentang keadaan masa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Juga dapat
dilacak tentang hal- hal yang tak tampak, yang tersembunyi di “museum
3
Mudjiraharjo, Jenis
Dan Metode
Penelitian Kualitatif,
2013, Http:Mudjiarahardjo.ComMateri-Kuliah215.Html?Task=View Di Akses Pada Hari Senin 28
Januari 2013 Pukul : 20.10 WIB