Pola Hubungan Sosial Kemasyarakatan

66 dibangun dengan sikap dan interaksi yang baik antara mereka. Misalkan diadakan kerja bakti, semua masyarakat yang berbeda-beda dalam keyakinan itu turut berpartisipasi dalam kerja bakti tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerukunan Antar Umat Beragama

di Desa Cgugur a. Ikatan Kekeluargaan Dari hasil temuan dilapangan dapat dikatakan bahwa faktor kekeluargaan ini cukup baik dimasyarakat desa Cigugur. Dalam hal kehidupan sosial nampaknya ikatan kekeluargaan menjadi faktor penting, ini terlihat dari interaksi dengan adanya kerjasama saling membantu dengan yang lainnya. Hubungan kekeluargaan yang ada memiliki hubungan yang saling berikatan satu sama lain. Dalam keluarga besar terlihat bahwa terjadi suatu perbedaan dalam segi keyakinan. 14 Dengan adanya perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut maka tidak bisa dipungkiri bahwa akan muncul suatu konflik. Tetapi konflik-konflik yang dilatar belakangi oleh perbedaan keyakinan ini bisa diredam bahkan tidak bisa terjadi karena adanya faktor ikatan kekeluargaan ini. Misalkan dalam sutu keluarga besar terdapat angota-anggota keluarga yang memiliki perbedaan keyakinan, ketika mereka hendak berkonflik yang dilatarbelakangi oleh keyakinan beragama, mereka berfikir bahwa semua ini tidak ada gunanya karena kita berada dalam satu rumpun keluarga yang katakanlah satu Nenek atau satu Kakek. 15 Dengan demikian terlihat bahwa ikatan kekeluargaan ini memiliki faktor penting yang mempengaruhi kerukunan antar umat beragama di Desa Cigugur.

b. Saling Menghormati dan Menghargai Antar Umat Beragama

Untuk mengembangkan kehidupan beragama, diperlukan suasana yang tertib, aman dan rukun. Kekhusuan beribadat tidak mungkin terwujud dalam suasana yang tidak aman. Disinal letak pentingnya kerukunan, ketertiban dan keamanan dalam kehidupan beragama 14 Wawancara dengan Bapak Aang , di Masjid, desa Cipager, tanggal 1 Juli 2013 15 Ibid 67 Masyarakat desa Cigugur menciptakan suasana yang tertib, aman dan rukun dalam kehidupan beragama. Masyarakat selalu memupuk sikap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama yang berbeda. Hal ini terlihat dari berbagai sikap atau prilaku yang mereka tanamkan seperti mengembangkan perbuatan-perbuatan terpuji yang mencerminkan sikap saling menghormati dan menghargai diantara sesama pemeluk agama. Mereka tidaklah memaksakan suatu agama kepada orang lain, hal ini disebabkan karena keyakinan beragama merupakan masalah pribadi yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan yang mereka yakini. 16 Dengan prilaku tersebut, kehidupan beragama yang tertib, aman dan rukun akan tercapai. Sikap egois pada dasarnya merupakan penyakit manusia yang senantiasa mementingkan dirinya sendiri dan menempatkan dirinya pada kedudukan yang paling tinggi dengan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Sikap selalu menganggap dirinya sebagai yang terhebat, terpandai, terpenting, terpercaya atau paling berpengaruh merupakan sikap egois yang perlu dihindari. Sikap egois seperti ini dapat menimbulkan kebencian orang lain sehingga suasana kerukunan dalam kehidupan akan hilang. 17 Dengan selalu menanamkan sikap saling menghormati dan menghargai ini, kerukunan dan kedamaian atau keharmonisan antar pemeluk agama di masyarakat desa Cigugur terjalin begitu baik.

c. Gotong Royong

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak akan lepas dari ketergantungan kepada orang lain. Sejak lahir manusia memerlukan bantuan dan membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Karena kondisi seperti itulah manusia harus melatih diri sejak dini untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain dan bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan. Sejak lama bangsa Indonesia selalu 16 Wawancara dengan Rama Anom, di gedung Paseban Tri Panca Tunggal, tanggal 4 Juli 2014 17 Ibid 68 menggunakan azas gotong royong yang bersifat kekeluargaan dalam setiap pekerjaan. Founding Father bangsa kita yaitu Bung Karno pernah berkata “apabila Pancasila ini saya peras menjadi satu maka akan saya peras, yai tu gotong royong”. Disini terlihat bahwa gotong royong ini merupakan ciri khas budaya indonesia yang memang sejak dulu sudah ada dan perlu kita pertahankan karena dampak dari gotong royong ini sangat luar biasa. Gotong royong mengandung arti bahwa suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batasan kemampuannya masing-masing. Misalkan memperbaiki rumah, apabila ada salah satu warga yang sedang merenovasi, maka masyarakat setempat akan berbondong-bondong untuk membantu sesuai dengan kemampuan mereka tanpa melihat perbedaan agama dan budaya. 18 Masyarakat desa Cigugur secara umum masih memegang teguh nilai-nilai dan adat istiadat nenek moyang secara utuh. Seperti halnya gotong royong, masyarakat desa Cigugur selalu mengerjakan semua hal dalam bentuk kerjasama baik yang bersifat pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Prinsip hidup seperti inilah yang terlihat di masyarakat desa Cigugur. Yang mana gotong royong menjadi suatu tradisi masyarakat setempat dan merupakan suatu elemen yang berkembang selama puluhan tahun lamanya. Gotong royong inilah yang merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya suasana yang harmonis di masyarakat desa Cigugur.

4. Potensi Konflik Antar Umat Beragama di Desa Cigugur

Kehidupan Masyarakat Cigugur yang terdapat di wilayah Kabupaten Kuningan menurut beberapa kalangan memiliki keunikan tertentu. Hal yang menjadi ciri keunikan itu diantaranya adalah berkembangnya kehidupan masyarakat etnik Sunda yang menganut berbagai keyakinan baik agama 18 Wawancara dengan Bapak Nana, di lokasi Renovasi salah satu rumah warga Cipager, tanggal 2 Juli 2013 69 “umum continental” atau “agama semit” seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha dan Hindu serta keyakinan sistem kepercayaan adat atau “agama lokal” atau penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Keanekaragaman keyakinan ini sebagai ciri juga berkembangnya kehidupan masyarakat yang pluralis. Keberagaman seperti itu jika terjaga dengan baik akan tampak seperti mozaik yang indah, tetapi jika sebaliknya maka segala bentuk perbedaan yang ada akan menjadi senjata yang bisa memecah belah persatuan yang terjalin antar umat beragama di desa cigugur. Desa Cigugur dengan komunitas keagamaannya yang cukup beragam. Keragaman dalam bidang keagamaan merupakan suatu hal yang potensial untuk terjadinya konflik. Namun di daerah tersebut tidak cukup nampak adanya konflik antarumat berbeda agama. Apakah konflik tersebut memang tidak ada, ataukah tidak muncul kepermukaan? Setiap individu atau kelompok dalam suatu masyarakat digerakan dan dirangsang oleh apa yang menjadi kepentingan mereka. Dalam memenuhi setiap kepentingan baik individu maupun kelompok dapat melahirkan dua kemungkinan, yakni adanya kerja sama antar individu maupun antar kelompok dan adanya persaingan dalam memenuhi kepentingan mereka masing-masing. Menurut Pareto dalam Veerger, I986:80, kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri sering melahirkan prilaku yang khas. Persaingan yang didasarkan atas ego baik ego pribadi atau kelompok, keserakahan, ambisi, haus akan kekuasaaan tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan pertentangan baik antar individu maupun kelompok. Pertentangan antar individu maupun kelompok merupakan suatu potensi bagi tercetusnya suatu konflik. 19 Sikap individu maupun kelompok dalam komunikasi antarumat berbeda agama di wilayah desa Cigugur menunjukan adanya sikap saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda. Hal tersebut tampak 19 Abdullah Syamsudin, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agma, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 35