Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama

19 menyebutkan dan menegaskan bahwa tasamuh harus menjadi landasan dalam kehidupan beragama masyarakat Indonesia, sehingga dapat terciptanya kerukunan antar umat beragama. Sebenarnya setiap umat beragama khususnya umat islam pasti memiliki kecintaan pada negaranya . Mereka menginginkan negeri ini tetap menjadi negara yang adil dan makmur, aman, tenteram,, damai, dalam naungan keridlaan Illahi. Dan toleransi adalah sikap hidup umat islam yang sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad agar tetap hidup rukun. 20 Salah satu usaha pemerintah pada masa lalu adalah merukunkan intern umat beragama, antarumat beragama dan umat beragama dengan pemerintah. Dengan dicanangkannya trilogi kerukunan seperti itu hilanglah sesuatu yang selama ini dapat memisahkan antara orang atau kelompok yang berbeda pendapat. 21 2 Kerukunan Intern Umat Beragama Kehidupan intern umat beragama masih seringkali terdapat masalah-masalah yang dapat menimbulkan perpecahan intern umat beragama. Disini diperlukan pembinaan kerukunan intern umat beragama oleh pemuka agama agar pertentangan yang terjadi tidak menimbulkan perpecahan antara pengikutnya. 22 Segala persoalan yang terjadi hendaknya diselesaikan dengan kekeluargaan dan sikap saling mementingkan toleransi terhadap sesamanya. Kerukunan intern umat beragama, lebih khusus umat islam yang telah tumbuh dan berkembang perlu dilestarikan agar ukhuwah islamiyah benar-benar menjadi kenyataan, sehingga perbedaan pemahaman agama tidak lagi menjadi pemisah dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat dan tidak lagi menganggap orang yang 20 Ibid. 21 Syamsul Bahri, “ Peranan Agama Dan Adat Dalam Melestarikan Kerukunan Antar Umat B eragama,” vol XI, no.1 Januari-Juni 2001, h. 41 22 Alamsyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Jakarta: Departemen Agama RI, 1982, h. 49 20 tidak sepaham sebagai orang lain atau orang yang diasingkan. 23 Perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama itu adalah suatu ajaran yang wajar. Tetapi dalam Islam tidak dibenarkan jika memaksakan orang lain harus menerima sebagaiman yang dipahaminya itu. 24 Sebaiknya, sebagai umat Islam seharusnya melaukakan cara-cara yang lebih halus dan lembut pada orang-orang yang tidak sepaham dengan kita, karena Indonesia merupakan masyarakat majemuk sehingga wajar jika satu dengan yang lainya berbeda pendapat asalkan masih sesusai dengan undang-undang yang berlaku di negara dan tidak mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena pada zaman sekarang ini toleransi umat beragama yang tidak wajar menyebabkan timbulnya aliran-aliran ataupun organisasi-organisasi yang mengancam keutuhan Negara Republik Indonesia baik itu di Intern Islam maupun didalam agama-agama yang terdapat di Indonesia. 3 Kerukunan Antarumat Beragama Masalah kehidupan beragama di masyarakat merupakan masalah peka. Sebab terjadinya suatu masalah sosial akan menjadi sangat rumit, jika masalah tersebut menyangkut pula masalah agama dan kehidupan beragama. Keputusan Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama merupakan aturan permainan bagi penyiaran dan pengembangan agama di Indonesia demi terciptanya kerukunan hidup antarumat beragama, persatuan bangsa, stabilitas dan ketahanan nasional. 25 Dengan dikeluarkannya keputusan Menteri Agama tersebut bukan berarti membatasi untuk memeluk dan melaksanakan agama 23 Syamsul Ba hri, “ Peranan Agama Dan Adat Dalam Melestarikan Kerukunan Antar Umat B eragama,” vol XI, no.1 Januari-Juni 2001, h. 49 24 Ibid., hal 42 25 Ibid.,hal 50 21 masing-masing. Tetapi disini memberikan pedoman dan untuk melindungi hak kebebasan memeluk agaman yang dianut warga Indonesia sebagaimana dalam pasal UUD 1945. Kemudian agar pelaksanaan pedoman penyiaran agama dapat berjalan tertib ditetapkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1979, tentang Tata Cara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia. 26 Dengan Keputusan Bersama ini maka menjadi tanggung jawab Kementrian Agama maupun Kementrian dalam negeri serta pedoman bagi seluruh aparat pemerintahan dalam pelaksanaan tugasnya yang berhubungan dengan masalah keagamaan. 4 Kerukunan Atarumat Beragama dengan Pemerintah Seiring dengan dinamika kehidupan yang terus berjalan dan semakin berkembang, serta semakin kompleks persoalan kerukunan umat beragama, pemerintah akan terus berupaya mengembangkan kebijakan yang bertujuan akan membangun keharmonisan hubungan di antara sesama umat manusia. Langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam hal ini departemen agama, pada awalnya adalah sosialisasi prinsip dasar kerukunan yaitu tidak saling mengganggu antara kelompok-kelompok agama yang berbeda- beda. 27 Antarumat beragama dan pemerintah seharusnya ditemukan apa yang saling diharapkan keduanya untuk dapat dilaksanakan bersama. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas nasional yang diharapkan umat beragama dapat berpartisipasi aktif dan positif dalam rangka pembinaan kehidupan beragama yaitu pemantapan ideologi Pancasila, pemantaan stabilitas dan ketahan nasional serta sukses pembangunan nasional. 26 Ibid.,hal 51 27 Muhaimin AG., Damai di Dunia Damai Untuk Semua Perspektif Berbagai Agama Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI, 2004, h. 18 22 Dengan tiga prioritas nasional tersebut, diharapkan umat beragama dan pemerintah berpartisipasi aktif dan positif dalam usaha membudayakan Pancasila, memantapkan stabilitas dan ketahanan nasional, serta melaksanakan pembangunan nasional yang berkesinambungan.

c. Disharmonisasi Antarumat Beragama

Beberapa masalah yang menjadi penyebab disharmonisasi antarumat beragama, yakni : 1 Munculnya isu-isu yang menyangkut terjadinya lintas batas sosial keagamaan. Sebagaimana para pengamat antropologi agama melihat bahwa Indonesia bagian barat adalah wilayah kultur islam, sedangkan bagian timur wilayah kultur nasrani. Jika terdapat gejala- gejala yang berbeda dengan agama mayoritas penduduk, maka akan menimbulkan prasangka adanya ekspansi dari apa yang disebut mereka. 28 2 Pendirian tempat ibadah dan pemanfaatan rumah tinggal untuk peribadatan merupakan sumber disintegrasi sosial, disebabkan oleh perbedaan keyakinan agama. Masalah ini berkaitan dengan prasangka akan merosotnya pengaruh suatu agama pada struktur dan kultur masyarakat yang bersangkutan. 3 Agama sebagai alat pembenar terhadap suatu tindakan yang sebenarnya bukan masalah agama. Agama juga sering dipergunakan sebagai pembenar untuk aski-aksi kerusuhan dan kekerasan yang mapan. Keadaan disharmonisasi antar umat beragama ini jelas memperlemah kondisi bangsa yang sebenarnya harus sadar bahwa kerukunan nasional mestinya diupayakan agar semakin kokoh. Kondisi bangsa yang kokoh sangat diperlukan karena dua alasan ke dalam dan ke luar. Ke dalam kita harus membangun masyarakat dan 28 Ahmad Syafii Mufid, Dialog Agama dan Kebangsaan, Bandung: Grasindo, 2008, h. 35 23 negeri agar lebih sejahtera, maju, aman, tertib dan damai. Ke luar harus bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam pergaulan dunia yang semakin kompetitif. d. Mewujudkan Kerukunan Antarumat Beragama di Indonesia Kehidupan beragama di kalangan Bangsa Indonesia dalam bentuknya yang sederhana, telah tumbuh dan berakar semenjak dahulu kala. Simbul-simbul penyembahan suku-suku yang masih primitifnterhadap benda- benda yang dianggap “sakti” dan “keramat” adalah satu bentuk dari pada pernyataan dalam kehidupan kerohanian dari nenek moyang bangsa Indonesia. 29 Indonesia sebagai salah satu masyarakat yang pluralistik baik dari segi etnis, budaya, suku adat istiadat, bahasa, maupun agama. Dari segi etnis, budaya, suku adat istiadat, bahasa, maupun agama. Dari segi agama, sejarah telah membuktikan bahwa hampir semua agama, khususnya agama-agama besar, Islam, Kristen, Hindu dan Budha dapat berkembang subur dan terwakili aspirasinya di Indonesia. Karena itu sikap religuisitas, saling mwnghormati dan toleransi sangat dibutuhkan agar terjalin kerukunan di Indonesia. Beberapa sikap religousitas pemeluk agama dalam mengembangkan dan membangun hubungan umat beragama untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama diantaranya: 1 Membangun sikap toleransi beragama Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, hubungan antarumat beragama menjadi suatu hak yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antar sesama pemeluk tidak dapat terlepas dari kebutuhan sosial untuk memenuhi hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya toleransi. Toleransi merupakan salah satu ajaran penting dalam islam. Ada banyak kisah dan ajaran tentang toleransi yang ditorehkan umat islam, termasuk di Indonesia. Toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama manusia dan masyarakat untuk 29 Monografi Kelembagaan Agama di Indonesia, Jakarta: Proyek Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama RI, 1983, h. 45 24 menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat- syarat harus terciptanya ketertiban dan pedoman dalam masyarakat. 30 2 Membangun Sikap Keterbukaan tepo seliro Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjaga kerukunan antarumat beragama adalah adanya sikap untuk mengakui keberadaan pihak lain. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk memilih agama dan keyakinannya. Hubungan antar pemeluk agama akan dapat terjalin dengan baik, jika masing – masing memiliki sikap ketergantungan untuk menerima pihak lain ke dalam komunitas kita, Sikap terbuka ini akan menjadi sarana untuk menegakan kerukunan bidup beragama, dan dilaksanakan juga oleh setiap pemeluk agama, sehingga hubungan antarumat beragama tidak ada rasa saling mencurigai, dan rasa permusuhan di antara pemeluk agama lain. 31 3 Membangun kerja sama antar pemeluk agama Sesuatu yang tidak dapat dipisahkan pula dalam kehidupan mayarakat adalah adanya kerjasama dan interaksi sosial. Dengan adanya kerjasama dan interaksi sosial. Dengan adanya kerjasama dan interaksi sosial sesama manusia ataupun sesama pemeluk agama akan lebih mempererat hubungan bersama, sehingga manusia dapat mempertahankan hidupnya. Dalam jonteks interaksi sosial siapapun berhak melakukannya, karena telah menjadi kodrat hidup, memenuhi kebutuhan primernya, hubungan ini tidak mengenal lintas batas agama, etnis, suku dan kebangsaan. Maka lahirlah kerjasama. 4 Membangun diaolog antar umat beragama Suatu hal prinsipil dan utama yang harus diperhatikan ketika 30 Jasmadi, ”Membangun Relasi Antar Umat Beragama, Refleksi Pengalaman Islam di Indonesia ,”vol.5,no2 Juli 2010,h.166-168 31 Ibid., h. 169. 25 berbicara tentang dialog antar agama adalah bahwa dialog hendaknya tidak dilakukan secara intelektual verval dan teologis belaka. Untuk mengembangkan etika Dan kultur kerukunan umat beragama dapat dilakukan melalui dialog antar agama. Menurut Azyumardi Azra terdapat lima bentuk dialog yang dapat dilakukan, yaitu: 32 a Dialog Parlementer Parliamentary Dialogue, yakni dialog yang melibatkan ratusan peserta. Dalam dialog dunia global, dialog ini paling awal diprakarsai oleh world ’s parliament of religious pada tahun 1893 di Chicago. b Dialog Kelembagaan Institusional Dialgue. Yakni dialog diantara wakil-wakil institusional berbagai organisasi agama. Dialog kelembagaan ini seperti yang dilakukan melalui wadah Musyawarah Antarumat Beragama oleh majeli agama yakni MUI. c Dialog Teologi Theological Dialogue, yakni mencakup pertemuan-pertemuan regular maupun untuk membahas persoalan teologis dan filosofis, seperti dialog ajaran tentang kerukunan antarumat beragama, melalui konsep ajaran sesuai dengan agama masing-masing. d Dialog dalam masyarakat Dialogue in Community, dan dialog kehidupan Dialogue of Life, dialog dalam kategori ini pada umumnya ialah penyelesaian pada hal-hal praktis dan aktual dalam kehidupan. Seperti, pemecahan masalah kemiskinan, masalah pendidikan. e Dialog Kerohanian Spiritual Dialogue, dialog ini bertujuan menyuburkan dan memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai agama. Tentu saja dialog juga dapat dilihat sebagai tujuan 32 Dialog: Kritik dan Identitas Agama, Yogyakarta: DIAN Dialog Antar Iman di Indonesia dengan Penerbit PUSTAKA PELAJAR, h. 117