15
Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
a Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. b
Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.
c Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-
kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagia faktor-faktor soasial psikologis dan kebudayaan.
d Mengususahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah.
8
3 Asimilasi
Merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya- upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang
perorangan atau kelompok sosial yang diikuti pula usaha-usaha untuk mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan bersama.
9
Hasil dari proses asimilasi yaitu semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-
batas antar kelompok. Selanjutnya individu melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama. Artinya menyesuaikan kemauannya
dengan kemauan kelompok. Denikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
2. Kerukunan Antar Umat Beragama
a. Definisi Kerukunan
Secara etimologis kata kerukunan berasal dari bahasa Arab, yaitu “ruknun” yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah
“arkaan” yang berarti bangunan sederhana yang terdiri atas berbagai
8
Ibid.,
9
Elly M. Setiadi Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya Jakarta: Kencana, 2011, h. 81
16
unsur. Jadi, kerunan itu merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsure yang berlainan dan setiap unsur tersebut saling
menguatkan.
10
Krukunan artinya
adanya suasana
persaudaraan dan
kebersamaan antara semua orang meskipun mereka berbeda secara suku, agama, ras dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu
proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai
serta tentram. Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang
diwarnai oleh suasana baik dan damai, hidup rukun berarti tidak bertengkar, melainkan bersatu hati, dan sepakat dalam berfikir dan
bertindak demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Didalam kerukunan semua orang bisa “hidup bersama tanpa kecurigaan, dimana
tumbuh semangat dan sikap saling menghormati dan kesediaan untuk bekerja sama demi kepentingan bersama.
11
Kerukunan atau hidup rukun adalah sikap yang berasal dari lubuk hati yang terdalam, terpancar dari
kemauan untuk memang berinteraksi satu sama lain sebagai manusia tanpa tekanan dari pihak manapun.
12
Sementara dalam kaitan sosial, rukun diartikan dengan adanya yang satu mendukung keberadaan yang lain.
13
Dengan demikian kerukunan dalam konteks sosial merupakan norma yang sepatutnya
diimplementasikan agar terwujudnya masyarakat madani yang saling peduli dan mendukung eksistensi masin-masing elemen masyarakat.
b. Pembinaan Kerukunan Hidup Beragama
1 Perlunya Kerukunan Hidup beragama
10
H. Said Agil Husin Al Munawar, Fikih hubungan Antaragama Jakarta:Ciputat Press, 2003, h. 4
11
M. Zainudin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di Indonesia Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan departemen Agama RI, 2001, hal. 67
12
Taher, Elza Peldi, Merayakan Kebebasan Beragama Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi, Jakarta: ICRP, 2009, h. 84
13
Hamka Haq, Jaringan kerjasama antarumat beragama: Dari wacana ke aksi nyata Jakarta: Titahandalusia Press, 2002, h. 54