53
Pendidikan luar sekolah PLS non formal kejar
paket B 1
1
Lembaga pendidikan lain kursus sejenisnya
2 2
Lembaga pendidikan taman kanak-kanak TK
2 2
Lembaga pendidikan PAUD 3
3 TPA
2 2
Madrasah Diniyah 1
1 Bina Iman Anak BIA
Katholik 1
1
5 Sektor Agama dan Kepercayaan
a Sarana keagamaan yang ada di Kelurahan Cigugur berdasarkan
data yang ada sampai akhir tahun 2012 sebagai berikut : 1.
Mesjid :
6 buah
2. Langgar Mushola :
14 buah
3. Majelis Ta’lim
: 15
buah 4.
TPA :
2 buah
5. Pontren
: 1
buah 6.
Gereja :
3 buah
b Jumlah pemeluk agama sampai dengan akhir tahun 2012 di
Kelurahan Cigugur sebagai berikut : 1.
Islam :
4.075 orang 2.
Protestan :
195 orang
3. Katholik
: 2.620 orang
4. Hindu
: 6
orang 5.
Budha :
12 orang
6. Kepercayaan
: 176
orang
54
Dalam rangka mengefisienkan kegiatan belajar mengajar di waktu libur diadakan Pesantren Kilat dengan materi Rukun Iman
Islam, tarikh, Puasa, Bersuci, Sholat, membaca Al- Qur’an, Adzan
dan lain-lain. 6
Sektor Pemuda dan Olah Raga a
Organisasi Kepemudaan yang ada di Kelurahan Cigugur secara umum diwakili oleh Karang Taruna “Tunas Mandiri”. Disamping
itu organisasi kepemudaan lainnya adalah Remaja mesjid musholla, muda-mudi gereja dll.
b Jenis olah raga yang digemari adalah Tenis Meja, Bola Voli,
Sepak Bola, Bulu Tangkis. c
Fasilitas sarana Olahraga yang ada : 1.
Lapangan Sepak Bola :
1 buah
2. Lapangan Bola Voli
: 7
buah 3.
Lapangan Basket :
5 buah
4. Lapangan Bulu Tangkis :
2 buah
5. Tenis Meja
: 4
buah
B. Pembahasan
Perlu kita akui bahwa di muka bumi ini terdapat beragam agama, bahasa, dan budaya yang ketiganya tidak bisa dipisahkan keterkaitannya. Keragaman
bahasa dan budaya jelas membuat pelangi dan taman kehidupan menjadi sangat menarik. Namun, sering terdengar orang merasa gelisah dan sulit menerima
kenyataan akan keragaman agama. Tidak rela kalau agama yang diyakini oleh pemeluknya sebagai jalan menuju surga itu tersaingi oleh yang lain.
5
Namun ada pula mereka yang berpandangan bahwa keragaman ini memang sebetulnya sengaja diciptakan oleh Tuhan agar hidup ini terasa lebih
dinamis dan terjadi sikap saling menghormati antar pemeluk agama. Permasalahan perbedaan tidaklah menjadi perdebatan, yang terpenting adalah
5
Komarudin Hidayat, Psikologi Beragama Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan Santun, Jakarta: PT Mizan Publika, 2010, h. 2
55
bagaimana perbedaan ini bisa dipadukan sehingga menghasilkan sebuah keharmonisan dalam kehidupan beragama menuju persatuan berbangsa dan
bernegara. Mayoritas warga Desa Cigugur adalah pemeluk agama Islam. Meskipun
demikian, hal tersebut tidak menjadikan wilayah Desa Cigugur harus mutlak menerapkan ajaran Islam kepada seluruh masyarakatnya. Masing-masing dari
setiap pemeluk agama saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain. Adanya keanekaragaman beragama yang ada di Cigugur, tidak membuat
hubungan interaksi antara warga Cigugur menjadi renggang dan kaku, justru hal tersebut membuat keindahan tersendiri yang dapat dilihat didalam pola
interaksi bermasyarakat warga Cigugur. Dalam melakukan kegiatan yang bersifat sosial, masyarakat Desa Cigugur tidak memandang adanya kelompok
mayoritas ataupun minoritas. Mereka selalu menanamkan rasa persaudaraan yang sangat kuat dan menjunjung tinggi sikap gotong-royong.
1. Pandangan Masyarakat Desa Cigugur Mengenai Kerukunan Antar
Umat Beragama a.
Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Tokoh Sunda Wiwitan
Apabila kita berbicara mengenai Sunda Wiwitan tentulah kita bisa sedikit menafsirkan bahwa ini sebuah aliran kepercayaan masyarakat
atau dahulu sering disebut dengan aliran kebatinan yang sempat menjadi polemik dalam kehidupan keagamaan masyarakat Indonesia. Pada
mulanya dalam Kongres Kebudayaan Indonesia ke-2 di Magelang, ketika para tokoh kebatinan mulai melancarkan cita-cita ilmu kebatinan, kritik
tajam datang dari kelompok matrealisme dan kiri. Sekarang, kita mengenal bahwa kritik itu datang dari kelompok agama, terutama Islam.
Kemudian dengan semakin jelasnya kehadiran kebatinan sebagai kekuatan spiritual baru yang terorganisir, mulailah terjadi keretakan yang
sungguh-sungguh, sehingga
Departemen Agama
merasa perlu
mendirikan lembaga
PAKEM Pengawas
Aliran Kepercayaan
Masyarakat pada tahun 1954. Selanjutnya pada tahun 1955, organisasi sosial kebatinan dikukuhkan menjadi Badan Kongres Kebatinan Seluruh
56
Indonesia. Badan inilah yang menyelenggarakan pertemuan-pertemuan tahunan. Sesudah tahun 1966 kedudukan kebatinan semakin mantap, dan
dalam bentuknya yang terakhir mendapat legitimasi dengan adanya suatu direktorat yang secara khusus ditugaskan dalam pembinaan warga,
Direktorat Pembinaan Penghayatan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya badan ini, pemilihan antara agama dan
kebatinan atau budaya spiritual, menjadi semakin jelas. Begitupun, keributan masih tetap ada, terutama yang menyangkut soal perkawinan,
KTP, dan sebagainya.
6
Ketika penulis bertanya mengenai kerukunan agama menurut penganut Sunda Wiwitan beliau mengatakan bahwa sebagai manusia
mempunyai rasa cinta kasih dengan sesama. Manusia diciptakan beragam merupakan suatu kodrat dari Sang Maha Pencipta karena setiap bangsa
mempunya rupa, bahasa, adat dan kebudayaannya. Nah keadaan seperti ini bukan dibentuk, tetapi suatu yang muncul bersamaan dengan adanya
bangsa itu sendiri, karena ini merupakan suatu kodrat pemahaman dan pelestarian.
7
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat di Desa Cigugur sangatlah harmonis meskipun berbeda-beda keyakinan. Hal ini karena
masyarakat Desa Cigugur mempunyai landasan filosofis dasar yang sama. Yang pada akhirnya meskipun berbeda-beda dalam hal keyakinan,
kita tidak mempermasalahkan perbedaannya itu, tapi bagaimana kita saling pengertian satu sama lain.
Agama atau keyakinan yang kita yakini itu harus benar-benar kita pelajari dengan sungguh-sungguh. Dengan kesungguh-sungguhan itu kita
akan mengenal aturan, tentunya aturan yang sesuai dengan tuntunan yang diyakininya. Karena dari apa yg kita yakini itu tidak ada yang
mengharuskan untuk menghalalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan
6
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006, h. 28-29
7
Wawancara dengan Bapak Kento Subarman, di kediamannya, Jalan Raya Cigugur Cipager pada tanggal 3 Juli 2013
57
sifat-sifat kemanusiaan. Pasti setiap agama atau keyakinan mengajarkan bagaimana kita saling sayang menyayangi.
Kita harus mensyukuri apa yang Tuhan telah berikan. Sifat mensyukuri itu sendiri bukan hanya dengan ucapan, tapi wujud nyatanya
bagaimana kita saling berbagi, berbagi rasa, berbagi rizki dan saling tolong menolong, seperti halnya gotong royong. Gotong royong ini tidak
melihat latar belakang keyakinan atau suku. Apabila melihat konflik yang dilatar belakangi oleh SARA Suku,
Agama, Ras dan Antar Golongan beliau merasa perihatin, kenapa semua itu bisa terjadi. Karena menurut pandangannya bahwa ketenangan itu
hanya akan dapat kita rasakan atau terbangun jika satu sama lain saling menghormati. Dengan kondisi konflik seperti itu baik yang kuat maupun
yang lemah tidak akan merasakan kenyamanan. Konflik seperti itu dilatar belakangi oleh pemahaman yang keliru
terhadap keyakinan yang mereka percayai. Karena masalah yang sangat sederhana sekali ialah bahwa kita manusia sama-sama memiliki rasa dan
bisa merasa. Tapi untuk merasakan terkadang seseorang itu tidak mengindahkan. Sedangkan yang utama selain kita bisa merasa kita juga
harus bisa merasakan. Misalkan, apabila kita dicubit orang lain maka kita akan merasa sakit, nah oleh karena itu kita tidak boleh mencubit orang
lain, imbuh beiau. Selain itu juga ada yang namanya fanatisme berlebihan.
Seseorang merasa bahwa agamanya lah yang paling baik dan agamanya lah yang satu-satunya agama Tuhan. Ia beranggapan bahwa
“saya ini seorang pembela Tuhan, karna agama saya ini agama tuhan makanya
saya membela tuha n”. Tapi jika berbicara membela Tuhan, sebetulnya
kita sudah merendahkan Tuhan, Tuhan itu kita akui maha besar, maha segalanya, mengapa kita yang lemah itu harus membelanya. Membela
Tuhan itu bukan dengan otot, tapi menjunjung tinggi nama baik Tuhan. Tuhan mengharapkan kita sebagai mahluk ciptaannya agar bisa bersikap,
berprilaku dan berinteraksi dengan baik kepada sesama ciptaannya.