Desa Maluk Pola Interaksi Masyarakat lokal dengan Masyarakat Pendatang

d. Pemerintahan

Keberadaan pemerintahan dalam suatu wilalyah mutlak diperlukan, yaitu agar dalam setiap kegiatan pembangunan maupun dalam setiap kegiatan masyarakat dapat berjalan dengan teratur. Dalam setiap pememrintahan diperlukan adanya pemimpin untuk membantu dalam menjalankan roda pemerintahantersebut. Dalam hal ini desa terdapat Kepala Desa sebagai pemimpin tersebut dan dibantu oleh perangkat-perangkat desa dan kepala dusun. Seiring dengan tuntutan zaman, maka mutlak diperlukan aparat pemerintahan tingkat desa yang mampu memimpin, baik dari segi pendidikan maupun kedekatannta dengan masyarakat. Hal ini akan dapat memperlancar roda pembangunan perekonomian dan pembangunan masyarakat secara umum. Berikut gambar umum perangkat aparat pemerintahan Kecamatan Maluk. Tabel 4.4: Jumlah aparat pemerintahan Desa Perangkat Desa Kepala Dusun RT RW Total Maluk 9 4 11 4 28 Benete 9 4 8 4 25 Bukit Damai 9 33 13 3 58 Mantun 10 3 10 3 26 Pasir Putih 9 3 13 3 28 Jumlah 46 17 55 17 135 Sumber: Kecamatan Maluk. Jumlah aparat pemerintahan, sudah sesuai denngan aturan yang berlaku. Mulai dari tingkat RT, RW, dan perangkat Staf Desa pun sudah mencukupi. Pada awal pengangkatannya, faktor kemampuan dan pendidikan tidakllah menjadi prioritas dalam proses seleksi, hal ini disebabkan karena minimnya kualitas Sumber Daya Manusia yang tersedia. Faktor pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat menjadi dasar utama dalam menentukan atau memeilih perangkat desa. Selanjutnya penjelasan lebih dalam lagi akan dijileskan pada uraian-uraian sub bab terkait dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Dari keterangan diatas telah dijelakan baik itu dari proses awal sejarah Maluk yang pada saat itu masih berstatus Dusun sampai pada akhirnya Maluk menjadi Kecamatan yang mempunya wilayah administratif sendiri. Dibentuknya Kecamatan Maluk sebagai daerah tujuan dan penetapan program pemukiman kembali oleh pemerintah daerah tentunya telah melalui analisa, proses yang cukup mendalam baik tentang luas wilayah pemukiman, wilayah pertanian maupun sosial budaya masyarakat setempat serta analisis tentang perkembangan penduduknya Seluruh proses kelahiran, kematian dan migrasi penduduk merupakan bagian dari berfungsinya masyarakat manusia yang peka terhadap pola struktur sosial dan mempengaruhi sifat kehidupan sosial. Pengkajian terhadap peran yang berubah-ubah dari proses kependudukan sebagai faktor penentu maupun sebagai akibat struktur sosial dan perubahan sosial. Untuk mengenal pertalian antara kependudukan dan sistem sosial diperlukan penyelidikan yang saksama atas unsur-unsur kependudukan dalam konteks dinamika masyarakat manusia. Salah satu cara untuk mengungkapkan antar hubungan dan kaitan pokok ini ialah menyelidiki betapa fertilitas, mortalitas dan migrasi yang secara variabel sosial. Menurut Malthus dalam J. Dwi Narko dan Bagong Suyanto bahwa “premisbahwamanusia dapat disempurnakan bahwa, kesejahteraan masyarakat senantiasa diganggu oleh kenyataan bahwa pertambahan penduduk lebih cepat dari pertumbuhanbahan makanan”. 35 Oleh karena itu dengan melihat realita masyarakat pada umumnya dengan meningkatnya populasi dan volume masyarakat secara kolektif tentunya akan memerlukan aturan dan kontrol yang sangat kuat didalamnya terkait dengan peran kelembagaan dan institusi sosial itu sendiri. Dapat dijelaskan bahwa suatu kelompok masyarakat yang di dalamnya terdapat kehidupan dari populasi manusia. yang mempunyai aktivitas-aktivitas serta pola pikir dan pola perilaku dalam wadah lingkungan yang sama. Oleh karena itu lembaga sosial yang berfungsi sebagai kontrol sosial memainkan perannya agar dinamika kehidupan masyarakat dapat hidup secara teratur.

D. Pola Interaksi Masyarakat lokal dengan Masyarakat Pendatang

Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Bentuk dan pola-pola interaksi dapat dijumpai pada kehidupan masyarakat.Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses-proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis terkait 35 J. Dwi Narko,Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:Kencana 2007, Cet. II, h. 305-306. dengan hubungan masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang ada di Kecamatan Maluk dan sekitarnya. Selanjutnya keterangan masyarakat lokal sendiri bahwa pendatang dinilai banyak yang larut kedalam budaya masyarakat lokal, dan banyak pula anggota masyarakat lokal yang mencontohi budaya para pendatangtersebut. Berdasarkan uraian ini, maka dapat ditegaskan bahwa interaksi sosial di kecamatan Maluk berlangsung cukup baik hingga tidak menimbulkan distorasi sosial dalam proses pembaruaannya. Keterangan lain yang menyebutkan bahwa, masjid-masjid berperan nyata dalam membangun pembaruan sosial antara masyarakat pendatang dan masyarakat lokal. Keaktifan para pendatang dalam Majlis Ta’lim dan kegiatan ibadah rutin di masjid-masjid semakin mempercepat penerimaan masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang. Interaksi yang terjadi ini dinilai sangat mampu melekatkan hubungan sosial pendatang dengan masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal sangat dighargai, menghormati dan keterbukaannya terhadap masyarakat pendatang yang dinilai taat dalam menjalankan ibadah. Tentunya hal ini berdampak sangat positif, baik oleh masyarakat lokal maupun pendatang dalam kerangka masyarakat yang utuh. Dalam studi ini, untuk memberi gambaran menurut John rayes S.P yang menjadi ketua komite adat Desa Maluk tentang proses interaksi antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang dalam keterbukaannya serta timbal-balik yang terjadi antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang. Sehingga dari proses interaksi tersebut terbentuknya suatu keterikatan emosional dan saling memiliki demi terbentuknya masyarakat yang saling menghargai perbedaan. Hasil wawancara dari informan kunci sebagai berikut: Karena sangat kuat orientasi bau marua dengan, bau batempu ke dengan, balong dan bakalako,boat iwit, boat ela, boat tleko, Bisa setara dengan orang lain, bisa berkecimpung dengan orang lain juga, sangat kuat orientasi untuk menjadi orang yang baik dan berguna baik dalam tindakan,tanduk, perkataan, maupun hati nurani. Kameri kamore dan seling sanyaman ate, Pariri lema bari, saling sakiki, sabalong sama lewa Selain itu sangat kuat orientasi untuk menjalani hidup dengan orang lain secara suka ria dan saling memberikan kenyamanan hati. yang penting no semal pia boat lenge, parakkonene Yang terpenting malu untuk berbuat buruk dan selalu mendekatkan diri kepada tuhan. 36 Dari konsep ajaran filsafat pariri lema bari, saling sakiki, sabalong sama lewa, no semal pia boat lenge, parak ko nene yang diyakini oleh segenap masyarakat Sumbawa dapat dibahasakan sebagai suatu landasan dalam semua aspek kehidupan baik agama, sosial dan 36 Jhon Rayes, wawancara. budaya. Dimana pariri lema bariri, saling sakiki, sabalong sama lewa,no semal boat lenge, parak ko nene dapat di artikan sebagai pentingnya saling menjaga satu sama lain atas asas kemanusiaan tidak adanya sekat-sekat yang merintangi, malu untuk berbuat buruk dan selalu mendekatkan diri kepada tuhan sang pencipta. Semua itu dianggap agar di kemudian hari dari semua bentuk konsep ajaran yang diyakini itu akan menjadi kekuatan yang sangat besar yang tidak mudah digoyahkan dalam kehidupan, saling menghargai suatu perbedaan dan dari perbedaan itu dijadikan dalam bentuk ikatan yaitu sabalongsama lewa Sama rasa sama rata, ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Oleh karena itu masyarakat Sumbawa dapat dikatakan sebagai masyarakat yang kompromis, mempunyai jiwa kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata perilaku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Interaksi yang terjalin di Kecamatan Maluk khususnya di Desa Maluk antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang adalah hubungan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya bahkan dengan lingkungan sekitar, dalam hal ini ada keuntungan antara kedua belah pihak dan menimbulkan suatu bentuk kehidupan yang harmonis dan nyaman dalam kehidupan sosial, agama dan lain sebagainya yang dapat diwujudkan dalam bentuk solidaritas, toleransi serta menghormati dan menghargai masyarakat sekitar. Interaksi yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal adalah interaksi kelompok. Hubungan yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan maluk dengan ppendatang adalah hubungan yang berlangsung lama yang ditandai dengan drajat keeratan yang semakin kuat.

1. Pola Interaksi Masyarakat Lokal Terhadap Pergaulan Hidup dengan

Pendatang Meningkatnya intensitas masyarakat dan penambahan penduduk di sebabkan oleh pendatang yang mempengaruhi mayarakat lokal sehingga mempercepat terjadinya pembaruan sosial terhadap masyarakat lokal itu sendiri.Keseragaman pada masyarakat akan terwujud suatu hubungan yang baik bilamana didalamnya terdapat individu yang menilai baik antar individu dan adanya saling mempengaruhi satu dengan yang lain yakni hubungan saling toleran untuk bertindak.Tanggapan masyarakat lokal mengenai penilaian mereka terhadap masyarakat pendatang.Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa “keleluasaan dalam berbaur dalam suatu sistem sosial lebih mudahdipandang dari pendatang yang berasal dari Lombok, Jawa, dan Sunda”. 37 Dalam pandangan masyarakat lokal, masyarakat pendatang dari suku Jawa, Sunda memiliki kelebihan-kelebihan, seperti semangat dan ketekunan dalam bekerja serta memiliki kreativitas yang tinggi. Selain itu, mereka juga terkesan dengan sifat kesederhanaan, hemat dan keramah-tamahan yang pada umumnya banyak terdapat pada masyarakat pendatang dari daerah Jawa, Jawa barat dan Lombok. Banyak pendatang dari Lombok tersebut dilibatkan dalam meperkerjakan masyarakat, seperti dibidang pertanian dan pekerjaan fisik lainnya. Demikian juga penilaiannya terhadap pendatang dari Jawa dan Sunda yang dipandang mudah diajak untuk bekerja sama dan sangat kreatif dalam berbagai hal. Implikasinya adalah banyaknya masyarakat lokal yang merasa termotivasi berperilaku sebagaimana perilaku pendatang dari Jawa dan Sunda. Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat. Corak kehidupan yang subsisten sangat bergantung pada pembaruan sosial sesuai dengan keadaannya tersebut menyebabkan tindakan sosial masyarakat lokal dalam berperilaku sosial diadopsi oleh masyarakat lokal terhadap perilaku masyarakat pendatang dan dimulai oleh kalangan pemuda yang cendrung lebih pleksibel dalam berinteraksi dengan pendatang.Dalam pemikiran Peter L. Berger dalam bukunya perubahan sosial adalah sebuah proses yang terjadi secara terinstitusi. perubahan sosial tidak semata berasal dari tindakan individu yang memiliki kebebasan penuh. Dalam proses perubahan sosial, dibutuhkan aspek kolektifitas, aspek kebersamaan sebagai kelompok manusia, sebagaimana Marx menekankan bahwa penjungkirbalikan terhadap kelas sosial yang baku dimungkinkan melalui aksi bersama yang terstruktur. 38 Untuk memperkuat teori tentang perubahan sosial selanjutnya menurut Wilbert Moore dalam Elly M. Setiadi dan kawan-kawan memandang perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, pola perilaku, dan interaksi sosial”. 39 Masyarakat membutuhkan peranserta pemuda untuk kemajuan bersama. Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memiliki keterbatasan untuk memajukan bangsa. Selanjutnya alasan perubahan atau adopsi nilai akibatnya perubahan sosial dari berbagai aspek kehidupan oleh masyarakat pendatang 37 Responden, Wawancara, Pasar Tradisional Desa Maluk,Kecamatan Maluk, Kabupaten sumbawa barat, Nusa Tenggara Barat. 38 Peter L. Berger, Perspektif Metateori Pemikiran, Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia, 2009, h. 133. 39 Elly M. Setiadi, H. Kamma A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2008, h. 49. yang menular dari kalangan muda sampai kalangan tua termasuk tokoh masyarakat dan tokoh agama adalah: 1. Keinginan untuk menjadi masyarakat yang maju seperti masyarakat lain. 2. Faktor kemampuan untuk melakukan perubahan sosial dan berperilaku cukup tinggi. 1. Faktor pendorong perubahan a. Meningkatnya aksesbilitas di kawasan. b.Banyakdanberagamnya asal dan etnik pendatang yangnotabanenya sebagai masyarakat pekerja. c. Kurangnya penyaringan atau filter sosial yang dilakukan masyarakat lokal d. Berubahnya orientasi nilai budaya masyarakat lokal. e. Meningkatnya pendapatan dan status sosial atas masyarakat. f. Meningkatnya ketersentuhan masyarakat dengan informasi dari luar. 2. Faktor penghambat perubahan a. Masih adanya masyarakat tertentu, terutama dari masyarakat penganut agama Islam taat, yang tidak menginginkan perubahan sosial secara revolutif. b. Adanya kelompok atau kelembagaan masyarakat yang notabenenya menentang berbagai akses negatif perubahan sosial pada berbagai kalangan atau lapisan masyarakat. Faktor penting perubahan adalah berubahnya orientasi dan perilaku masyarakat dari nilai kekerabatan lokal Lokalit menjadi masyarakat terbuka Kosmopolit yang berorientasi maju Modern.

2. Pengadopsian Perilaku Positif Masyarakat Lokal Terhadap Pendatang

Dari hasil penelitian teridentifikasi bahwa masyarakat lokal mengadopsi perilaku masyarakat pendatang yang dinilai baik secara selektif. Beberapa perilaku masyarakat dari daerah lain yang dinilai positif dan cendrung di adopsi oleh masyarakat lokal yaitu: 1.Semangat dan ketekunan dalam bekerja 2.Keragaman keahlian dan keterampilan 3.Kreaktivitas dalam berusaha 4.Kesederhanaan, hemat dan penuh perhitungan

3. Persepsi Negatif Masyarakat Lokal Terhadap Pendatang

Selain perilaku yang ingin ditiru itu ada juga persepsi dan perilaku pendatang yang tidak di sukai oleh kalangan tua masyarakat lokal diantaranya adalah: 1. Kebiasaan minum-minuman keras. 2. Kecendrungan pada pergaulan bebas. 3. Mengekspresikan perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinan agama masyarakat lokal. Artinya, bahwa pada situasi atau kondisi semacam ini kontak sosial dan kebudayaan antara masyarakat pendatang dan masyarakat lokal itu terjadi.Sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang berarti pada komunitas- komunitas tersebut. Meskipun ada unsur-unsur negatif yang dianggap oleh masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang pada dasarnya telah terjadi hubungan atau kontak pada kedua kelompok masyarakat tersebut.

E. Pola Interaksi Masyarakat Desa Maluk Dengan Pedagang Pendatang.

Gambaran pola interaksi yang menjadi media pengamatan oleh penulis adalah dipusatkan pada Desa Maluk. Dengan alas an yang sangat jelas bahwa desa maluk merupakan salah satu desa yang merupakan pusat ekonomi yang cukup signifikan terhadap pergerekan ekonomi yang menjadi pusat terbesar dari beberapa desa yang berada di Kecamatan Maluk. Dengan keberadaan pasar swalayan maupun pasar tradisional. Interaksi masyarakat Desa Maluk denagan pedagang tercipta cukup baik dan berlangsung cukup lama. Hal ini diungkapkan dari hasil wawancara. Di Desa Maluk sangat banyak masyarakat pendatang yang berbelanja di pasar ini, ada yang berasal dari tetangga desa, namun ada juga dari luar desa. Rata-rata orangnya baik- baik, sopan dan tidak banyak tingkah. Walaupun ada yang beda tetapi ada satu dua orang, itupun mungkin karakter bawaan dari daerah asal. Namun karakter itu tidak sampai menimbulkan masalah di sini. 40 Gambaran hidup yang demikianlah yang mempunyai pengaruh besar terhadap hubungan sosial yang terjalin antara masyarakat local dengan masyarakat pendatang dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut mewarnai segala kehidupan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Para pendatang yang berprofesi sebaga pedagang 40 Esa, Wawancara. Pasar Tradisional, Desa Maluk, Kec. Maluk, NTB. mempunyai kegiatan lain dibalik kegiatan berdagangya saja, mereka tidak mungkin memikirkan kegiatan berdagang saja dan mencari keuntungan yang banyak, tetapi mereka mempunyai lingkungan di luar aaktivitas kesehariannya yaitu, berinteraksi dengan masyarakat karena kehidupan sosial dan keagamaan sangat penting penting selain juga untuk menjaga hubungann kita sebagai mahluk sosial. Para pedagang merupakan bagian masyarakat Kecamatan Maluk, khususnya yang tinggal di Desa Maluk yang hadir di tengah-tengah suatu budaya masyarakat setempat dan erat lewat interaksi sosial yang terbangun didalamnya. Pedagang sebagai mahluk sosial berupaya untuk mengikuti kebudayaan setempat yang ada, akan tetapi ada tuntutan bagi mereka untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan tindakan mereka sendiri sebagai pendatang. Mereka lebih memilih sebaagai pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup namun mereka juga selalu berusaha untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang ada di desa tersebut dengan mengikuti-mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai salah satu perwujudan sosial dan sebagai salah satu alat untuk melakukan interaksi. Para pedagang dalam aktivitas berjualan rata-rata sangat ramaah sekkali dengan masyarakat setempat. Sikap ramah tersebut ditunjukkan oleh pedagang dalam menyikapi pembeli masyarakat sekitar. Sikap pedagang yang ramah dan baik inilah yang dijadikan sebagai media yang diharapkan dapat diterima masyarakat dan berdampak terhadap interaksi terhadap masyarakat sekitar walaupun tidak secara langsung mereka mengikuti aktivitas- aktivitas keagamaan di desa setempat. Para pedagang dalam aktivitas sehari-harinya tentu akan bersentuhan secara langsung dengan masyarakat dimana mereka tinggal. Untuk mempertahankan eksistensinya di tengah- tengah masyarakat pedagang harus bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Interaksi yang terjadi antara pedagang dan masyarakat lokal biasanya terjadi ketika mereka melakukan aktivitas jual beli. Dalam realitas sosial hubungan interaksi yang terbangun antara masyarakat pendatang dengan masyarakat menunjukkan hubungan tidak baik atau konflik. Konflik yang terjadi dalam haal ini adalah konflik yang bersifat manifest antara berbagai kelompok yang terlibat. Interaksi yang terjadi dalam masyarakat selalu mempunyai dua sisi. Di samping maslah positif yang mengarah kepada keharmonisan dalam tatanan masyarakat terdapat juga masalah yang mengarah kepada bentuuk konflik. Model kedua inilah yang terjadi masyarakat di Kecamatan Maluk khususnya di Desa maluk yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti. Melihat sekilas hubungan antara masyarakat tersebut rentan terjadi konflik dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Konflik yang disebabkan antara lain muncul protes dalam hubungan perpindahan lahan parkir kendaraan disekitar pasar tersebut.

F. Agama Sebagai Perekat Harmoni Sosial

Pada dasarnya agama dan masyarakat saling mempengaruhi, agama mempengaruhi jalannya masyarakat, selanjutnya pertumbuhan manusia mempengaruhi pemikiran terhadap agama. Agama Islam harus tampil sebagai suatu sistem totalitas dan kemampuan pengarah, guna penataan kembali nilai dan tujuan kehidupan, pengaturan kembali fungsi dan norma tentang pandangan struktur dan makna. Jelas tidak ada masyarakat yang statis dan sama sekali tidak berubah, demikian pula agama. Agama tidak hanya asyik di alam metafisik yang tertutup, tetapi juga senantiasa berjuang bersama manusia. Secara sosiologis-historis hakikat agama selalu merupakan suatu hakikat yang historis, yang berjuang bersam perubahan dan kefanaan. Ibadah suatu bentuk interaksi positif antara kelompok pribumi yang beragama Islam dengan kelompok pendatang yang beragama Islam telah memberikan suatu bentuk kehidupan yang harmonis. Bentuk kehidupan yang harmonis ini tidak terbentuk begitu saja melainkan melalui proses yang cukup panjang. Selanjutnya toleransi adalah sikap memberikan kebebasan kepada setiap orang yang berbeda, baik dalam pendapat, sudut pandang agama dan keyakinan tanpa ada rasa benci, pertentangan dan permusuhan. Namun dengan demikian hal ini memberikan suatu pendekatan dengan cara dialog, dan musyawarah untuk memberikan argumentasi dan informasi tentang apa yang diterima sebagai kebenaran, sehingga tidak menimbulkan konflik. Sikap ini di tandai oleh penerimaan kelompok pribumi yang memberikan hak dan kebebasan kepada kelompok pendatang untuk mempercayai mazhabnya terkait dengan peribadatan dan pelaksanaannya. Selain itu mereka tidak mempersalahkan seig-segi perbedaan dalam beragama tetapi sebaliknya mereka menonjolkan segi persamaan dan walaupun perbedaan itu tidak dapat disatukan masing-masing mereka tidak meributkannya dan menganggap sebagai suatu keunikan. Mereka menjauhkan sikap egoisme dalam beragama sehingga tidak mengklaim dirinyalah yang paling merasa benar.Interaksi seperti inilah telah memberikan konstribusi yang baik terhadap terbentuknya toleransi beragama antara kelompok pribumi yang beragama Islam dengan kelompok pendatang yang beragama Islam.Sehingga kehidupan harmonis dapat dinikmati oleh masyarakat daerah penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dari kelompok pendatang, Bapak Galang yang berasal dari Malang, diperoleh informasi bahwa: Maluk ini saya telah mengenalnya cukup lama jauh sebelum keadaan terjadi yang saat ini. Saya orang jawa yang lebih kental keagamaannya dan tidak pernah menganggap saya berbeda dengan mereka dalam hal agama, kami ngobrol dengan akrab dan juga saya sering bermain kerumahnya karena rumah kami berdekatan”. 41 “agama tidak membelenggu kita, tetapi malah mengetur kita dalam bertingkah laku dan mengetahui yang mana dibolehkan dan mana yang tidak. 42 Salah satu bukti kemaha kuasaan Allah SWT adalah dia menciptakan seluruh mahluk- Nya dengan perbedaan-perbedaan sesuai dengan kehendaknya.Allah maha kuasa itu menjadikan perbedaan itu sebagai rahmat, terutama pada manusia.Perbedaan-perbedaan itu, termasuk dalam berpikir dan berpendapat menjadikan hidup manusia lebih dinamis dan lebih berwarna.Sesuai dengan ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang banyaknya perbedaan-perbedaan pada manusia, salah satu contohnya adalah; perbedaan-perbedaan manusia dalam berpendapat, sebagaimana firman Allah.“Sesungguhnya kamu benar-benar dalam berbeda pendapat” Az-Dzariyat: 8”. 43 Kemudian kemuliaan dan keutamaan manusia antara lain dijelaskan dalam surat at-Tin, sebagai berikut: “Sesungguhnya kami Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya. Q.S. at-Tin:4. 44 Perbedaan itu jika disikapi dengan cara yang positif maka akan mendatangkan suatu kebaikan begitu pula dengan sebaliknya apabila perbedaan itu disikapi dengan cara negatif kemungkinan besar akan menuai perdebatan dan menimbulkan konflik. Dari hal semacam inilah yang dibutuhkan terkait dengan toleransi bergama agar masyarakat selalu dalam kehidupan yang menciptakan rasa harmonis. Pertemuan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat pribumi, pada akhirnya mempertemukan dengan dua nilai budaya dan dua nilai sikap yang sama. Dalam pembahasan ini penulis akan menjabarkan jalur-jalur hubungan sosial keagamaan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang 41 Galang, Wawancara, DesaBukit Damai, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. 42 Galang, Wawancara. 43 Lajnah Penthashih Mushaf Alqur’an, Departmen Agama Republik Indonesia, Alquran dan terjemahannya, Bandung: CV Jumanatul Ali Art, 2004, h. 521. 44 M. Irsjad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam, Ciputat: Karsa Utama Mandiri dan PB Mathla’ul Anwar, 1998, h. 140.