Metode Penelitian Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB
merupakan produk sosial yang muncul dari interaksi sosial; dan 3 ‘social actor’ memberi makna dari proses interpretasi.
Sedangkan pendekatan etnometodologi lebih merajuk pada bidang yang diteliti, yaitu tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari. Dalam
hal ini yang ingin dipahami adalah bagaimana orang-orang melihat, menerangkan dan menguraikan keteraturan dunia tempat hidupnya. Fokus penelitiannya adalah realitas dari
kehidupan sosial sehari-hari. Jadi yang dipentingkan adalah hal-hal yang nyata dan apa adanya menurut yang dilihat dan diketahui. Bendasarkan pemikiran pada pendekatan-
pendekatan tersebut maka peneliti harus dapat “menangkap” proses interpretasi dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang yang diteliti. Pendekatan ini berasumsi bahwa
peneliti tidak memenuhi segala sesuatu dari orang-orang yang diteliti. Menggunakan pendekatan-pendekatan ini peneliti berusaha mendalami aspek ‘subjektif’ dari perilaku
manusia dari cara ‘masuk’ ke dalam dunia-dunia konseptual orang yang diteliti. Dengan cara tersebut diharap peneliti dapat mengerti bagaimana makna sosial dan wacana-wacana
dikembangkan dalam kehidupan sehari-harinya. Pemahaman mengenai dasar teori dan pendekatan dari penelitian kualitatif sangatlah
penting dipahami mengapa penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian kuantitatif. Dari hal tersebut dapat dipahami mengapa penelitian kualitatif mengajukan research
questions yang berbeda. Selain itu, penelitian kualitatif juga mencari kehidupan yang berbeda dari kehidupan sosial yang diteliti.karena itu penelitian kualitatif memerlukan prosedur
penelitian yang berbeda.
a. Variasi Penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif
Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan yang berbeda Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai
penjelasan atas perilaku dansikap-sikap tertentu.Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variable-variabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian. Misalnya,
para ahli etnografi memanfaatkan tema-tema kultural atau “aspek-aspek kebudayaan” walcott, 1999:113 untuk dikaji dalam proyek penelitian mereka, seperti kontrol sosial,
bahasa, stabilitas dan perubahan, atau organisasi sosial, seperti kekerabatan atau keluarga. Kedua, para penelitian kualitatif sering kali menggunakan perspektif teoritis sebagai
panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras atau isu-isu lain mengenai kelompok marginal. Perspektif ini biasanya digunakan dalam penelitian advokasi
partisipatoris kualitatif dan dapat membantu peneliti untuk merancang rumusan masalah,
mengumpulkan dan menganalisi data, serta untuk membentuk call for action and change panggilan untuk melakukan aksi dan perubahan. Perspektif-perspektif ini juga
menunjukkan bagaimana peneliti harus memposisikan diri mereka dalam penelitian kualitatif seperti, berada diluar atau tidak condong pada konteks pribadi, kultural, atau
historis tertentu dan bagaimana menulis laporan akhir seperti, dengan tidak memarjinalisasi lebih jauh individu-individu yang di teliti, atau dengan cara berbaur
langsung dengan mereka.Dalam penelitian etnografi kritis, peneliti memulai dengan satu teori yang dapat menjelaskan keseluruhan proses penelitiannya. Teori kausatif teori ini
bisa berupa teori emansipasi atau resepsi thomas, 1993. Beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut Creswell, 2007:
30
1. Perspektif feminis menggunggat kondisi kaum wanita saat iniyang ditindas dengan
sewenang-wenang dan institusi-institusi yang turut membentuk kondisi tersebut. Topik-topik peneliti bisa menncakup isu-isu kebijakan yang bebrhubungan dengan
realisasi keadilan sosial dalam ranah-ranah tertenntu atau pengetahuan tentang kondisi-kondisi ketertindasan yang dialami oleh mereka Olesan, 2000.
2. Wacana rasial memunculkan pertanyaan penting tentang konstruksi dan kontrol atas
pengetahuan–pengetahuan yang berbau ras, khususnya tentang orang-orang dan komunitas-komunitas kulit berwarna Landson-Billings,2000.
3. Prespektif teori kritis fokus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari
kungkungan rasial, kelas dan gender yang diletakan pada mereka Fay, 1987. 4.
Teori querr, begitulah istilah yang digunakan dalam literatur ini berfokus pada individu-individu yang menamakan dirinya sebagai kelompok lesbian, gay, biseksual,
dan transgender. Penelitian-penelitian yang menerapkan perspektif teoritis ini bukan berarti menjadikan individu-individu diatas sebagai objek mentah yang dapat
diperlakukan begitu saja, melainkan berusah mencari sisi-sisi kultural dan politis apa yang membuat membuat mereka terkucilkan dalam ranah sosial. Teori ini bahkan
berusaha menyuarakan kembali hak-hak dan pengalaman-pengalaman individu yang tertindas Gamson, 2000.
5. Studi ketidak mampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah, yang melibatkan
para pengurus sekolah, guru, dan orang tua yang memiliki anak-anak dengan ketidakmampuan tertentu Mortens, 1998.
30
JohnW. Crewell, Research Design,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010,h. 93-95.
Ketiga, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai point akhir penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai point akhir penelitian, berarti peneliti
menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu.
Inilah pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Pendekatn ini dapat dipakai sesuai dengan konteks dan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian.