Interaksionisme Simbolik Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB

G. Masyarakat Menurut Teori Simbolik

Interaksi simbolik menggambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai konsep- konsep seperti sistem, struktur sosial, posisi status, peranan sosial, pelapisan sosial, struktur institusional, pola status, norma-norma, dan nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai istilah “aksi”. Masyarakat, organisasi atau kelompok terdiri dari orang-orang yang menghadapi keragaman stuasi dan masalah yang berbeda-beda. Pengaruh interaksionisme yang paling umum adalah pandangan bahwa kita menggunakan interpretasi orang lain sebagai bukti “kita”. Berarti, citra diri Self-image. Kesadaran kita adalah produk dari cara orang lain berpikir tentang kita. Akibatnya, dalam hal ini “saya adalah apa yang saya pikir engkau berpikir tentang saya”. Bagi interaksi simbolik inilah terutama apa yang dimaksud dengan sosialisasi itu. Jadi bukan aturan- aturan kebudayaan sudah ada, bersifat eksternal, yang secara umum diinternalisasi oleh manusia, seperti pendapat teori struktural. Citra diri adalah produk dari proses interpreatif. Alokasi makna antara satu orang dengan orang yang lain. Yang bagi teori tindakan adalah akar dari semua interaksi sosial. Maka muncullah suatu gambaran masyarakat yang dinamis, bercorak serba berubah dan pruralis. Orang saling berhubungan satu sama lain dan saling menyesuaikan kelakuan mereka secara timbal-balik. Mereka tidak bertindak dengan berdoman pada satu kebudayaan, struktur sosial dan sebagainya, melainkan dengan menghadapi situasi-situasi. Ciri-ciri struktural seperti kebudayaan, pelapisan sosial atau peran-peran sosial yang menyediakan kondisi-kondisi tindakan mereka tetapi tidak menentukannya. Interaksionisme simbolik adalah nama yang diberikan kepada salah satu teori tindakan yang paling terkenal. Melalui interaksionisme simboliklah pernyatan-pernyataan seperti ‘definisi situasi”, “realitas dimata pemiliknya”, dan “jika orang mendefinisikan situasi itu nyata, maka hanyalah situasi itu dalam konsekuensinya”, menjadi paling relevan. Meski agak berlebihan, interaksionisme simbolik itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktivitas manusia yang unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan perhatian dalam rangka memahami kehidupan sosial. Menurut ahli teori interaksionisme simbolik, kehidupan sosial secara harfiah adalah interaksi manusia melalui penggunaan simbol- simbol”. Interaksionisme simbolik tertarik pada: Pertama,cara manusia menggunakan simbol untuk mengungkapkan apa yang mereka maksud, dan untuk berkomunikasi satu sama lain Suatu interpreatif yang ortodok. Kedua, akibat interpretasi atas simbol-simbol terhadap kelakuan pihak-pihak yang terlibat selama interaksi sosial. 16 Interaksionisme simbolik menekankan bahwa interaksi adalah proses interpretatif dua arah. Kita tidak hanya harus memahami bahwa tindakan seseorang adalah produk bagaimana ia menginterpretasi perilaku orang lain, tetapi bahwa interpretasi ini akan memberi dampak terhadap pelaku yang berperilakunya diinterpretasi dengan cara tertentu pula. Salah satu konstribusi interaksionisme simbolik bagi teori tindakan adalah elaborasi dan menjelaskan berbagai akibat interpretasi terhadap orang lain terhadap identitas sosial individu yang menjadi objek interpretasi tersebut.

H. Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Setiap manusia pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. 1. Definisi Perubahan Sosial dan Kebudayaan Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. William F.Ogburn dalam Soerjono Soekanto, berusaha memberikan sesuatu pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. 17 Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbul perorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan-hubungan antara buruh dan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahn-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. 18 Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial meerupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu 16 Pip Jones. Pengantar Teori-teori Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009, h. 142. 17 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 303-304. 18 Ibid. h. 304. pengetahuan, teknologi, bahkan dalam bentuk aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk yaitu: 2. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan Perubahn sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu: a. Perubahan lambat dan perubahan cepat Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu yang lama, dan rentetan- rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan yang lambat, dinamakan evolusi. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahn tersebut tidak perlu sejalan dengan peristiwa- peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. b. Perubahan kecil dan perubahan besar Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pengertian tersebut di atas, karena batas-batas pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung yang berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya, karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahn pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrilisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris, misalnya, merupakan pengaruh besar pada masyarakat. c. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan tidak dikehendaki Perubahan yang dikehendaki adalah perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan melakukan perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki perubahan disebut agent of change. Agent of change memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan- tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Selanjutnya perubahan yang tidak dikehendaki merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Konsep perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki tidak mencakup paham apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan dan diterima masyarakat. Bahkan para agent of change yang merencanakan perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan-perubahn yang tidak terduga di bidang-bidang lain. 3.faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan kebudayaan. Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketeahui sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya perubahn masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Mungkin saja karena ada factor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor-faktor lama itu. Pada umumnya dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut mungkin sumbernya ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri da nada yang terletaknya di luar. Sebab-sebab yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri, antara lain adalah: a. Bertambah atau berkurangnya penduduk b. Penemuan-penemuan baru c. Pertentangan konflik masyarakat d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi Selanjutnya suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain: a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia b. Peperangan c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain