Pola Interaksi Masyarakat terhadap Tatanan Sosial Budaya

kebiasaan dalam hal-hal sakral pada masyarakat lokal contohnya seperti Berenok, Basiru, dan penulung . 3. Sistem kepercayaan. Keberadaan masyarakat pendatang mempengaruhi masyarakat lokal terhadap bentuk sistem kepercayaan yang merubah pada pola pikir masyarakat lokal sehubungan dengan adanya ketertarikan terhadap cara berpikir masyarakat pendatang yang lebih modern. Dapat di jelaskan seperti berkurangnya kepercayaan dan ketaatan kepada aturan hukum adat yang berlaku pada masyarakat yang tertanam yang menjadi kepercayaan pada masa lalu. Nilai kesakralan adat tidak begitu mempengaruhi kelakuan dan tindakan masyarakat lokal. Hal ini di karenakan bahwa anggapan masyarakat sekarang tanpa harus mengikuti aturan hukum adat yang telah ditetapkan tidak akan terikat oleh hukum adat atau sangsi adat itu sendiri. 4. Norma sosial Adat istiadat. Masyarakat di daerah penelitian mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan terlihat bahwa pada masyarakat dalam perkembanngannya sudah tidak lagi terikat dengan norma-norma adat yang mewadahi masyarakat lokal sendiri seperti yang dijelaskan pada poin ketiga di atas. Dalam hal ini terlihat dari perubahan cara dan bentuk pembangunan rumah. Sebelum terjadinya perkembangan masyarakat terkait masyarakat pendatang, model-model bangunan rumah masih mengarah kepada model dan bentuk rumah tradisional adat masyarakat Sumbawa, yaitu rumah panggung. Perubahan itu terjadi pada saat ini, dan pada kenyataannya masyarakat kini sudah banyak yang memiliki rumah dengan gaya dan bentuk rumah yang modern Rumah permanen tetapi secara fisik masih memprtahankan ciri khas adat contohnya bentuk atap rumah. 5. Pembaruan sosial Interaksi sosial. Pada aspek ini menunjukkan perubahan yang sangat mencolok terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi pada masyarakat lokal. Artinya kepekaan terhadap tingkat kekerabatan masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang semakin intensif. Dalam pengamatan studi ini menunjukkan, sikap masyarakat lokal dipengaruhi perkembangannya oleh masyarakat pendatang baik dalam pengadopsian tingkah laku, pola pikir dan gaya hidup masyarakat lokal itu sendiri. Berbaurnya masyarakat pendatang dalam komunitas lokal semakin mempercepat pembaharuan sosial. Hal ini ditunjukkan pada bentuk kegiatan-kegiatan keagamaan yang lebih berperan pada proses ini. Dampak positif dari pembaharuan sosial tersebut adalah perubahan perilaku pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh karenanya berdampak pada masyarakat lokal yang semakin membaik. 6. Dalam hal sistem perkawinan Adat perkawinan pada hakikatnya telah mengalami perubahan dalam artian percampuran budaya. Hal diterangkan sebagian kecil masyarakat lokal yang berjodoh dengan masyarakat pendatang, sehingga melakukan hubungan pernikahan dengan masyarakat pendatang. Walaupun hal demikian terjadi pada bentuk hubungan perkawinan, dipastikan budaya masyarakat lokal akan lebih ditonjolkan sebagai kelompok yang mayoritas dari pada budaya masyarakat pendatang sebagai masyarakat minoritas. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pola interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat adalah interaksi yang bersifat asosiatif. 2. Kelembagaan sosial budaya beserta aktivitasnya diakui semakin berkembang dan mengalami peningkatan setelah adanya interaksi yang positif antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang terhadap pembentukan masyarakat. Indikasinya adalah berkembangnya kelompok-kelompok dan kelembagaan sosial masyarakat dalam bidang sosial, budaya dan agama tersebut sehingga mempengaruhi perkembangan perilaku masyarakat dan orientasinya terhadap lingkungan sekitar. Hal demikian juga didukung oleh sarana dan prasarana serta ketersedian tokoh-tokoh masyarakat dalam keberlangsungan proses tersebut. 3. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang merupakan sarana untuk melakukan komunikasi dan kontak sosial secara langsung antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang ini telah memberikan konstribusi yang baik dalam menjalin interaksi yang positif. Pendekatan dengan cara dialog dan musyawarah untuk saling memberikan argumentasi dan informasi tentan gapa yang diterima sebagai kebenaran mengantarkan pada pembentukan sikap toleransi. Dengan kata lain sebuah interaksi sosial yang dilandasi rasa tenggang rasa dan saling menghargai perbedaan yang ada telah mengantarkan kearah pembentukan sikap toleransi baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan beragama.

B. Saran

1. Penulis Kompleksitas akan terus terjadi dan berkembang karena adanya masyarakat yang dinamis yang selalu bergerak yang dilihat dalam tataran konteks sosial, budaya dan agama. Saran yang lebih ditekankan dalam hal ini adalah adanya kesadaran, kemauan, dan perlakuan yang sama pada semua warga masyarakatnya yang pada masa ini telah mengalami perkembangannya. Diketahui dalam lingkungan penelitian adanya banyak