Bentuk-bentuk Interaksi sosial Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat Studi di Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB
didasarkan pada penguasaan majikan atas budak-budaknya, dimana yang terakhir dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun juga.
b. Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi, dimana pihak-pihak yang terlibat masing-
masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelsaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap untuk dapat melaksanakan compromise berarti bahwa salah satu pihak
bersedia untuk merasakan dan mengerti pihak lainnya begitupun sebaliknya. c.
Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan, masing-masing tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
Pertentangan diselsaikan oleh pihak atau oleh suatu badan yang kedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan itu, seperti contohnya adalah penyelsaian
suatu perselisihan suatu perselisihan perbuatan. d.
Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada.
e. Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang
berselisih, untuk mencapai persetujuan bersama. f.
Tolerantion, yang juga sering dinamakan tolerant-participation, ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formil bentuknya, kadang-kadang tolerantion
timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal mana disebabkan karena adanya watak orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.
g. Stalamete, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
h. Adjudication. Yaitu penyelsaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Secara panjang lebar, Gillin dan Gillin mengurauikan hasil-hasil dari terjadinya proses akomodasi, dengan banyak mengambil contoh-contoh dari sejarah. Antara lain hasil-
hasilnya sebagai berikut: 1.
Akomodasi menyebabkan usaha-usaha untuk sebanyak mungkin menghindarkan diri dari benih-benih yang dapat menyebabkan pertentangan yang baru, untuk kepentingan
integrasi masyarakat. 2.
Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu misalnya golongan produsen demi kerugian pihak lain misalnya
golongan konsumen.
3. Akomodasi antara golongan produsen yang mula-mula bersaing akan dapat
menyebabkan turunnya harga, oleh karena barang-barang dan jasa lebih mudah sampai kepada konsumen.
4. Koordinasi berbagai keperibadian yang berbeda. Hal ini tampak dengan jelas apabila
dua orang misalnya, bersaing untuk menduduki kedudukan atau sebagai pimpinan suatu partai politik.
5. Perubahan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang
baru. 6.
Perubahan-perubahankedudukan. Sebetulnya akomodasi menyebabkan suatu penetapan yang baru dari kedudukan orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia.
7. Akomodasi membuka jalan kearah assimilalsi. Dengan adanya proses assimilasi, para
pihak lebih sering mengenal dan dengan demikian juga lebih mudah untuk saling mendekati, oleh karena timbul benih-benih toleransi.
c. Assimilasi
Assimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Proses assimilasi timbul apabila ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. Memperjelas maksud di
atas adalah:
1. Orang-perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama. 2.
Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Dan faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu assimilasi adalah antara lain: a.
Toleransi b.
Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang. c.
Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya. d.
Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. e.
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. f.
Perkawinan campuran Amalgamations. g.
Adanya bersama dari luar.
Faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang terjadinya assimilasi adalah antara lain: 1.
Terisolirnya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat Biasanya golongan minoritas. Suatu contoh misalnya orang-orang indian di Amerika Serikat yang
diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu yang tertutup Reservation . 2.
Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi itu. 3.
Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi itu. 4.
Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu, lebih superior dari pada kebudayaan golongan atau kelompok biasanya.
5. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniyah
dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya assimilasi. Faktor ini merupakan salah satu dari terhalangnya proses assimilasi.
6. Suatu in-group feeling yang kuat dapat pula menjadi penghalang terhadap terjadinya
assimilasi. In-group feeling artinya bahwa suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terkait pada suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada suatu
kelompok yang bersangkutan.Suatu hal lain yang dapat mengganggu proses assimilasi adalah apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang
berkuasa.
2. Proses Disosiatif Proses disosiatif sering juga disebu sebagai oppositional proces, persis halnya dengan
kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.
Proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana orang perorangan atau suatu kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dari publik Tidak perseorangan maupun kelompok manusia.
Bentuk-bentuk persaingan, yaitu antara lain: Pertama, persaingan di bidang ekonomi.Kedua, persaingan dalam bidang kebudayaan. Ketiga, persaingan untuk
mencapai kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat. Keempat, kersaingan karena perbedaan ras.
2. Kontravensi
Kontravensi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk proses sosial antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Contravention terutama ditandai oleh
gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka disembunyikan, kebencian atau keraguan-keraguan terhadap
kepribadian seseorang. Dalam bentuk yang murni, contervention adalah suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur
kebudayaan suatu golongan tertentu.Proses contravention mencakup lima sub proses, yaitu:
a. Proses yang umum dari contravention meliputi perbuatan-perbuatan seperti
penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan dan perbuatan mengacaukan rencana pihak
lain. b.
Bentuk-bentuk dari contravention yang sederhana seperti misalnya menyangkal perbuatan orang lain dimuka umum, memaki-maki orang lain, melalui surat-surat
selembaran, mencerca dan sebagainya. c.
Contravention yang bersifat rahasia, seperti umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat dan seterusnya.
d. Bentuk-bentuk contravention yang intensif yang mencakup penghasutan,
menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain dan sebagainya. e.
Contravention yang bersifat taktis, misalnya mengejutkan lawan. Mengganggu atau atau membingungkan pihak lain, umpamanya dalam kampanye pemilihan umum. Hal
itu sering terjadi antara partai-partai politik yang memperubutkan kedudukan melalui suatu pemilihan umum.
Contoh lain adalah memaksa pihak-pihak lain untuk menyesuaikan diri Conformity dengan memakai kekerasan, mengadakan provokasi, dan sebagainya.
3. Pertentangan
Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan kekerasan. Sebab musabab dari pertikaian ini antara lain: a.
Perbedaan antara orang perorangan. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin menyebabkan bentrokan antara orang-perorangan.
b. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung
pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut.
c. Bentrokan antara kepentingan-kepentingan. Bentrokan-bentrokan kepentingan
orang perorangan maupun kelompok-kelompok manusia merupakan sumber lain dari pertentangan.
d. Perubahan-perubahan sosial. Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam
masyarakat, untuk sementara waktu merubah nilai-nilai dalam masyarakat tadidan menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya mengenai
reorganisasi dari sitem nilai-nilai yang sebagai akibat perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu disorganisasi.