Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal ataupun nonverbal. Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya. “The interpersonal communication book ” mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai suatu proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. 5 Komunikator yang efektif adalah komunikator yang mampu mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua belah pihak dalam interaksi yang efektif. 6 Apabila komunikasi berlangsung dalam tatanan interpersonal tatap muka dialogis timbal balik face to face dialogical reciprocal ini dinamakan interaksi simbolik. Dengan demikian komunikasi didefinisikan sebagai interaksi atau aksi sosial bersama individu-individu mengenai apa yang mereka lakukan. 7 Komunikasi adalah pertukaran informasi, sehingga setiap individu yang berinteraksi dapat dengan mudah dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Namun, berbeda bagi yang memiliki keterbatasan kemampuan secara fisik maupun mental yang demikian, serta kecacatan pendengaran seperti tuna rungu. Bahkan ada kalanya 5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 30. 6 Joseph A. Devito, Komunikasi AntarManusia, Tangerang selatan: PT. Karisma Publishing Group, 2011, h. 5. 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2007, h. 390. orang yang memiliki keterbatasan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. 8 Penyandang tuna rungu yang mempunyai keterbatasan pendengaran adalah orang yang berbeda dengan orang lain pada umumnya, tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Dan tuna rungu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal dan isyarat pada umumnya, akan tetapi kebanyakan bahasa verbal yang digunakan didorong dengan bahasa nonverbal yaitu bentuk isyarat simbol. Komunikasi antarpribadi interpersonal communication adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik dyadic communication yang hanya melibatkan antara dua orang. Keberhasilan dari komunikasi menjadi tanggung jawab para anggota komunikasi. Komunikasi antarpribadi bebas mengubah topik pembahasan tanpa terikat suatu topik. 9 Pendengaran dan pengelihatan sebagai panca indra primer, akan tetapi sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan bersifat intim. Jelas sekali bahwa 8 Kartini Kartono, Psikologi Anak, Bandung : PT. Bandar Maju, 2011, h. 236. 9 Dedy Mulyana, Ilmu komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, h. 81. komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk memengaruhi dan membujuk orang lain, karena kita dapat membujuk orang lain dari beberapa alat panca indra tersebut. 10 Namun, bagaimana bagi orang yang memiliki keterbatasan fisik secara permanen seperti penyandang tuna rungu. Dalam penelitian ini akan menjelaskan komunikasi antarpribadi penyandang tuna rungu dalam menggunakan komunikasi nonverbal, karena komunikasi nonverbal dianggap sebagai salah satu bentuk bahasa yang dapat memudahkan penyandang tuna rungu dalam melakukan interaksi serta mempertegas bahasa verbal yang kurang jelas. Sehingga isi pesan yang disampaikan dan dimaksud dapat dengan mudah dipahami dalam sebuah interaksi bagi penyandang tuna rungu. Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam hal pendengaran, baik secara permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tuna rungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran diantaranya adalah sangat ringan, dan gangguan terberat, atau gangguan pendengaran ekstrem atau tuli. Karena memiliki keterbatasan dalam pendengaran individu tuna rungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka bisa disebut tuna wicara. Dan cara berkomunikasi mereka dengan individu lainnya menggunakan bahasa isyarat dan abjad jari yang telah di patenkan 10 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h. 81. secara internasional. Sedangkan, untuk isyarat bahasa berbeda-beda disetiap negara. Saat ini di beberapa sekolah telah mengembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal bagi penyandang tuna rungu dengan bantuan bahasa isyarat tentunya. Sehingga lebih mempertegas bahasa verbal yang disampaikan. Individu tuna rungu lebih cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. 11 Hal inilah yang mengakibatkan keterbatasan dalam menerima informasi yang disampaikan oleh lawan bicara. Fenomena yang terjadi dalam komunikasi penyandang tuna rungu adalah salah satu bentuk komunikasinya yang bersifat nonverbal, yakni dengan menggunakan bahasa-bahasa serta metode yang menunjang bagi kemampuan komunikasinya. Salah satunya adalah komunikasi total yakni komunikasi yang berusaha menggabungkan berbagai bentuk komunikasi untuk mengembangkan konsep dan bahasa pada penderita gangguan pendengaran atau tuna rungu. Didalamnya terdapat gerakan-gerakan, suara yang diperkeras, ejaan jari, bahasa isyarat, membaca dan menulis. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis akan mencoba meneliti pola komunikasi antarpribadi nonverbal penyandang tuna rungu yakni dimana komunikasi yang lebih mengutamakan bantuan gerakan atau simbol 11 Artikel ini diakses dari http:id.wikipedia.orgwikianak_berkebutuhan_khusus.com, pada tanggal 28112013 pukul 20:25 WIB. yang dapat membantu penyandang tuna rungu. Dan penelitian ini lebih memfokuskan komunikasi diadik yakni komunikasi yang terjadi antara dua orang secara langsung dan tatap muka. Penelitian ini sangat penting diteliti karena pola komunikasi tuna rungu berbeda dengan cara komunikasi orang normal pada umumnya, mereka menggunakan bahasa isyarat atau nonverbal sebagai bahasa yang mereka gunakan dalam interaksi sehari-hari, sebab penyandang tuna rungu sangat sulit berkomunikasi dan melakukan feedback dalam berkomunikasi. Terlebih lagi untuk memahami isi dan maksud dari pembicara atau komunikator. Selain itu juga penyandang tuna rungu sangat sulit dalam mempersepsikan konseptual bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Dengan demikian, sangat penting untuk mengetahui pola komunikasi penyandang tuna rungu menggunakan komunikasi nonverbal dan isyarat tertentu dalam berkomunikasi, agar dapat dengan mudah dipahami serta memudahkan penyandang dalam berkomunikasi. Dengan adanya sebuah pola komunikasi tertentu melalui komunikasi nonverbal diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam menyampaikan fikiran, dan perasaan penyandang tuna rungu. Yayasan tuna rungu Sehjira Deaf Foundation adalah lembaga yang membina penyandang tuna rungu dengan memberikan edukasi, bimbingan, serta dukungan penuh dengan keterampilan-keterampilan khusus seperti keterampilan manusia normal pada umumnya. Yayasan Sehjira juga berperan dalam membantu penyandang tuna rungu dalam berkomunikasi, memberikan arahan terhadap kemudahan berkomunikasi. Oleh karena itu, penulis memilih yayasan tuna rungu sebagai subjek dalam penelitian karena yayasan ini bergerak pada kegiatan sosial dengan tujuan memberdayakan kaum tuna rungu agar bisa mencapai hak-haknya yang setara dengan orang yang mendengar pada umunya. Memberdayakan dari segala bidang serta meningkatkan sumber daya tuli melalui pendidikan informal dan keterampilan baik di lingkungan keluarga maupun individu. 12 Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian tentang pola komunikasi tuna rungu antarpribadi nonverbal yang diterapkan dalam keseharian penyandang tuna rungu. Apakah efektif komunikasi yang dilakukan melalui bantuan komunikasi nonverbal seperti bahasa dan isyarat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis memilih skripsi dengan judul “Pola Komunikasi AntarPribadi Nonverbal Penyandang Tuna Rungu Studi Kasus Di Yayasan Tuna Rungu Sehjira Deaf Fondation Joglo-Kembangan Jakarta Barat. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah a. Pembatasan masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis membatasi pola komunikasi penyandang tuna rungu melalui 12 Artikel ini Diakses dari www.Sehjira-yayasan-keluarga-tuna-rungu.compada tanggal 28112013 pukul 08:52 pm. komunikasi antarpribadi bersifat nonverbal serta difokuskan kepada penyandang tuna rungu ringan dan tuna rungu berat. b. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana pola komunikasi antarpribadi nonverbal penyandang tuna rungu ringan dan berat di yayasan tuna rungu Sehjira Deaf Foundation dalam Meaning, Language, dan Thought untuk penyandang tuna rungu ringan dan berat? b. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam komunikasi bagi penyandang tuna rungu di Yayasan Sehjira Deaf Foundation dari segi intelegensi, bahasa dan bicara, segi emosi dan sosial? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pola komunikasi antarpribadi nonverbal penyandang tuna rungu ringan dan berat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari di Yayasan Sehjira Deaf Foundation . b. Untuk mengetahui faktor hambatan dan pendukung dalam berkomunikasi bagi penyandang tuna rungu ringan dan berat dari segi intelegensi, bahasa dan bicara serta dari segi emosi dan sosial diYayasan Sehjira Deaf Foundation.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis Secara akademis dan ilmiah skripsi ini dapat dijadikan dan digunakan sebagai bahan pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi. Penelitian ini juga di harapkan agar dapat menjadi sumber informasi tentang pola komunikasi penyandang tuna rungu melalui komunikasi nonverbal mereka berupa bahasa isyarat dan simbol. Melalui komunikasi antarpribadi yakni komunikasi yang dilakukan secara langsung bagi penyandang tuna rungu di Yayasan Tuna Rungu Sehjira Deaf Foundation.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan membuka pemikiran baru khusus bagi penulis dalam rangka mengetahui langkah dan respon positif bagi penyandang tuna rungu, yang berbeda dengan manusia normal pada umumnya dalam hal pendengaran. Umumnya bagi orang-orang yang tertarik dengan penelitian pola komunikasi penyandang tuna rungu serta dapat memberikan gambaran bagi pembaca, dan menambah khazanah pengetahuan tentang komunikasi dan bentuk komunikasi lainnya.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Karena paradigma konstruktivis merupakan antitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Sebab, suatu realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan ke semua orang. Karena dasar paradigma ini memfokuskan pada pengamatan dan objektivitas. Maka hubungan antara pengamatan dan objek bersifat kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya. 13 Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui dan mengamati secara mendalam pada objek penelitian yakni penyandang tuna rungu sebagai objek utama. Agar penelitian yang dihasilkan dari objek tersebut bisa menemukan suatu kebenaran terhadap suatu realitas atau ilmu pengetahuan yang benar. Maka pengamatan yang dilakukan di lapangan terhadap objektivitas mempunyai kesatuan yang subjektif. 2. Pendekatan Penelitian 13 Norman K. Dezin, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara wacana yogya, 2001, h. 41. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Jika data yang sudah terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam penelitian ini lebih memfokuskan kedalaman atau kualitas data. Dalam penelitian ini penulis menjadi bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian penulis menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung ke lapangan. Penulis mewawancarai subjek penelitian untuk mendapatkan data dan melakukan wawancara mendalam agar mendapatkan data yang mendalam. Selama proses ini terjadi dialog bebas antara penulis dan masing-masing subjek penelitian. dan hasil dialog ini kemudian diinterpretasikan oleh penulis dengan teori-teori yang relevan. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus, yakni metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak mungkin yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok atau peristiwa secara sistematis.