dalam jarak ini pembicara berusaha tidak terlibat dalam komunikasi dan menekan orang lain.
4 Jarak publik, yakni jarak yang berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.
6. Vokalik Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam
suatu ucapan, yaitu cara berbicara. 7. Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak,
temperatur dan sebagainya.
38
d. Fungsi Komunikasi Nonverbal
Ada beberapa fungsi komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi diantaranya adalah:
1. Repetisi yakni perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal.
2. Subtitusi adalah perilaku nonverbal dapat mengganti perilaku verbal jadi tanpa berbicara kita dapat berinteraksi dengan orang
lain.
38
Ekmen, P, dkk, Semiotika, Jakarta: Kencana Prenada Group, 1969 , h. 50.
3. Kontradiksi adalah perilaku nonverbal yang dapat digunakan untuk membantah dan bertentangan dengan perilaku verbal dan
bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal. 4. Aksentuasi adalah memperteguh, menekankan atau melengkapi
perilaku verbal. 5. Komplemen yakni perilaku nonverbal dapat meregulasi
perilaku verbal.
E. Tuna Rungu a. Pengertian Tuna rungu
Istilah tuna rungu diambil dari kata “tuna” yang artinya kurang dan “rungu” yang berarti pendengaran. Istilah tuna rungu digunakan
untuk orang yang memiliki cacat atau kelainan pada pendengaran yaitu organ pendengaran tidak berfungsi dengan normal. Terkadang kita
menyebut dengan istilah ‘tuli’ atau pekak. Namun sebutan yang lazim digunakan adalah tuna rungu.
Menurut Andreas Dwidjosumanto mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan
tuna rungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli deaf atau kurang mendenger hard of hearing. Tuli adalah seseorang
yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pengdengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang
dengar adalah orang yang mengalami kerusakan dalam hal pendengaran, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar. Baik
dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar hearing aids seperti alat bantu pendengaran.
Bila dilihat secara fisik penyandang tuna rungu tidak berbeda dengan
manusia normal
pada umumnya.
Namun, setelah
berkomunikasi barulah diketahui bahwa seseorang tersebut mengalami gangguan pada pendengarannya.
39
Murni Winarsih mengemukakan bahwa tuna rungu adalah suatu istilah umum yang menunjukan kesulitan mendengar dari yang
ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang yang menyandang status tuli akan kehilangan
kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran. Sedangkan menurut Tin Suharmini
mengemukakan tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan dari seseorang individu yang mengalami kerusakan pada indera
pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui suara sejenis komunikasi
verbal pada umumnya.
40
39
Sutjihati Somantri, Tuna Rungu Dalam Pandangan sosial, Yogyakarta: Graha Ilmu, 1996, h. 74.
40
Sutjihati Somantri, Tuna Rungu Dalam Pandangan sosial, h. 74.