Definisi pedagang kaki lima

32 akan hukum yang berlaku sehingga pemanfaatan ruang publik kerap dilakukan. 2. Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima Sejalan dengan hal di atas, Kartono memberikan ciri-ciri umum pedagang kaki lima sebagai berikut: Satu, merupakan individu atau kelompok dalam melakukan kegiatan usahanya merangkap sebagai pedagang dan produsen. Dua, keberadaannya ada yang permanen atau menetap di lokasi, dan ada yang berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain. Tiga, jenis barang dagangannya berupa makanan dan minuman yang awet atau tahan lama, serta dalam memasarkan dagangannya bersifat satuan. Empat, pada umumnya bermodalkan dan berpenghasilan minim. Lima, kualitas barang yang di pasarkan rendah dan kadang tidak bermutu. Enam, pendapatan dan pengeluaran uang dalam kegiatan usaha tidak banyak, dan para konsumennya mayoritas yang daya belinya rendah. Tujuh, usaha skala kecil dapat berupa Familly Enterprise. dimana anggota keluarga ikut serta untuk membantu dalam usaha tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Delapan, adanya kegiatan tawar-menawar antar penjual dan pembeli. Sembilan, adanya variasi jam kerja. Dalam menjalankan Kegiatan usanya, para pedagang ada yang secara penuh, ada juga secara musiman. Sepuluh, barang-barang yang dijual biasanya Convenience Goods jarang sekali Specialy Goods. Sebelas, berada dalam suasana psikologis tidak tenang diliputi rasa takut. ini dikarena ketakutan para pedagang akan 33 keberadaan mereka yang melanggar hukum sehingga cemas akan adanya tim penertiban. 22 3. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima Mengutip pemikiran Mc. Gee dan Yeung yang menyatakan bahwa, Jenis barang dagangan yang akan dipasarkan para pedagang kaki lima bisa ditentukan oleh lingkungan sekitar atau kebutuhan dan permintaan dari masyarakat setempat. Dengan demikian, jenis barang dagangan yang ditawarkan pedagang kaki lima bermacam-macam bentuknya. Untuk lebih jelasnya lagi, Mc. Gee dan Yeung mengelompokan jenis dagangan yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima dimenjadi 4 kelompok, yaitu: Pertama, makanan yang belum diproses atau barang mentah seperti daging, buah- buahan, dan sayuran. Kedua, makanan siap saji atau instan, seperti nasi beserta lauk-pauknya, dan minuman. Ketiga, barang matrial dan kesehatan, seperti tekstil dan obat-obatan. Keempat, jasa. Yang terdiri dari beragam aktivitas, seperti tukang cukur rambut, bengkel, tukang servis elektronik, warung telepon, dan counter handphone. 23 22 Zakik, ³ Analisis Strategi dan Kebijakan Penanganan Pedagang Kaki Lima Di Kota Surabaya,´ PDII, Semarang: Tesis, Jurusan Ekonomi, Universitas Unijoyo, 2006, h: 96. Diakses pada tanggal 3 Februari 2012. Jurnal.pdii.lipi.go.idadminjurnal120692119.pdf 23 Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi PKL Serta Persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, Semarang: Tesis, Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, 2006, h: 35. Diakses pada tanggal 25 November 2011 dari www. Eprints.undip.ac.id. 34 4. Bentuk Sarana Pedagang Kaki Lima Dalam memasarkan atau menjual barang dagangannya, para pedagang kaki lima mengunakan bermacam-macam sarana untuk mendukung kegiatan perekonomiannya berdasarkan jenis barang dagangannya. Adapun bentuk sarana yang digunakan para pedagang kaki lima menurut Waworoentoe, yaitu sebagai berikut: Satu, gerobak atau kereta dorong. Bentuk sarana tersebut dikategorikan dalam bentuk aktivitas pedagang kaki lima yang permanen Static atau menetap mangkal di lokasi, dan juga bisa di sebut pedagang semi permanen Semi Static berpindah-pindah atau menetap hanya sementara. Dua, pikulan atau keranjang. Bentuk sarana perdagangan ini di kategorikan semi permanen Semi Static dan sering digunakan oleh pedagang kaki lima keliling Mobile Hawkers. Tiga, warung semi permanen. Bentuk sarana ini dikategorikan dalam bentuk aktivitas pedagang kaki lima permanen Static, karena sarana yang menggunakan sarana bongkar dan pasang, serta dalam melakukan kegiatan perekonomiannya menetap di lokasi, bahkan sering juga berpindah-pindah. Sarana ini terdiri dari beberapa gerobak atau kereta dorong yang diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan kursi dan meja. Empat, kios. Bentuk sarana pedagang kaki lima ini menggunakan papan, kayu, dan bahan-bahan material, yang di bentuk menyerupai sebuah bangunan semi permanen. Pedagang kaki lima ini dikategorikan sebagai pedagang permanen Static atau menetap bahkan sarana tersebut juga dijadikan tempat tinggal. Kelima, gelaran atau alas. Sarana ini berupa tikar, kain, dan papan untuk menjajakan 35 dagangannya. Berdasarkan sarana tersebut, pedagang ini dapat dikategorikan dalam aktivitas semi permanen Semi Static. 24

D. Teori

1. Teori Fungsional Struktural a. Teori Fungsional Struktural Talcott Parsons

Dalam teori Fungsionalisme Struktural, masyarakat sebagai suatu sistem yang bagian-bagiannya saling berkaitan satu sama lain, dan tidak dapat berfungsi jika tidak adanya hubungan dengan yang lainnya. Menurut Talcott Parson, dalam setiap sistem masyarakat harus menjalankan setiap fungsi demi keberlangsungan hidupnya. Dalam fungsi tersebut terdapat 4 bentuk, yaitu sebagai berikut: Adaptasi Adaptation, merupakan penyesuaian terhadap lingkungan yang ditempati dengan menggunakan sarana dan fasilitas yang dimiliki individu untuk dapat hidup dan eksis. Tujuan Goal, dalam pencapaian tujuan, terdapat tiga persyaratan yaitu Satu, harus ada suatu tujuan. Dua, harus ada anggota atau tenaga yang dapat mencapai tujuan sehingga dapat menarik atau mengarahkan suatu individu baru untuk menggantikan lama. Tiga, harus ada kewaspadaan, ketelitian, keterbukaan dan kebijaksanaan berkenaan dengan kebutuhan sistem dan perubahan zaman. Integrasi Integration, suatu individu atau kelompok masyarakat yang mengatur hubungan diantara komonen-komponennya berdasarkan peranan mereka. Pemeliharaan Pola-pola Latency, merupakan 24 Ari Susilo Budi, Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi PKL Serta persepsi Masyarakat Sekitar di Kota Pemalang, h: 36-37. 36 suatu tindakan yang mempertahankan pola atau nilai budaya yang sudah terbentuk dalam individu masyarakat. 25 Keempat fungsi tersebut, diterapkan pada semua sistem tindakan yaitu sebagai berikut: Satu, Sistem Organisme. Kesatuan yang paling dasar dalam arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana manusia itu hidup. Dua, Sistem Kepribadian. Kesatuan yang paling dasar dari unit ini ialah individu yang merupakan aktor atau pelaku. Pusat perhatiannya dalam analisa ini ialah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap-sikap, seperti motivasi untuk mendapat kepuasan atau keuntungan. Tiga, Sistem Sosial. Sistem sosial adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam suatu lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara individu- individu melainkan juga terdapat antara kelompok, institusi, masyarakat, dan organisasi-organisasi internasional. Sistem sosial selalu terarah kepada equilibitium keseimbangan. Empat, Sistem Budaya. Dalam sistem ini, unit analisis yang paling dasar adalah kepercayaan religius, bahasa, dan nilai- nilai. 26 25 K. J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 1993, h: 208. 26 Ferryroen, ³Talcott Parsons: Teori Struktur Fungsional´, Ferryroen, 30 Agustus 2011, h: 2. Diakses pada tanggal 14 April 2012 http:ferryroen.wordpress.comtagtalcott-parsons-teori- struktur-fungsional 37 Selanjutnya, sistem tindakan Talkott Parson terdapat 4 komponen skema tindakan, yaitu: Satu, pelaku atau aktor. Parson melihat aktor sebagai termotivisir untuk mencapai tujuan. Dua, Tujuan Goal. Tujuan yang dicapai harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Tiga, Situasi. Tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi Prasarana dan Kondisi. Empat, Standar-standar Normatif: Skema ini sangat penting untuk mencapai tujuan, dalam pencapaian tujuan aktor harus memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku di masyarakat . 27 b. Teori Fungsional Struktural Robert K. Merton