Resistensi Sektor Informal KERANGKA TEORI

45 melawan petugas. Dua, tetap berjualan di lingkungan yang di larang. Tiga, menolak relokasi. 43 b. Resistensi Terselubung Resistensi terbuka lebih bersifat adanya kontak langsung adu fisik dengan para petugas tetapi kalau dalam taraf resistensi terselubung hal tersebut justru malah dihindari. James Scott, mengemukakan resistensi yang bersifat terselubung merupakan kegiatan kecil-kecilan. Insidentil dan, gejala kejahatan sekundernya adalah: Satu, tidak terorganisasi, tidak sistematis, dan individual. Dua, bersifat untung-untungan dan pamrih. Tiga, tidak mempunyai akibat-akibat revolusioner. Empat, dalam maksud dan logikanya mengandung anti penyesuaian dengan sistem dominasi yang ada. 44 Pada tahap ini para PKL malah cenderung untuk menghindari petugas. Ada berbagai cara yang mereka lakukan untuk melakukan perlawanan kepada petugas, misalnya dengan hal-hal sebagai berikut. Satu: mengomel, menggerutu, dan membicarakan Petugas. Dua, membawa lari barang dagangan bahkan meninggalkan pembeli yang sedang makan. Tiga, menyembunyikan barang dagangan. Empat, pura-pura sebagai pengunjung biasa saat petugas datang. Lima, sembunyi-sembunyi atau kucing-kucingan 43 Maria Sri Rahayu ³ Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA no. 3 Tahun 2000: Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar´ h: 14. 44 Sudarso, Resistensi Terselubung Buruh Anak Perkebunan Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, 2003, h. 26. 46 dengan petugas. Enam, memberi uang sogok kepada petugas. Tujuh, menebus barang dagangan yang telah disita. 45 3. Strategi Resistensi Sektor Informal Sektor informal mempunyai strategi resistensi sebagaimana strategi digunakan untuk meminimalisir tekanan-tekanan yang ada. menurut Alisjahbana, terdapat 5 strategi yang digunakan oleh para pelaku kegiatan sektor informal, diantaranya: Satu, Financial ware. Financial ware merupakan kemampuan yang dimiliki para pedagang kaki lima dalam sektor keuangan yang digunakan untuk menyogok petugas, lurah dan camat agar tidak bersikap represif dan mau membocorkan setiap akan terjadi obrakan. Dua, Consciousness ware. Yaitu kesadaran dari para pedagang kaki lima untuk melakukan resistensi. Tiga, Organization ware. Suatu strategi dengan menggunakan sarana organisasi yang kuat. Empat, Social ware. Yakni menggalang kekompakan sosial antara sektor informal yang satu dengan yang lain. Lima, Hardware. menggunakan strategi dengan cara mengambil kesempatan dari situasi main kucing-kucingan. 46 4. Faktor-Faktor Resistensi Sektor Informal Menurut Sudarso, faktor resistensi dikarenakan adanya ketidakberdayaan seseorang, dilain hal juga dipegaruhi oleh sistem perpolitik disuatu negara. 47 Keberanian sektor informal untuk melakukan resistensi adalah sebuah proses akumulasi dari berbagai fenomena yang 45 Maria Sri Rahayu ³ Strategi Pedagang Kaki Lima Terhadap PERDA no. 3 Tahun 2000: Studi Kasus Di Lapangan Puputan Margarana Denpasar,´ h: 18-21. 46 Alisjahbana, Sisi Gelap Perkembangan Kota Yogyakara: Laksbang Pressindo 2005, h: 142-143. 47 6XGDUVR³5HVLVWHQVL7Hrselubung Buruh Anak Perkebunan´ h: 75. 47 melatarbelakangi, antara lain: Pertama, adanya model penataan sektor informal yang selalu menggunakan pendekatan represif, bukan persuasif. Kedua, adanya sikap ketidakpedulian pemerintah kota terhadap keberadaan sektor informal sehingga selalu dimarjinalkan. Ketiga, terbungkamnya suara sektor informal. Budaya Top Down, dalam setiap pembuatan kebijakan yang mengatur sektor informal juga menyebabkan terjadinya resistensi sektor informal terhadap Pemerintah Kota. Keempat, adanya stigma negatif yang selama ini sengaja ditempelkan oleh Pemerintah Kota terhadap keberadaan sektor informal. Kelima, berhembusnya era reformasi. Era reformasi merupakan variabel penting yang bisa memicu terjadinya resistensi sektor informal, karena era itu mampu memberikan suasana atau ruang bagi terwujudnya resistensi sektor informal dalam bentuk yang nyata. 48 48 Alisjahbana, Sisi Gelap Perkembangan Kota, h: 167-169. 48

BAB III GAMBARAN UMUM UNIT PENGELOLA TERMINAL

ANGKUTAN JALAN PROVINSI DKI JAKARTA, TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR, dan PEDAGANG KAKI LIMA di TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR

A. Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta

1. Sejarah Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, sehingga membentuk suatu organisasi atau unit pelaksanaan teknis yaitu Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta pada tanggal 22 Januari tahun 2003 yang berdasarkan keputusan Gubernur nomor 8 tahun 2003 tanggal 22 Januari 2003. 1 Tujuan dibentuknya unit ini yaitu: Satu, untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayanan transportasi darat. Dua, memenuhi prasarana dan sarana transportasi darat yang menjangkau masyarakat dan wilayah indonesia. Tiga, meningkatkan kualitas penyediaan jasa di transportasi darat yang memiliki kualitas prima didalam manajemen produksi. Empat, meningkatkan daya saing transportasi darat sehingga dapat berkompetisi dengan moda lainnya. Lima, meningkatkan pembangunan 1 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Rekapitulasi Data Fasilitas Terminal PROV DKI Jakarta Jakarta: Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta 2010, h:11. 49 transportasi darat yang merata dan berkelanjutan. Enam, menciptakan pembangunan transportasi darat yang terintegrasi dengan moda lain. 2 2. Visi Dan Misi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Dalam upaya memberikan perannya di bidang transportasi di DKI Jakarta, visi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta adalah menciptakan terminal yang bersih, aman, nyaman, dan tertib bagi pengguna angkutan umum. Sedangkan Misi Unit dari unit ini yaitu: Satu, merencanakan pembangunan dan pemeliharaan terminal angkutan jalan yang memadai. Dua, menyediakan anggaran yang memadai. Tiga, melaksanakan pengawasan dan penertiban terminal secara kesinambungan. Empat, melaksanakan pengusahaan fasilitas angkutan jalan dengan memperhatikan pergerakan orang dan kendaraan 2003. 3 3. Struktur Organisasi Kepengurusan dan Tugas-tugas Kepengurusan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta Dalam rangka untuk memperlancar tugas dan fungsi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta, maka Gubernur Provinsi DKI Jakarta yaitu Fauzi Bowo pada tanggal 4 Januari 2010 menetapkan peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 10 tahun 2010 tentang 2 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Lampiran Tupoksi Unit Pengelola Terminal AJ PROV DKI Jakarta Jakarta: Dinas Perhubungan 2012, h:10. 3 Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi Jakarta, Lampiran Tupoksi Unit Pengelola Terminal AJ PROV DKI Jakarta, h: 6. 50 pembentukan organisasi dan tata kerja Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan DKI Jakarta beserta tugas-tugasnya. 4 a. Struktur organisasi Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Dalam peraturan tersebut struktur keorganisasian Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 4 kepengurusan yaitu: Satu, Kepala Unit yang dijabat Ibu. Reni Dwi Astuti, ST. Dua, K.A. SUB Bagian Tata Usaha yang dijabat oleh Bpk. Drs. Wisnu Wardono. Tiga, Seksi Operasional yang dijabat oleh Bpk. Drs. Taufik Rahman. Empat, Seksi sarana dan Prasarana yang dijabat oleh Ir. Nursyahbuddin. 5 b. Tugas-tugas Kepengurusan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta: 1 Kepala Unit Kepala Unit merupakan pemimpin atau kepala Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 10 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pengelola angkutan jalan, kepala unit mempunyai tugas yaitu: Satu, memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelolaan terminal angkutan jalan. Dua, mengkoordinasikan tugas subbagian dan seksi-seksinya. Tiga, melaksanakan koordinasi dan 4 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012, h: 1. 5 Unit Pengelola Terminal Angkutan jalan Provinsi DKI Jakarta, Struktur organisasi kepengurusan Unit Pengelola Terminal Angkutan Jalan Provinsi DKI Jakarta Jakarta: Dinas Perhubungan, 2012, h:1.