Hubungan Kadar Timbal Pada Urin dan Karakteristik Individu Dengan Kejadian Anemia Pada Pedagang Wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2014
HUBUNGAN KADAR TIMBAL PADA URIN DAN
KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA PEDAGANG WANITA DI TERMINAL BUS KAMPUNG
RAMBUTAN JAKARTA TIMUR
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
FITRIANI AZHARI NIM: 1110101000074
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
(2)
Lampiran Kuesioner Penelitian
HUBUNGAN KADAR TIMBAL PADA URIN DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PEDAGANG WANITA DI TERMINAL BUS
KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2014
Nomor kuesioner :……….………. Tanggal wawancara :……… …. Nama pewawancara :……….……….
Informed Consent
Sdr/i perkenalkan nama saya Fitriani Azhari. Saya mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data tentang Hubungan Kadar Timbal pada Urin dan Karakteristik Individu dengan Kejadian Anemia Pada Pedagang Wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Kuliah (Skripsi). Terkait hal itu saya ingin melakukan wawancara dengan sdr/i. Wawancara ini tidak bersifat wajib, namun jika sdr/i bersedia saya wawancarai maka sdr/sdri wajib menjawab seluruh pertanyaan yang ada. Saya menjamin data yang sdr/sdri berikan hanya akan di gunakan dalam penelitian ini.
Sebelumnya saya mohon maaf karena telah menyita waktu sdr/i. Untuk itu saya mohon kesedian sdr/i untuk berperan dalam penelitian saya dengan menandatangani lembar persetujuan di bawah ini. Atas bantuan dan kesediaan sdr/i, saya ucapkan terima kasih dan semoga sdr/i mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Izin subjek penelitian
Saya memahami keterangan yang di berikan dan saya setuju untuk di wawancarai
……….. izin: 1. Ya 2. Tidak
(3)
Petujuk pengisian: Isilah pertanyaan singkat dan berilah lingkaran (o) atau tanda silang (x) pada jawaban yang di pilih.
No Identitas Responden Jawaban Kode
1. Nama Responden :
2. Umur : ………...….. Tahun 3. Alamat : ………...
4. Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 2. SD
3. SMP 4. SMA 5. PT
Daftar Pertanyaan Jawaban Kode
5. Apakah anda sering mengalami gejala di bawah ini dalam 1 tahun terakhir?
a. lemah, letih, lesu, mudah lelah b. nafsu makan berkurang
c. wajah pucat
d. mata berkunang-kunang e. sering sakit
Ya Tidak
6. Apakah anda perokok? Jika jawaban
“YA” maka lanjutkan ke pertayaan no 7,8,9
1. Ya 2. Tidak
7. Sudah berapa lama anda merokok? ………...……. Tahun 8. Berapa batang rokok yang anda
habiskan dalam sehari?
………...… Batang
9. Jenis rokok apa yang anda hisap? 1. Rokok Kretek (Non Filter) 2. Rokok Biasa (Filter) 11. Sudah berapa lama anda berdagang di
Terminal Bus Kampung Rambutan?
(4)
12. Berapa jam anda berdagang dalam 1 hari di Terminal Bus Kampung Rambutan?
……….… Jam/hari
13. Apakah anda mengkonsumsi zat tambahan (suplemen) vitamin C selama 1 tahun terakhir?
1. Tidak 2. Ya
14. Apakah anda mengkonsumsi zat tambahan (suplemen) penambah darah selama 1 tahun terakhir
1. Tidak 2. Ya
No Lembar observasi Konsentrasi Kode
1. Kadar Hemoglobin (Hb) ………...g/dl
(5)
Tabel Semi Food Frequently Questionaire (SFFQ)
Jenis makanan Hari Minggu
(7)
Bulan (30)
Tahun (365)
Tidak pernah
URT (Ukuran Rumah Tangga) Sumber Zat Besi
Kentang (buah)
Jagung (buah)
Bayam (mangkuk)
Kangkung (Mangkuk)
Telur (butir)
Ikan (potong)
Kerang (potong)
Daging (potong)
Udang (potong)
Tahu (potong)
Tempe (potong)
Sumber Vitamin C
Apel (buah)
Jeruk (buah)
Semangka (potong)
Melon (potong)
Pepaya (potong)
Pisang (buah)
Mangga (buah)
Sumber Asam Folat
Kacang panjang (sdm)
Kacang merah (sdm)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Lampiran foto
Sampel urin sebelum didestruksi Sampel urin sebelum didestruksi
(13)
Pengukuran kadar Pb di SSA Pengukuran kadar Pb di SSA
Pengukuran kadar Pb di SSA Hot Plat
(14)
Blood lancets Alcohol swabs
(15)
LAMPIRAN OUTPUT SPSS
ANALISIS UNIVARIAT
1. Gambaran kejadian anemia Statistics
HBKLOMPOK
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.61
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .492
Minimum 1
Maximum 2
HBKLOMPOK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid anemia
21 38.9 38.9 38.9
tidak anemia 33 61.1 61.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
2. Gambaran umur Statistics umurKLP
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.87
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .339
Minimum 1
(16)
umurKLP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid non produktif 7 13.0 13.0 13.0
produktif 47 87.0 87.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
3. Gambaran pendidikan Statistics
PDDKNKLOMPK
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.39
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .492
Minimum 1
Maximum 2
PDDKNKLOMPK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah 33 61.1 61.1 61.1
tinggi 21 38.9 38.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
4. Gambaran kadar Pb pada urin Statistics
kadar timbal pada urin
N Valid 54
Missing 0
Mean .28454
Median .27550
Mode .122a
Std. Deviation .086664
Minimum .078
Maximum .525
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
(17)
kadar timbal pada urin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0.078 1 1.9 1.9 1.9
0.122 2 3.7 3.7 5.6
0.17 1 1.9 1.9 7.4
0.185 1 1.9 1.9 9.3
0.187 1 1.9 1.9 11.1
0.193 1 1.9 1.9 13.0
0.195 2 3.7 3.7 16.7
0.212 1 1.9 1.9 18.5
0.225 2 3.7 3.7 22.2
0.227 1 1.9 1.9 24.1
0.235 1 1.9 1.9 25.9
0.237 2 3.7 3.7 29.6
0.24 1 1.9 1.9 31.5
0.242 1 1.9 1.9 33.3
0.247 1 1.9 1.9 35.2
0.248 1 1.9 1.9 37.0
0.25 1 1.9 1.9 38.9
0.26 2 3.7 3.7 42.6
0.262 1 1.9 1.9 44.4
0.267 1 1.9 1.9 46.3
0.268 1 1.9 1.9 48.1
0.273 1 1.9 1.9 50.0
0.278 1 1.9 1.9 51.9
0.282 1 1.9 1.9 53.7
0.285 1 1.9 1.9 55.6
0.295 1 1.9 1.9 57.4
0.298 1 1.9 1.9 59.3
0.3 2 3.7 3.7 63.0
0.317 1 1.9 1.9 64.8
0.322 2 3.7 3.7 68.5
0.33 1 1.9 1.9 70.4
0.335 2 3.7 3.7 74.1
0.337 1 1.9 1.9 75.9
0.348 1 1.9 1.9 77.8
0.35 1 1.9 1.9 79.6
0.358 1 1.9 1.9 81.5
0.36 1 1.9 1.9 83.3
(18)
0.383 1 1.9 1.9 88.9
0.387 1 1.9 1.9 90.7
0.393 1 1.9 1.9 92.6
0.407 1 1.9 1.9 94.4
0.443 1 1.9 1.9 96.3
0.467 1 1.9 1.9 98.1
0.525 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
5. Gambaran perilaku merokok Statistics
perilaku merokok responden
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.70
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .461
Minimum 1
Maximum 2
perilaku merokok responden Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ya 16 29.6 29.6 29.6
tidak 38 70.4 70.4 100.0
Total 54 100.0 100.0
6. Gambaran hasil perhitungan indeks brinkman Statistics
indekbrinkklompk
N Valid 16
Missing 0
Mean 1.94
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .250
Minimum 1
(19)
indekbrinkklompk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid perokok berat 1 6.2 6.2 6.2
perokok ringan 15 93.8 93.8 100.0
Total 16 100.0 100.0
7. Gambaran lama berkerja sebagai pedagang Statistics
LAMADAGANG
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.13
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .339
Minimum 1
Maximum 2
LAMADAGANG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid > 1 tahun 47 87.0 87.0 87.0
< 1 tahun 7 13.0 13.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
8. Gambaran konsumsi zat besi Statistics
BESIKLMPOK
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.50
Median 1.50
Mode 1a
Std. Deviation .505
Minimum 1
Maximum 2
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
(20)
BESIKLMPOK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah 27 50.0 50.0 50.0
cukup 27 50.0 50.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
9. Gambaran konsumsi vitamin C Statistics
VITCKLOMPOK
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.50
Median 1.50
Mode 1a
Std. Deviation .505
Minimum 1
Maximum 2
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
VITCKLOMPOK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah 27 50.0 50.0 50.0
cukup 27 50.0 50.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
10. Gambaran konsumsi asam folat Statistics
FOLATKLOMPOK
N Valid 54
Missing 0
Mean 1.50
Median 1.50
Mode 1a
Std. Deviation .505
Minimum 1
Maximum 2
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
(21)
FOLATKLOMPOK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid rendah 27 50.0 50.0 50.0
cukup 27 50.0 50.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
1. Hubungan kadar Pb urin dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kadar timbal pada urin 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
kadar timbal pada urin Mean .28454 .011793
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound .26088
Upper Bound .30819
5% Trimmed Mean .28349
Median .27550
Variance .008
Std. Deviation .086664
Minimum .078
Maximum .525
Range .447
Interquartile Range .107
Skewness .234 .325
Kurtosis .481 .639
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kadar timbal pada urin .061 54 .200* .990 54 .921
(22)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kadar timbal pada urin .061 54 .200* .990 54 .921
*. This is a lower bound of the true significance. Group Statistics
HBKLOMPOK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
kadar timbal pada urin anemia 21 .33033 .093967 .020505
tidak anemia 33 .25539 .068328 .011894
Independent Samples Test Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper kadar timbal
pada urin
Equal variances assumed
3.534 .066 3.391 52 .001 .074939 .022102 .030588 .119291 Equal
variances not assumed
3.161 33.36
3 .003 .074939 .023705 .026731 .123148
2. Hubungan umur dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umurKLP * HBKLOMPOK 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
umurKLP * HBKLOMPOK Crosstabulation HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
umurKLP non produktif Count 2 5 7
% within umurKLP 28.6% 71.4% 100.0%
produktif Count 19 28 47
% within umurKLP 40.4% 59.6% 100.0%
Total Count 21 33 54
(23)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .360a 1 .548
Continuity Correctionb .034 1 .853
Likelihood Ratio .373 1 .541
Fisher's Exact Test .693 .437
Linear-by-Linear Association .354 1 .552
N of Valid Casesb 54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.72. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for umurKLP
(non produktif / produktif) .589 .103 3.359 For cohort HBKLOMPOK =
anemia .707 .208 2.398
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia 1.199 .710 2.026
N of Valid Cases 54
3. Hubungan pendidikan dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PDDKNKLOMPK *
HBKLOMPOK 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
PDDKNKLOMPK * HBKLOMPOK Crosstabulation HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
PDDKNKLOMPK rendah Count 14 19 33
% within PDDKNKLOMPK 42.4% 57.6% 100.0%
tinggi Count 7 14 21
% within PDDKNKLOMPK 33.3% 66.7% 100.0%
(24)
PDDKNKLOMPK * HBKLOMPOK Crosstabulation HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
PDDKNKLOMPK rendah Count 14 19 33
% within PDDKNKLOMPK 42.4% 57.6% 100.0%
tinggi Count 7 14 21
% within PDDKNKLOMPK 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 21 33 54
% within PDDKNKLOMPK 38.9% 61.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .446a 1 .504
Continuity Correctionb .146 1 .703
Likelihood Ratio .450 1 .502
Fisher's Exact Test .575 .353
Linear-by-Linear Association .438 1 .508
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.17. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
PDDKNKLOMPK (rendah / tinggi)
1.474 .471 4.608
For cohort HBKLOMPOK =
anemia 1.273 .617 2.625
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia .864 .567 1.316
N of Valid Cases 54
4. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
inbrinmanklompok *
(25)
inbrinmanklompok * HBKLOMPOK Crosstabulation
HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
inbrinmanklompok perokok berat Count 0 1 1
% within inbrinmanklompok .0% 100.0% 100.0%
perokok ringan Count 6 9 15
% within inbrinmanklompok 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 6 10 16
% within inbrinmanklompok 37.5% 62.5% 100.0% Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .640a 1 .424
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .980 1 .322
Fisher's Exact Test 1.000 .625
Linear-by-Linear Association .600 1 .439
N of Valid Casesb 16
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia 1.667 1.103 2.519
N of Valid Cases 16
5. Hubungan lama berkerja dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LAMADAGANG *
HBKLOMPOK 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
(26)
HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
LAMADAGANG > 1 tahun Count 19 28 47
% within LAMADAGANG 40.4% 59.6% 100.0%
< 1 tahun Count 2 5 7
% within LAMADAGANG 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 21 33 54
% within LAMADAGANG 38.9% 61.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .360a 1 .548
Continuity Correctionb .034 1 .853
Likelihood Ratio .373 1 .541
Fisher's Exact Test .693 .437
Linear-by-Linear Association .354 1 .552
N of Valid Casesb 54
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.72. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
LAMADAGANG (> 1 tahun / < 1 tahun)
1.696 .298 9.667
For cohort HBKLOMPOK =
anemia 1.415 .417 4.800
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia .834 .494 1.409
N of Valid Cases 54
6. Hubungan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
(27)
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BESIKLMPOK *
HBKLOMPOK 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
BESIKLMPOK * HBKLOMPOK Crosstabulation HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
BESIKLMPOK rendah Count 11 16 27
% within BESIKLMPOK 40.7% 59.3% 100.0%
cukup Count 10 17 27
% within BESIKLMPOK 37.0% 63.0% 100.0%
Total Count 21 33 54
% within BESIKLMPOK 38.9% 61.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .078a 1 .780
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .078 1 .780
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .076 1 .782
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
BESIKLMPOK (rendah / cukup)
1.169 .391 3.494
For cohort HBKLOMPOK =
anemia 1.100 .563 2.150
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia .941 .615 1.441
(28)
7. Hubungan konsumsi vitamin C dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VITCKLOMPOK *
HBKLOMPOK 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
VITCKLOMPOK * HBKLOMPOK Crosstabulation HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
VITCKLOMPOK rendah Count 12 15 27
% within VITCKLOMPOK 44.4% 55.6% 100.0%
cukup Count 9 18 27
% within VITCKLOMPOK 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 21 33 54
% within VITCKLOMPOK 38.9% 61.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .701a 1 .402
Continuity Correctionb .312 1 .577
Likelihood Ratio .703 1 .402
Fisher's Exact Test .577 .289
Linear-by-Linear Association .688 1 .407
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
VITCKLOMPOK (rendah / cukup)
1.600 .531 4.821
For cohort HBKLOMPOK =
anemia 1.333 .675 2.632
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia .833 .542 1.281
(29)
8. Hubungan konsumsi asam folat dengan kejadian anemia Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
FOLATKLOMPOK *
HBKLOMPOK 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%
FOLATKLOMPOK * HBKLOMPOK Crosstabulation HBKLOMPOK
Total anemia tidak anemia
FOLATKLOMPOK rendah Count 9 18 27
% within FOLATKLOMPOK 33.3% 66.7% 100.0%
cukup Count 12 15 27
% within FOLATKLOMPOK 44.4% 55.6% 100.0%
Total Count 21 33 54
% within FOLATKLOMPOK 38.9% 61.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .701a 1 .402
Continuity Correctionb .312 1 .577
Likelihood Ratio .703 1 .402
Fisher's Exact Test .577 .289
Linear-by-Linear Association .688 1 .407
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
FOLATKLOMPOK (rendah / cukup)
.625 .207 1.883
For cohort HBKLOMPOK =
anemia .750 .380 1.480
For cohort HBKLOMPOK =
tidak anemia 1.200 .781 1.845
(30)
OUTPUT UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS (r tabel 0,361)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.300 .082 12
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
umur 38.07 82.616 .376 .405 .026
pendidikan terakhir 72.10 297.059 -.274 .238 .331
gejala anemia (5 L) 73.83 290.144 -.133 .407 .309
gejala anemia (nafsu makan
berkurang) 73.60 286.731 .070 .400 .300
gejala anemia (wajah pucat) 73.43 290.806 -.168 .542 .311
gejala anemia (mata
berkunang-kunang) 73.63 289.482 -.092 .341 .307
gejala anemia (sering sakit) 73.77 290.461 -.148 .300 .310
perilaku merokok responden 73.60 297.283 -.545 .475 .328
lama berdagang 65.77 170.599 .465 .552 .014
lama jam berdagang dalam
sehari 62.60 213.421 .210 .386 .216
konsumsi vit c 73.40 292.455 -.320 .310 .315
konsumsi suplemen tambah
darah 73.40 289.421 -.103 .198 .307
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.644 .313 3
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
lama merokok responden 8.67 118.970 .844 .713 -.028a
banyak batang rokok yang
dikonsumsi 7.83 49.242 .838 .725 -.030
a
jenis rokok yang dikonsumsi 12.67 301.333 -.242 .076 .869
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
(31)
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber daya yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Juli 2014
(32)
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Juli 2014
FITRIANI AZHARI, NIM:1110101000074
HUBUNGAN KADAR TIMBAL PADA URIN DAN KARAKTERISTIK
INDIVIDU DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA PEDAGANG WANITA DI TERMINAL BUS KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR TAHUN 2014
(xiv + 102 halaman, 12 tabel, 4 bagan, 1 gambar, 29 lampiran)
ABSTRAK
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. prevalensi anemia di DKI Jakarta pada wanita dewasa tidak hamil 27,6%, laki-laki 14,6 %, anak-anak 18,6% dan wanita hamil 59,1%. Sehingga dapat disimpulkan jumlah tertinggi penderita anemia terdapat pada wanita hamil dan wanita dewasa tidak hamil (Riskesdas, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan, didapatkan 5 orang diantara 10 pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur menderita anemia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional yang dilakukan sejak bulan April sampai dengan Mei tahun 2014 di Terminal Bus Kampung Rambutan. Penelitian ini mengunakan sampel jenuh sebanyak 54 orang dan menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pedagang wanita yang mengalami anemia sebanyak 21 (38,9%) sedangkan yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 33 (61,1%). Selain itu terdapat keterkaitan antara kadar Pb pada urin dengan kejadian anemia (P value 0,001), namun pada variabel karakteristik individu tidak memiliki keterkaitan dengan kejadian anemia (umur (P value 0,693), pendidikan (P value 0,703), perilaku merokok (P value 1,000), lama berkerja (P value 0,693), konsumsi zat besi (P value 1,000), konsumsi vitamin C (P value 0,577) dan konsumsi asam folat (P value 0,577)).
Untuk menanggulangi masalah ini, DISHUB terminal Bus Kampung Rambutan perlu melakukan pengukuran kadar Pb udara ambient, sehingga dengan adanya pengukuran tersebut dapat dibuat upaya kebijakan untuk meminimalisir seperti membuat program penghijauan atau pemenuhan ruang terbuka hijau. Selain itu juga diharapkan bagi pedagang disana untuk lebih sering melakukan pemeriksaan Hb dan mulai membiasakan diri untuk menggunakan masker secara rutin ketika sedang berdagang di terminal. upaya ini dilakukan untuk meminimalisir emisi kendaraan bermotor yang mengandung polutan Pb terakumulasi didalam tubuh.
Daftar bacaan: 88 (1992 - 2014)
(33)
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, July 2014
FITRIANI AZHARI, NIM: 1110101000074
RELATION OF LEAD IN URINE AND INDIVIDUAL CHARACTERISTICS WITH CASE OF ANEMIA IN KAMPUNG RAMBUTAN BUS STATION EAST JAKARTA 2014
(xv + 102 pages, 12 tables, 4 charts, 1 pictures, 29 attachments)
ABSTRACT
Anemia is a disease characterized by deficient blood levels of hemoglobin (Hb) and red blood cells (erythrocytes) lower than normal. prevalence of anemia in Jakarta on non-pregnant adult women 27,6%, male 14,6 %, children 18,6% and pregnant women 59,1%. It can be concluded there is the highest number of patients with anemia in pregnant women and non-pregnant adult women (Riskesdas, 2007). Based on the results of preliminary studies, it was found 5 womens among 10 traders in Kampung Rambutan bus station, East Jakarta have anemia.
This research is a quantitative study using descriptive analytical cross-sectional study design conducted from April to May 2014 in Kampung Rambutan bus station. This research used a saturated sample 54 people analyzed with univariate and bivariate analysis.
The results showed that merchants women’s who are anemia were 21 (38.9%) who did not have anemia, while many as 33 (61.1%). In addition there is a link between lead concentrations in urine with anemia (P value 0.001), but not on the individual characteristics variables has associated with anemia (age (P value 0.693), education (P value 0.703), smoking (P value 1.000), duration of work (P value 0.693), consumption of iron (P value 1.000), consumption of vitamin C (P value 0.577) and consumption of folic acid (P value 0.577)).
To overcome this problem, DISHUB of the Kampung Rambutan bus station needs to perform the measurement of ambient air Pb levels, so that the presence of these measurements can be made efforts to minimize such policies make greening program or fulfillment of green open space. It is also expected for the merchants there to screen their Hb frequently , and start getting used to using a mask on a regular basis while trading in the bus station. This effort is made to minimize vehicle emissions Pb-containing pollutants accumulate in the body.
Reference: 88 (1992 - 2014)
(34)
(35)
(36)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PERSONAL
Nama : Fitriani Azhari
TTL : Meranti Paham, 26 Oktober 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah Agama : Islam
Ponsel : 081263746670
Alamat : Dsn IV Meranti Paham- Kabupaten Labuhan Batu- Provinsi
Sumatera Utara
Email : fitriazhari89@yahoo.co.id
PENDIDIKAN FORMAL
2010 – 2014 : Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 – 2010 : MAN Rantau Prapat - Sumatera Utara
2004 – 2007 : MTS AL-IKHLAS Kebun Ajamu - Sumatera Utara 1999 – 2004 : SDN NO 116248 Desa Meranti Paham - Sumatera
(37)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu”
Ahammdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan nikmat yang berlimpah bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Kadar Timbal pada Urin dan Karakteristik Individu dengan Kejadian Anemia pada Pedagang Wanita Di Terminal
Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur Tahun 2014”. Sholawat beserta salam penulis hanturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan pertolongan nanti di yaumil qiyamah. Amin
Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Harapan kedepannnya hasil penelitian ini dapat berguna dalam penatalaksanaan penyakit anemia yang banyak diderita oleh orang diseluruh dunia. Skripsi ini bukan hanya karena usaha penulis semata-mata, tetapi banyak juga pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes sebagai pembimbing I yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.
2. Ibu Narila Mutia Nasir, SKM, MKM, Ph.D sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Febrianti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
(38)
viii
4. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen peminatan kesling UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orang tua (Mairin S.pd, Saimi) dan adik-adikku tersayang (Yusri, Fipi, Asri, Nurul) yang selalu memberikan dukungan, nasehat serta doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penuyusan skripsi ini.
6. Kepala UP.Terminal Angkutan Jalan DISHUB Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Terminal Bus Dalam Kota dan Luar Kota Kampung Rambutan yang telah memberikan izin penelitian.
7. Kepala Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta, yang telah memberikan izin untuk melakukan analisis kandungan Pb pada sampel urin. 8. Zainuddin Kholik Sagala, yang tidak pernah bosan-bosannya selalu
memberikan dukungan semangat yang luar biasa atas kelancaran penyusunan skripsi ini
9. Irpan Darmansyah Harahap, Rizka Najla Huwaida dan kak Eka Ariska Lubis, yang telah memberikan bantuan pengukuran kadar hemoglobin dan pengambilan sampel urin serta bantuan analisis menggunakan software nutri survey.
10. Jamaah kesling 2010 (Ilham, Akbar, Febri, Angger, Fuad, Tuti, Rizka, Nida, Annis, Yuni, Ifa, Reka, Dila, Fira, Misyka, Alya) dan teman-teman seperjuangan kesmas 2010 yang telah mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan apapun.
(39)
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN……….. i
ABSTRAK……….. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN……….. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. v
KATA PENGANTAR……….. vi
DAFTAR ISI……….…. viii
BAB I: PENDAHULUAN……….… 1
1.1 Latar Belakang……….. 1 1.2 Rumusan Masalah………. 6
1.3 Pertanyaan Penelitian……… 7
1.4 Tujuan Penelitian……….. 8
1.5 Manfaat Penelitian……… 9
1.6 Ruang Lingkup………. 10
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA………. 11
2.1 Anemia……….…… 11
2.1.1 Definisi Anemia………... 11 2.1.2 Wanita dan anemia……….. 12 2.1.3 Etiologi anemia……… 13 2.1.4 Gejala anemia……….. 14 2.1.5 Faktor resiko anemia……… 14
(40)
x
2.2 Timbal (Pb)……….. 18 2.2.1 Definisi Pb……….. 19 2.2.2 Sumber pencemaran Pb……… 20 2.2.3 Mekanisme Pb masuk ke tubuh manusia………. 23 2.2.4 Waktu paruh Pb………... 26 2.2.5 Nilai ambang batas Pb………. 27 2.2.6 Hubungan Pb pada Urin dengan kejadian anemia……….. 29 2.2.7 Dampak paparan Pb terhadap kesehatan………. 31 2.3 Hasil Penelitian Antara Timbal (Pb) dengan Anemia……….. 34
2.4 Kerangka Teori………. 37
BAB III: KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL……….…….. 38
3.1 Kerangka Konsep……… 38 3.2 Defenisi Operasional ……….. 39 3.3 Hipotesis ………. 42
BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN……….……. 43
4.1 Desain Penelitian………. 43 4.2 Populasi dan Sampel……….…... 43
4.3 Instrumen Penelitian……… 45
4.3.1 Prosedur Pengukuran Hemoglobin (Hb)………. 45 4.3.2 Prosedur Pengukuran Pb pada Urin……… 47
(41)
xi
4.3.3 Prosedur Pengumpulan Data Tingkat Asupan Fe, Tingkat Asupan Vitamin C dan Tingkat Asupan Asam Folat…….. 48 4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 50
4.5 Pengolahan Data………..……… 51
4.6 Analisis Data……… 52
BAB V: HASIL……….. 54
4.1 Analisis Univariat……… 54
4.1.1 Gambaran Kejadian Anemia……… 54 4.1.2 Gambaran Kandungan Timbal (Pb) pada Urin……… 55 4.1.3 Gambaran Karakteristik Individu……… 55 4.2 Analisis Bivariat……….. 57
4.2.1 Hubungan Kadar Timbal (Pb) pada Urin dengan Kejadian
Anemia ……….... 57
4.2.2 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian
Anemia………. 58
BAB VI: PEMBAHASAN……… 63
6.1 Keterbatasan Penelitian………... 63 6.2 Kejadian Anemia………. 63 6.3 Hubungan Kadar Timbal (Pb) pada Urin dengan Kejadian Anemia 61 6.4 Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Anemia…..… 69
(42)
xii
BAB VII: SIMPULAN DAN SARAN……… 88
7.1 Simpulan……….……. 88
7.2 Saran ………... 90
DAFTAR PUSTAKA……… 92
(43)
xiii
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
2.1 Nilai ambang batas kadar hemoglobin (Hb) 12
2.2 Standar dan regulasi Pb 27
2.3 Angka acuan untuk substansi tunggal didalam udara berdasarkan efek yang ditimbulkan berupa penyakit atau bau dan gangguan lainnya
28
2.4 Dampak paparan Pb terhadap kesehatan 34 2.5 Hasil penelitian antara Pb dengan anemia 35
3.1 Definisi operasional 39
4.1 Perhitungan ukuran tingkat asupan zat besi, vitamin C, asam folat
49
5.1 Distribusi kejadian anemia pada pedagang wanita Di Terminal Bus Kampung Rambutan Tahun 2014
54
5.2 Distribusi kandungan Pb pada urin pada pedagang wanita Di Terminal Bus Kampung Rambutan Tahun 2014
55
5.3 Distribusi karakteristik individu pada pedagang wanita Di Terminal Bus Kampung Rambutan Tahun 2014
56
5.4 Hubungan kadar Pb pada urin dengan kejadian anemia pada pedagang wanita Di Terminal Bus Kampung Rambutan Tahun 2014
58
5.5 Hubungan karakteristik individu dengan kejadian anemia pada pedagang wanita Di Terminal Bus Kampung Rambutan Tahun 2014
(44)
xiv
DAFTAR BAGAN
No Judul Bagan Halaman
2.1 Biotranformasi Pb dalam tubuh manusia 23 2.2 Mekanisme paparan Pb menyebabkan anemia 30
2.3 Kerangka teori 37
(45)
xv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
(46)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun, menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Sebagai negara agraris yang memasuki era industrilisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai transisi, yaitu transisi epidemiologi (penyakit), demografi (kependudukan), dan lingkungan. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan tersebut masih merupakan penyebab utama kematian. Penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi pola kesakitan dan kematian di Indonesia, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Achmadi, 2011).
Salah satu penyakit berbasis lingkungan karena permasalahan lingkungan yaitu Anemia. Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh, (Handayani et al, 2008). Anemia menyerang lebih dari 2 milyar penduduk dunia. Di negara berkembang, terdapat 370 juta wanita yang menderita anemia dengan prevalensi 51%. Prevalensi Anemia tertinggi terdapat di Asia Selatan 64%, Asia Tenggara 47%, Timur Tengah 27%, Cina 26% dan Amerika Serikat 21% (Gibney, et al, 2005).
Prevalensi Anemia di Indonesia menurut Husaini dkk dalam Handayani et al, (2008) anak prasekolah 30-40 %, anak usia sekolah 25-35%, dewasa tidak hamil 40%, hamil 50-70%, laki-laki dewasa 20-30%, pekerja berpenghasilan rendah
(47)
30-2
40%, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan jumlah tertinggi penderita anemia terdapat pada wanita hamil dan wanita dewasa tidak hamil. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan jumlah tertinggi penderita anemia terdapat pada wanita hamil dan wanita usia subur, dengan prevalensi pada wanita hamil 50-63% dan wanita usia subur 40% (Mulansari, 2012).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007) prevalensi anemia di DKI Jakarta pada wanita dewasa tidak hamil 27,6%, laki-laki 14,6 % dan anak-anak 18,6% dan wanita hamil 59,1%. Berdasarkan data prevalensi anemia di DKI Jakarta, jumlah tertinggi penderita anemia juga terdapat pada wanita hamil dan wanita dewasa tidak hamil, sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita merupakan kelompok yang rentan terhadap kejadian anemia (Riskesdas, 2007).
Saat ini pekerja wanita memiliki peran ganda, yaitu sebagai pekerja dan juga sebagai penanggung jawab pertumbuhan serta kualitas anak mereka sebagai generasi penerus. Sesuai kodratnya, pekerja wanita mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Kondisi ini memerlukan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang baik agar generasi penerus terjamin kesehatannya (Depkes, 2013).
Umumnya wanita lebih beresiko terserang anemia dibandingkan pria. Hal ini disebabkan wanita harus mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga menyebabkan kekurangan darah. Tidak heran jika penyakit anemia merupakan penyebab tingginya kematian ibu serta penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia. Oleh sebab itu wanita lebih rentan terserang anemia dibandingkan dengan pria (Setiyani, 2011). Depkes (2012) mencatat 1 dari 2 wanita pekerja di Indonesia beresiko anemia. Anemia mengakibatkan pekerja menjadi mudah sakit,
(48)
3
mudah terjadi kecelakaan sehingga angka absensi meningkat dan apabila hamil akan mempunyai risiko saat melahirkan serta melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Depkes, 2013).
Anemia umumnya disebabkan oleh faktor genetik, defisiensi besi, gangguan sumsum tulang, pendarahan, namun juga bisa disebabkan karena pencemaran udara (Gibney et al, 2005). Pencemaran udara di daerah perkotaan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi oleh penduduk kota (Atmakusumah et al, 1996). Pertumbuhan pencemaran udara di kota dan tingkat industrialisasi yang tidak terhindar akan mengarah kepada kebutuhan energi yang lebih besar, pada dasarnya akan menghasilkan pembuangan zat pencemar lebih banyak (Laelasari, 2001).
Salah satu penghasil polusi terbesar menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 (1999) adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat tranportasi yang sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk bekerja, berangkat ke sekolah, dan berbagai kegiatan lainnya. Namun di luar itu semua alat transportasi sedikit banyak memberikan dampak buruk terhadap kesehatan, karena semakin banyak kendaraan berlalu-lalang di jalan semakin besar terjadinya pencemaran udara (Novianthie, 2007).
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) polusi udara diperkirakan memberi kontribusi 800.000 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya, salah satunya yaitu disebabkan oleh polutan Pb. Polusi udara juga dapat menimbulkan penurunan kadar Hemoglobin, penyakit terkait respirasi (pernapasan), kardiovaskular, terganggunya aktivitas harian akibat sakit, gejala batuk, sesak, dan
(49)
4
infeksi saluran pernapasan, hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru dan tekanan darah (WHO, 2012).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Data pada tahun 2008 menunjukkan jumlah 65.273.451 kendaraan bermotor. Pada tahun 2009 menunjukkan jumlah 70.714.569 kendaraan bermotor. Pada tahun 2010 menunjukan jumlah 76.907.127 kendaraan bermotor. Pada tahun 2011 menunjukan jumlah 85.601.351 kendaraan bermotor. Jumlah ini terus mengalami peningkatan yang relatif besar setiap tahunnya (BPS, 2012).
Data jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta pada tahun 2009 berjumlah (6.1 juta unit), tahun 2010 berjumlah (11.3 Juta unit), tahun 2011 berjumlah (12 Juta Unit) dan tahun 2012 berjumlah (13.3 Juta Unit). Berdasarkan data di atas, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta pada 2009-2012 mengalami kenaikan secara signifikan setiap tahunnya. Jika jumlah ini mengalami kenaikan secara terus menerus makan akan menimbulkan dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat di DKI Jakarta (Uswan, 2013).
Salah satu tempat berkumpulnya banyak kendaraan adalah terminal. Termasuk salah satunya Terminal Bus Kampung Rambutan. Tempat ini merupakan salah satu tempat yang bepotensi sebagai sumber pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor. Terminal Bus Kampung Rambutan adalah salah satu terminal yang terdapat di wilayah Jakarta Timur. Letaknya cukup strategis karena merupakan perlintasan kendaraan yang cukup padat menuju Selatan atau sebaliknya.
(50)
5
Banyaknya kendaraan bermotor yang melintasi Terminal dapat mengeluarkan gas (asap) dan dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan data Dishub Terminal Kampung Rambutan (2014) jumlah angkutan kendaraan bermotor dalam kota di Terminal Kampung Rambutan berjumlah 757 kendaraan, sedangkan untuk Terminal luar kota berjumlah 503 kendaraan (DISHUB, 2014).
Salah satu pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor adalah Timbal (Pb). Pb yang banyak dipergunakan terutama pada bahan bakar bensin. Pb ditambahkan ke dalam bensin yang berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah letupan pada mesin. Hasil yang diperoleh dari pembakaran bahan tambahan (aditive) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor akan menghasilkan emisi Pb. Logam Pb yang tercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Riyadina, 1997).
Paparan polusi Pb yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor dapat menjadi racun yang merusak sistem pernafasan, sistem syaraf, serta meracuni darah. Paparan Pb yang telah keluar dari knalpot tersebut lalu terhirup melalui saluran pernafasan maka akan masuk kedalam tubuh dan bercampur dengan darah sehingga mengubah sistem hematologi dengan menghambat aktivitas beberapa enzim yang terlibat dalam biosintesis heme. Terutama peka terhadap Amino Levulinic Asam Dehydratase (ALAD). Kadar pencemaran Pb yang tinggi dapat menimbulkan
(51)
6
terjadinya penurunan Hemoglobin di dalam tubuh sehingga berpotensi terjadinya Anemia (Sacher, ett all, 2004).
Mengingat terminal merupakan salah satu penyumbang polusi udara, selain penumpang dan awak kendaraan bermotor, pedagang yang berjualan di sekitar terminal merupakan kelompok yang beresiko terhadap pencemaran gas buang kendaraan bermotor. Adapun kelompok yang paling beresiko adalah pedagang, khususnya pedagang wanita. Para pedagang melakukan aktifitasnya disekitar terminal secara terus menerus sehingga lebih lama terpajan pada udara luar di bandingkan dengan penumpang dan awak kendaraan bermotor (Novianthie, 2007). Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Kadar Timbal pada Urin dan Karakteristik Individu dengan Kejadian Anemia pada Pedagang Wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur”.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini telah banyak dilakukan baik penelitian mengenai Pb maupun anemia. Pada penelitian sebelumnya fokus pada Hipertensi dan Anemia (Pasorong, 2007). Penelitian lain tentang konsentrasi pajanan timbal di udara ambient terhadap resiko kejadian anemia hanya fokus pada semua komunitas, akan tetapi belum fokus pada wanita (Wardani, 2013).
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur, didapatkan
(52)
7
50% diantaranya menderita anemia. Para pedagang wanita juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdagang di terminal.
Perilaku pedagang yang berkerja lebih lama di terminal, dapat menyebabkan terpapar polusi kendaraan bermotor salah satunya yaitu Pb. Paparan polusi Pb yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor akan terhirup dan masuk ke dalam tubuh sehingga mengganggu sistem biosintesis heme dan menghambat enzim Amino Levulinic Asam Dehydratase (ALAD). Sehingga terjadinya pemendekan umur eritrosit dan terjadi penurunan kadar Hemoglobin yang beresiko terjadinya Anemia.
Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia pada pedagang wanita antara lain faktor kebiasaan merokok, lama berkerja, konsumsi zat besi, konsumsi vitamin C dan konsumsi asam folat. Mengingat terminal merupakan sumber polusi kendaraan bermotor dan wanita merupakan kelompok yang lebih rentan terhadap Anemia. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk menilai secara objektif faktor yang menyebabkan terjadinya anemia pada pedagang wanita.
1.3Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana gambaran penderita anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014?
b. Bagaimana gambaran kadar timbal pada urin pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014?
c. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan, kebiasaan merokok, lama bekerja, konsumsi zat besi, konsumsi vitamin C, konsumsi
(53)
8
asam folat) pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014?
d. Apakah ada hubungan kadar timbal pada urin dengan kejadian anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014?
e. Apakah ada hubungan karakteristik individu (umur, pendidikan, kebiasaan merokok, lama bekerja, konsumsi zat besi, konsumsi vitamin C, konsumsi asam folat) dengan kejadian anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014?
1.4Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar timbal pada urin dan karakteristik individu dengan kejadian anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014. 1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran penderita anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014.
b. Mengetahui gambaran kadar timbal pada urin pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014.
c. Mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan, kebiasaan merokok, lama bekerja, konsumsi zat besi, konsumsi vitamin
(54)
9
C, konsumsi asam folat) pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014.
d. Mengetahui hubungan kadar timbal pada urin dengan kejadian anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014.
e. Mengetahui hubungan karakteristik individu (umur, pendidikan, kebiasaan merokok, lama bekerja, konsumsi zat besi, konsumsi vitamin C, konsumsi asam folat) dengan kejadian anemia pada pedagang wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur tahun 2014.
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Institusi
Dapat dijadikan referensi mengenai hubungan timbal dengan kejadian anemia pada pedagang wanita di terminal untuk mahasiswa Kesehatan Lingkungan (Kesling).
1.5.2 Manfaat Bagi Terminal Bus Kampung Rambutan
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan di Terminal Bus Kampung Rambutan serta dapat menambah wawasan bagi para pedagang mengenai bahaya polusi udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor sehingga dapat melakukan upaya-upaya proteksi diri terhadap polusi.
(55)
10
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah didapat dalam operasional kesehatan lingkungan serta sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya.
1.6Ruang Lingkup
Penelitian ini berjudul “Hubungan Kadar Timbal pada Urin dan Karakteristik Individu dengan Kejadian Anemia pada Pedagang Wanita di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur”. Penelitian ini dilakukan karena mengingat salah satu pencemaran udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor adalah timbal (Pb). Paparan polusi Pb yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu sistem biosintesis heme (pembentukan sel darah merah) sehingga menimbulkan terjadinya penurunan hemoglobin di dalam tubuh dan berpotensi terjadinya anemia. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester 8 peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayahtullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur pada bulan April – Mei tahun 2014. Responden pada penelitian ini yaitu pedagang wanita yang berjualan di Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pada penelitian ini variable independen dan dependen akan diamati pada waktu yang sama.
(56)
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Anemia
Tinjauan pustaka yang akan dibahas terkait penyakit anemia meliputi definisi anemia, wanita dan anemia, etiologi anemia, gejala anemia dan faktor resiko anemia.
2.1.1Definisi Anemia
Menurut Soebroto (2010) anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.
Menurut Depkes (2007) anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
Anemia dapat ditentukan dengan mengetahui kadar Hb dalam darah. Nilai ambang batas kadar hemoglobin normal berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.1.
(57)
12
Tabel 2.1 : Nilai Ambang Batas Kadar Hemoglobin (Manuaba, 2001)
Kategori usia (tahun) Jenis kelamin Kadar Hb normal 0,50 – 4,99 Laki-laki dan
perempuan
11,00g/dl 5,00 – 11,99 Laki-laki dan
perempuan
11,5 g/dl 12,00 – 14,99 Laki-laki dan
perempuan
12,0 g/dl
≥ 15 Perempuan 12,0 g/dl
≥ 15 Laki-laki 13,0 g/dl
Wanita hamil 11,0 g/dl
2.1.2 Wanita dan Anemia
Umumnya wanita lebih beresiko terserang anemia dibandingkan pria. Hal ini disebabkan karena kondisi fisiologis wanita seperti ibu hamil dan harus mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga menyebabkan kekurangan darah. Wanita harus kehilangan zat besi lebih besar hingga yang dikeluarkan laki-laki akibat menstruasi yang dialaminya. Tidak heran jika penyakit anemia merupakan penyebab tingginya kematian ibu serta penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia. Oleh sebab itu wanita lebih rentan terserang anemia dibandingkan dengan pria. Selain karena menstruasi, pada orang dewasa juga bisa mengalami anemia karena kehilangan darah kronis akibat menderita penyakit (Depkes, 2013).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia
(58)
13
(P value 0,000) dan (OR 7,9) dimana perempuan yang menderita anemia 7,9 kali dibandingkan dengan laki-laki (Sihombing, 2009).
2.1.3 Etiologi Anemia
Secara umum, penyebab seseorang menderita anemia disebabkan karena defisiensi zat besi. Defisiensi besi disebabkan karena terjadinya gangguan sumsum tulang, defisiensi gizi seperti kurangnya asupan folat dan vitamin C, pendarahan kronis yang dapat terjadi melalui saluran pencernaan, kehilangan darah (perempuan yang mengalami menstruasi terlalu berlebihan), seperti pada wanita dewasa yang memiliki pola makan yang kacau serta pengeluaran darah menstruasi yang terlalu banyak dan tidak teratur dapat mempengaruhi keseimbangan besi di dalam tubuh sehingga beresiko terhadap anemia. Oleh sebab itu dianjurkan untuk mengkonsumsi 10-15 mg makanan yang mengandung besi setiap harinya (Sacher et, al, 2004)
Anemia tidak selalu disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia juga bisa disebabkan oleh timbal (Pb), hal ini karena akibat dari Pb tersebut dapat mengganggu sistem biosintesis heme dimana berfungsi sebagai pembentukan sel darah merah dan dengan keberadaan Pb didalam tubuh dapat menyebabkan pemendekan umur eritrosit sehingga beresiko anemia (NIOSH, 1997).
(59)
14
2.1.4 Gejala Anemia
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi pigmentasi kulit, suhu dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler, bantalan kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtivas merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat (Price, 2005). Gejala yang sering muncul pada penderita anemia diantaranya yaitu (Soebroto, 2010):
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lunglai b. Wajah tampak pucat
c. Mata berkunang-kunang d. Nafsu makan berkurang
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa f. Sering sakit
2.1.5 Faktor Risiko Anemia
Berikut faktor resiko yang mempengaruhi kejadian anemia diantaranya yaitu:
(60)
15
a. Pencemaran udara
Pencemaran udara yang bepotensi terhadap kejadian anemia yaitu Pb. Pb yang banyak dipergunakan terutama pada bahan bakar bensin. Pb tersebut dapat menjadi racun yang merusak sistem pernafasan, sistem syaraf, serta meracuni darah. Serta dapat menghambat sintesis hemoglobin, yang pada akhirnya merusak hemoglobin darah (ATSDR, 2007).
b. Faktor genetik
Faktor keturunan pun dapat mengakibatkan penyakit anemia. Anemia yang merupakan faktor genetik ini dikenal dengan anemia sel sabit (sickle cel anemia). Anemia sel sabit dapat terjadi karena sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sel sabit pada konsentrasi oksigen yang rendah. Sel sabit juga disebabkan karena adanya mutasi pada rantai β-globin dari hemoglobin. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit (Sloane, 2004). c. Kekurangan zat besi
Penyebab anemia paling utama adalah kekurangan zat besi dan umumnya wanita lebih beresiko terserang anemia di bandingkan pria. Hal ini disebabkan wanita harus mengalami
(61)
16
menstruasi setiap bulannya sehingga kekurangan darah oleh karena itu lebih rentan kekurangan zat besi (Sacher et, al, 2004). d. Kekurangan vitamin C
Salah satu faktor resiko terjadinya anemia adalah kekurangan vitamin C. Orang yang kekurangan vitamin C menyebabkan gampang jatuh sakit karena sistem kekebalan tubuhnya melemah. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi didalam tubuh (Wardani, 2013).
e. Kekurangan asam folat
Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat untuk menghasilkan cukup sel darah merah. Asupan makanan yang rendah zat tersebut dan nutrisi penting lain dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah (Sacher et al, 2004).
f. Gangguan sumsum tulang
Tempat produksi sel darah adalah di sumsum tulang. Namun sumsum tulang bisa mengalami gangguan sehingga kerjanya untuk memproduksi sel darah merah menjadi tidak normal. Gangguan sumsum tulang ini sendiri adalah karena adanya metastase sel kanker di daerah lain pada tubuh (Manuaba, 2001).
(62)
17
g. Pendarahan
Pendarahan pada tubuh baik yang terjadi di dalam atau luar tubuh dapat mengakibatkan anemia dalam waktu singkat. Hal ini bisa terjadi karena maag kronis yang menyebabkan dinding lambung mengalami luka (Sacher et al, 2004).
h. Umur
Semakin tua umur seseorang, maka lebih rentan terhadap anemia karena secara umum pada usia yang tidak produktif lebih banyak mengalami berbagai macam penyakit sehingga beresiko terhadap pendarahan di tubuh yang beresiko terhadap anemia defisiensi besi. Penambahan umur juga mempengaruhi terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga dengan adanya zat polutan Pb yang masuk ke dalam tubuh akan lebih sulit untuk mentoleransinya (Sacher et al, 2004).
i. Kebiasaan merokok
Asap rokok dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran pernafasan. Kemampuan bulu getar yang berguna untuk menyaring benda asing telah berkurang sehingga pecemaran udara penyebab anemia seperti Pb lebih mudah masuk ke paru-paru dan bercampur dengan darah. Interaksi antara perokok dengan pencemaran udara merupakan faktor resiko yang bersinergi sehingga perokok lebih beresiko mengidap anemia (Sormin, 2012). Kebiasaan merokok ini terbagi menjadi dua komponen,
(63)
18
berdasarkan Indeks Brinkman terdiri dari perokok berat ≥ 600 dan perokok ringan < 600. Adapun perhitungan Indeks Brinkman ini menurut Tana (2007) dapat dilihat sebagai berikut:
j. Lama bekerja
Semakin lama seseorang berkerja di tempat yang lingkungan sekitarnya berisiko terjadinya pencemaran udara, maka kemungkinan tertimbun dalam darah semakin besar sebagai akibat hasil penghirupan sehari-hari dalam berkerja. Polusi udara yang tertimbun tersebut dapat memicu gangguan kesehatan. Lama berkerja selama bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pernafasan pedagang karena frekuensi yang sering untuk terpajan pencemaran udara setiap harinya (Suma’mur, 1991 dalam Sormin, 2012).
2.2Timbal (Pb)
Tinjauan pustaka yang akan dibahas terkait timbal (Pb) meliputi definisi Pb, sumber pencemaran Pb, mekanisme Pb masuk ke tubuh manusia, waktu paruh Pb, nilai ambang batas Pb, hubungan Pb dengan anemia dan dampak paparan Pb terhadap kesehatan.
Indeks Brinkman (BI)
(64)
19
2.2.1 Definisi Pb
Timbal (Pb) adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan terdapat dalam jumlah kecil pada batu-batuan, tanah dan tumbuh-tumbuhan (Fardiaz, 1992). Timbal adalah sebuah zat kimia dengan kode Pb, yang berarti Plumbum (timah hitam). Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum disimpulkan dengan Timbal (Pb). Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom 82 dengan bobot atau berat 207,2 dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C pada suhu 550-600°C (Achmadi, 2012).
Walaupun bersifat lunak dan lentur, Timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar, 1994). Pb banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifatnya sebagai berikut (Fardiaz, 1992):
a. Pb mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
b. Pb merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.
c. Sifat kimia Pb menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung jika kontak dengan udara lembab.
(65)
20
d. Pb dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan Timbal (Pb) yang murni.
e. Densitas Pb lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri.
2.2.2 Sumber Pencemaran Pb
a. Sumber alami
Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb terdapat di tanah sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 µg/dl. Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 µg/dl. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 µg/dl. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 µg/dl. Secara alami Pb juga di temukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 µg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-sayuran dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya
(66)
21
berkisar antara 0,1-1,0 µg/kg berat kering (ATSDR, 2007 dalam Prasetyo, 2010).
b. Sumber dari industri
Industri yang berpotensi sebagi sumber pencemaran Pb, adalah industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong (Riyadina, 1997) misalnya:
1. Pada industri pengecoran maupun pemurnian menghasilkan Pb konsentrat yang berasal dari potongan logam scrap.
2. Pada industri baterai banyak menggunakan logam Pb sebagai bahan dasarnya.
3. Pada industri bahan bakar Pb yang dipergunakan sebagai anti knock pada bahan bakar sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran Pb.
4. Pada industri kabel, Pb dipergunakan untuk melapisi kabel.
5. Pada industri kimia yang menggunakan bahan pewarna, industri tersebut seringkali memakai Pb karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain.
(67)
22
c. Sumber dari transportasi
Pb yang banyak dipergunakan terutama pada bahan bakar bensin. Pb tersebut dapat menjadi racun yang merusak sistem pernafasan, sistem syaraf serta meracuni darah. Penggunaan Pb pada bahan bakar tersebut semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan Pb tersebut ke dalam bahan bakar dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Selain meningkatkan oktan, Pb juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katub mobil (produksi dibawah 90-an), sehingga katub dapat terjaga dari keausan, lebih tahan lama dan lebih awet. Pb dipergunakan dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas Pb tinggi untuk menaikkan angka oktan. Pada setiap 0,1 µg/dl bensin, menurut para ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 - 2 satuan. Pb dipergunakan untuk meningkatkan satu oktan pada bahan bakar karena harga Pb relatif murah dibandingkan dengan senyawa lainnya (Riyadina, 1997).
Hasil yang diperoleh dari pembakaran bahan tambahan (additive) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor akan menghasilkan emisi Pb. Pb yang tercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses didalam mesin maka logam Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Riyadina, 1997).
(68)
23
2.2.3 Mekanisme Pb Masuk ke Tubuh Manusia
Pb masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan yang merupakan jalan pemajanan terbesar dan melalui saluran pencernaan, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang baik. Absorbsi Pb udara pada saluran pernafasan ± 40% dan pada saluran pencernaan ± 5-10%, kemudian Pb diditribusikan kedalam darah ± 95% terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma. Sebagian Pb disimpan pada jaringan lunak dan tulang (Fardiaz, 2006).
ABSORBSI PENYIMPANAN EKRESI
Pernafasan Inhalasi
Mulut Ingesti
Bagan 2.1: Biotransformasi Pb dalam Tubuh Manusia (Palar,2004).
Tulang 90% SSP/Otak
/Jaringan Saluran
Nafas Atas 40%
Paru
-paru Keringat
,rambut Kulit
Ginjal 60% Darah
95% Urin
Tinja Tulang
90% Saluran
cerna Faring
(69)
24
a. Absorbsi
Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara (pernafasan/inhalasi) serta perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.
Absorbsi Pb melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nesofaring, saluran trakeobronkhial dan alveolar. Deposisi tergantung pada ukuran partikel Pb, volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar banyak dideposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang lebih kecil. Makin kecil ukuran partikel debu, serta semakin besarnya volume udara yang mampu terhirup, maka akan semakin besar pula konsentrasi Pb yang diserap oleh tubuh. Partikel yang lebih kecil dari 10 µ m dapat tertahan di paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas.
Pb yang bersirkulasi dalam darah akan didistribusikan kedalam jaringan lunak seperti tubulus ginjal dan sel hati. Selain itu, Pb juga akan didistribusikan ke tulang, rambut dan gigi untuk disimpan, sebanyak 90% Pb akan disimpan dalam tulang dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak.
(70)
25
Rata-rata 10-30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna. Absorbsi Pb yang meningkat menyebabkan penurunan kandungan hemoglobin, penurunan jumlah dan pemendekan masa hidup eritrosit, peningkatan jumlah retikulosit (eritrosis muda) serta peningkatan jumlah eritrosit berbintik basofilik. Jadi, pemeriksaan darah untuk mendeteksi efek-efek ini dapat digunakan sebagai mengukur pajanan Pb. Sementara pengukuran Pb dalam rambut dan darah memberi petunjuk terhadap pajanan Pb dalam tubuh (NIOSH, 1997).
b. Distribusi dan penyimpanan
Pb yang diabsorbsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% Pb terdapat dalam darah. Gigi dan tulang panjang mengandung Pb yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu-abu pada perbatasan antara gigi dan gusi. Hal itu merupakan ciri khas keracunan Pb pada jaringan lunak sebagian Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak dan kulit. Pb yang berada di jaringan lunak bersifat toksik (Goldstein, 1994 dalam Wardani, 2012).
Pb masuk ke dalam darah dan juga diditribusikan pada jaringan lunak dan kadang-kadang pada tulang. Mungkin
(71)
26
berakibat pada sistem persyarafan otak, terutama pada jangka panjang yang mengakibatkan ke gangguan syaraf pada anak. Kelompok yang paling beresiko dari pencemaran oleh Pb ini adalah anak dan wanita, sebab dalam konsentrasi yang rendah (di bawah 10 mikrogram) dapat mengakibatkan terjadinya kelainan syaraf dan ganguan hemoglobin (Atmakusumah et al, 1996). c. Eksresi
Eksresi Pb melalui urin sebanyak 75-80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut dan kuku. Eksresi Pb melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya didinding usus, regenerasi sel epitel dan eksresi empedu. Sedangkan proses eksresi Pb melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus, kadar Pb dalam urin merupakan cerminan pajanan baru sehingga pemeriksaan Pb urin dipakai untuk pajanan okupasional (Nordberg, 1986).
2.2.4 Waktu Paruh Pb
Waktu paruh Pb di dalam darah ± 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari, sedangkan pada tulang 25 tahun. Eksresi yang lambat ini menyebabkan Pb mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan kerja maupun tidak kerja (Nordberg, 1998).
(72)
27
2.2.5 Nilai Ambang Batas Pb
Nilai ambang batas Pb yang sudah ditetapkan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2: Standar dan Regulasi Pb (NIOSH, 1997 & MBIE, 2013) Standard and regulation for lead
Reference Media Level
MBIE Blood 1,5µmol/L
NIOSH Blood 0,01 µg/dL
MBIE Urine 0,15 mg/L
Que Hee and Boyle
Feces 10-50 μg/L
Christofferson Bone 20 μg/g
Wilhelm Hair 0,16 μg/g
MBIE Air particulat lead 0,1 mg/ EPA Water particulat and
dissolved lead
0,1 mg/L
EPA Air (Ambient) 1,5 µg/
EPA Soil, wastes and grounwater
0,1 mg/L
Berdasarkan standar yang telah ditetapkan menurut MBIE (2013) nilai ambang batas kadar Pb yang diperbolehkan untuk timbal pada urin yaitu 1,5 mg/L. Adapun standar lain tentang pajanan Pb menurut Kepmenkes RI No. 1406 tahun 2002 tentang standar pemeriksaan kadar timah hitam spesimen biomarker manusia, dimana kadar timah hitam dalam darah 50 μg/100ml, dalam urin 150μg/ml creatinine. Durasi
(73)
28
pajanan Pb yang dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan berupa penyakit dan gangguan lainnya dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3: Angka Acuan Untuk Substansi Tunggal didalam Udara Berdasarkan Efek yang ditimbulkan Berupa Penyakit atau Bau dan
Gangguan Lainnya (Widyastuti, 2005).
Substansi Angka Acuan Durasi pemaparan
yang diperbolehkan
Karbon Monoksida 100 mg/ 15 menit
60 mg/ 30 menit
30 mg/ 1 jam
10 mg/ 8 jam
Timbal 0,5 – 1,0 µg/ 1 tahun
Nitrat Dioksida 400 µg/ 1 jam
150 µg/ 24 jam
Ozon 150 – 200 µg/ 1 jam
100 – 120 µg/ 8 jam
Sulfur Dioksida 500 µg/ 10 menit
350 µg/ 1 jam
Beberapa ketetapan standard lain menurut Widyastuti (2005) untuk substansi tunggal didalam udara berdasarkan efek yang ditimbulkan berupa penyakit, bau dan gangguan lainnya untuk zat pencemar Pb yaitu 0,5 – 1,0 µg/ dengan durasi pemaparan yang diperbolehkan selama 1 tahun.
(74)
29
2.2.6 Hubungan Pb pada Urin dengan Kejadian Anemia
Polutan Pb di udara disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin premium. Polutan Pb masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan ± 40% dan masuk ke dalam tubuh sehingga bercampur dengan darah. Pb di dalam darah sebagian diditribusikan ke otak, tulang dan jaringan lainnya. Eksresi Pb di dalam tubuh melalui urin sebesar 75-80% dan 15% tereksresi melalui feces, keringat dan rambut. Akumulasi Pb yang tereksresi melalui urin menggambarkan seluruh pajanan Pb yang terdapat dalam darah, tulang dan jaringan tubuh lainnya, hal ini disebabkan karena eksresi Pb paling besar melalui urin. (Nordberg, 1986).
Paparan Pb di dalam tubuh dapat mengubah sistem hematologi dan menghambat aktivitas beberapa enzim yang terlibat dalam biosintesis heme seperti enzim Amino Levulinic Asam Dehydratase (ALAD). Enzim ini sangat berperan penting dalam pembentukan sel darah merah. Gangguan pada enzim ALAD akibat terhambatnya sintesis heme didalam tubuh menyebabkan pemendekan umur eritrosit dan memicu produksi hormon yang tidak tepat (erythropoietin) sehingga terjadi pematangan sel darah merah yang tidak sesuai dan beresiko terhadap anemia (Sacher et al, 2004).
Mekanisme terjadinya anemia karena Pb di dalam tubuh dapat di jelaskan seperti pada bagan 2.2.
(1)
Mifbakhuddin, 2010. Hubungan Antara Paparan Gas Buang Kendaraan (Pb) dengan Kadar Hemoglobin dan Eritrosit Berdasarkan Lama Kerja pada Petugas Operator Wanita SPBU di Wilayah Semarang. (Jurnal)
Ministry of Business Inovation and Employee (MBIE), 2013. Work Exposure, Standards and Biological Exposure Indices.
Moehji, Sjahmien, 1992. Ilmu Gizi. Bhatara. Palembang.
Mulansari, N. A, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia di Indonesia. Universitas Indonesia
Muwakhidah, 2009. Efek Suplementasi Fe, Asam Folat Dan Vitamin B12 Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Pekerja Wanita Di Kabupaten Sukoharjo. (Tesis) Universitas Diponegoro
National Institute for Occupational Safety and Helath (NIOSH), 1997. Protecting Workers Exposed to Lead-Based Paint Hazards. U.S. Department of Health and Human Service, Public Health Service, Centers for Disease and Prevention (CDC).
Nasution, Ernawati et al, 2004. Hubungan Konsumsi Zat Besi Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja Wanita Pencetak Batu Bata Di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. (Jurnal) Universitas Sumatera Utara.
Nordberg, G. F et al, 2007. Handbook On The Toxicology Of Metal. Elsevier B.V. All right reserved. Except for Chapter 29 which is in the public domain.
(2)
Novianthie, Rosy, 2007. Kualitas Udara Total Suspended Particullate , Particullate Matter 10 Dan Kejadian ISPA Pada Pedagang Kaki Lima Terminal Bus Senen Jakarta Pusat. (Skripsi) Universitas Indonesia Nurmaini, 2004. Hubungan Tekanan Darah Dengan Kadar Timbal Pada Polisi
Lalu Lintas Kota Medan. (Jurnal) Universitas Sumatera Utara
Palar, Heryando, 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT Rineka Cipta, Jakarta
Papuling, Andryes, 2011. Studi Deskriptif Kandungan Timbal Dalam Urine Pada Pedagang Asongan Di Sekitar Jumbo Pasar Swalayan Kota Manado. (Jurnal) Poltekkes Kemenkes Manado.
Pasorong, M. B, 2007. Hubungan Antara Kadar Plumbum (Pb) dan Hipertensi Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Manado. (Tesis) Universitas Gajah Mada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999. Tentang Pengendalian Pencemaran udara.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No PM.2 Tahun 2013. Tentang Petunjuk Teknis Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota
Prasetyo, S. B,2010. Hubungan Konsentrasi Timbal didalam Air dengan Kadar Hemoglobin Dalam Darah Anak Sekolah Dasar di Kawasan Serpong. (Skripsi) Universitas Indonesia
(3)
Pramudyastuti, Triutami, 2010. Gambaran Hasil Pengukuran Konsentrasi Timbal di Udara dan Hubungannya dengan Kadar Hemoglobin dalam Darah Anak di Perumahan Kawasan Serpong. (Skripsi) Universitas Indonesia
Pristanti, 2004. Hubungan Ketersediaan Pangan Keluarga dan Tingkat Konsumsi Energi Protein, Fe, Folat, Vitamin B12, Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) Dan Anemia Pada Ibu Hamil. (Jurnal) Universitas Diponegoro
Rachma, Henny, 2013. Selama 2012 13 Juta Kendaraan Sesaki Jakarta.
Raharjo, Bejo, 2003. Beberapa Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Pekerja Perempuan Di Kelurahan Jetis Kecamatan Sukoharjo. (Tesis) Universitas Diponegoro Semarang
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2007. Laporan Nasional 2007.
Riyadina, Woro, 1997. Pengaruh Pencemaran Pb Plumbum Terhadap Kesehatan. (Jurnal) Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.
Sacher, Ronald. A, et al, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Setiowati, Tetty, 2007. Biologi Interaktif. Azka Press, Jakarta
Sihombing, Marice et al, 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Pekerja Dikawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. (Jurnal) Media Peneliti dan Pengembang Kesehatan Volume XIX No 3.
(4)
Sirajuddin, et al, 2011. Pengaruh Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Bayi Rendah Di Sulawesi Selatan. (Jurnal) Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi 1 januari-Juni Politeknik Kemenkes Makasar. Sloane, Ethel, 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Sormin, K. R, 2012. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Pekerja yang Terpajan Debu Kapas dengan Kejadian ISPA di PT. Unitex Tahun 2011. (Skripsi) Universitas Indonesia.
Soebroto, I, 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta Bangkit Soleha, Siti, 2009. Hubungan Resiko Ergonomi dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada Operator Can Plant PT. X Tahun 2009. (Skripsi) UIN Jakarta
Sugiarto, Bagus, 2006. Analisis Prioritas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Fungsi Terminal Kampung Rambutan. (Jurnal) Universitas Gunadarma
Sumantri, Arif, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Supariasa, D. N, 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Supriyono, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Gizi Besi Pada Tenaga Kerja Wanita Di PT.HM Sampoerna. Kemenkes RI
(5)
Syafri, Muhammad et al, 2013. Hubungan Faktor Keluarga dan Anak dengan Kejadian Anemia Pada Anak Sekolah Dasar Inpress Cilalang Kota Makasar. (Jurnal) Universitas Hasanuddin
Tjahjandi, Andang, 2007. Timbal di Udara Ambient dan Hubungannya dengan Timbal dalam Darah Serta Kejadian Anemia pada Pegawai UPTD Terminal Dinas Perhubungan Kota Sukabumi. (Tesis) Universitas Indonesia.
Tana, Lusianawati et al, 2007. Merokok dan Usia Sebagai Faktor Risiko Katarak Pada Pekerja Berusia > 30 Tahun di Bidang Pertanian. (Jurnal) Universa Medicina.
Uswan, Alie, 2013. Jumlah Kendaraan Meningkat.
Wulan, Arum, 2013. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia Pada Remaja di SMPN 37 Semarang. (Jurnal)
WHO, 2012. Global Database on Anemia. Di akses pada tanggal 20 Desember
2013 dari:
http://who.int/vmnis/anaemia/data/database/countries/idn_ida.pdf
Wardani, Ira, 2012. Analisis Hubungan Konsentrasi Pajanan Timbal di udara Ambient Terhadap Resiko Kejadian Anemia pada Komunitas dikawasan Puspitek Serpong. (Skripsi) Universitas Indonesia.
Widyasuti, Palupi, 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
(6)
Zebua, A. M, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Anemia Gizi di wilayah kerja Puskesmas Tuhemberua Kabupaten Nias. (Skripsi) Universitas Sumatera Utara.
Wirakusumah, E. S, 2007, Penebar Plus Hidup Sehat, 202 Jus Buah dan Sayuran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wong, D. L et al, 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.