Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 Terdapat delapan macam model pembelajaran inkuiri, yaitu Guided Inquiry, Modified Inquiry, Free Inquiry, Inquiry Role Approach, Invitiation Into Inquiry, Pictorial Riddle, Synectic Lesson, dan Value Clarification. 11 Namun, dalam penelitian ini hanya akan diterapkan dua jenis model pembelajaran inkuiri, yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing Guided Inquiry. Model ini merupakan dasar atau tahap awal dalam proses inkuiri, sehingga dianggap cocok untuk diterapkan pada tingkat SMPMTs. Berdasarkan karakteristik model tersebut, salah satu konsep fisika yang cocok adalah tekanan. Konsep tekanan merupakan salah satu konsep fisika yang terdapat di kelas VIII tingkat SMP. Melalui penerapan model inkuiri pada konsep tersebut, guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan penalaran siswa dengan ekperimen-eksperimen sederhana dan serangkaian pertanyaan yang menstimulus rasa keingintahuan siswa, sehingga siswa akan merasa tertarik untuk melakukan percobaan, pengamatan, dan dari hasil pengamatan serta pemahamannya, dapat diterapkan kembali dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dapat menjadikan pelajaran fisika lebih menarik, mudah dipahami, dan dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep fisika. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap model pembelajaran inkuiri tersebut, dengan judul penelitian “Pengaruh Model Guided Inquiry Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Pada Konsep Tekanan ” sebagai judul penelitian dan penyelesaian terhadap masalah yang terjadi di dalam kelas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Kurangnya variasi model pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan. 11 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam IPA Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan Inquiry” Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987, h.. 136 5 2. Proses pembelajaran tidak menitikberatkan pada penalaran dan pengembangan intelektual siswa. 3. Siswa kurang dibekali oleh serangkaian pengalaman bagaimana menemukan sebuah formulasi atau kebenaran melalui penyelidikan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diiuraikan, batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini dibatasi pada model guided inquiry. 2. Hasil belajar fisika yang diukur dalam penelitian ini dibatasi pada hasil tes kognitif saja. Ranah kognitif dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah mulai C1 sampai dengan C4. Hal ini berdasarkan telaah terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar konsep fisika yang diterapkan, yaitu berada pada ranah kognitif C1 sampai dengan C4. 3. Konsep fisika yang diberikan kepada selama eksperimen adalah konsep tekanan yang diajarkan pada semester genap kelas VIII.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah pengaruh hasil belajar siswa menggunakan model guided inquiry pada konsep tekanan ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model guided inquiry terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada konsep tekanan. 6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, baik yang terlibat langsung dalam penelitian ataupun tidak. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa. 2. Memberikan alternatif pilihan bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran fisika. 3. Memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan dan model- model pembelajaran untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran di sekolah. 7

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Fakta dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA disekolah menengah maupun di perguruan tinggi masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat informatif. Model pembelajaran seperti ini tidak mendukung pengembangan keterampilan berpikir siswa, karena guru mengajarkan fakta-fakta, rumus-rumus, hukum-hukum dan siswa menghapalkannya. Untuk itu para pakar pendidikan IPA berupaya meningkatkan hasil pembelajaran IPA yang optimal, dengan memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode serta pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik IPA. Dari berbagai model pembelajaran yang dikembangkan dapat dilihat adanya perubahan dari pembelajaran yang berpusat pada guru beralih ke pembelajaran yang mengutamakan keterampilan-keterampilan berpikir pada siswa. Dewasa ini banyak materi sekolah-sekolah dasar dan sekolah-sekolah menengah yang berorientasikan pada penemuan discovery dan inkuiri inquiry. Mengenai istilah-istilah penemuan dan inkuiri ini, banyak diantara para ahli pendidikan yang mengartikan sama, tetapi ada juga yang berbeda. Kata “inquiry” dalam bahasa inggris berarti pertanyaan, pemerikasaan, atau penyelidikan. Menurut Schmidt seperti yang dikutip Sofan Amri, menyatakan bahwa inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah merupakan pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. 1 1 Sofan Amri Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas: Metode Landasan Teoritik-Praktis dan Penerapannya. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010, cet ke-1, hal 85