1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan di Indonesia pada tahun 2008 mulai menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan surat
keputusan No. 04SKAIPNIIX2008 tentang pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan sarjana keperawatan. Kurikulum berbasis
kompetensi ini adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan keperawatan AIPNI, 2010.
Terdapat berbagai macam metode pembelajaran untuk kurikulum berbasis kompetensi, salah satunya adalah problem based learning PBL.
PBL adalah metode belajar dengan memanfaatkan masalah dan mengharuskan mahasiswa untuk melakukan pencarian atau penggalian
informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut Ditjen Dikti Kemdikbud, 2011. Hal ini sejalan dengan pendapat Nursalam 2008
mengatakan bahwa problem base learning merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dimana peserta didik tidak lagi
diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode konvensional, tetapi peserta didik diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan
mereka secara mandiri ketika diberikan suatu permasalahan dan aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber.
Problem based learning ini telah diterapkan pada beberapa perguruan tinggi didunia, salah satunya yaitu berhasil digunakan di Fakultas
Ilmu Kesehatan Maastrict University di Belanda pada bulan Maret 2005. Di Indonesia sendiri problem based learning juga sudah diterapkan pada
Institusi Perguruan Tinggi Keperawatan, salah satunya yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada September 2012 Pedoman Akademik UIN Jakarta, 2014. Problem based learning menggunakan prinsip student-centered
learning SCL. SCL adalah metode pembelajaran berpusat pada peserta didik yang menuntut mahasiswa agar lebih aktif dan kreatif dalam proses
belajar. Salah satu metode yang menggunakan prinsip student-centered learning yaitu metode seven jump, seven jump merupakan diskusi kelompok
kecil yang menggunakan tujuh langkah untuk memecahkan masalah. Tahap- tahap seven jump yaitu: tahap pertama: mengklaifikasi istilah asing, tahap
kedua: defenisi masalah, tahap ketiga: curah pendapat, tahap keempat: menganalisis masalah, tahap kelima: merumuskan masalah, tahap keenam:
belajar mandiri, dan tahap ketujuh: pelaporan Achmadi 2007 dalam Arlan, 2012.
Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam proses pembelajaran metode seven jump ini adalah adanya mahasiswa yang
dominan dan pasif dalam berdiskusi. Menurut Nursalam 2008 mahasiswa yang mendominasi yaitu mahasiswa yang mampu mengemukakan pendapat-
pendapatnya dan mengembangkan potensinya, sedangkan mahasiswa yang pasif yaitu mahasiswa yang tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Hal
ini sejalan dengan penelitian Emerald et al. 2013 menyatakan bahwa kekurangan dari metode problem based learning yaitu sebagian mahasiswa
mendominasi sementara yang lain pasif dalam berdiskusi dan memakan waktu, sedangkan keuntungan dari metode problem based learning yaitu memotivasi
mahasiswa untuk belajar mandiri, meningkatkan penemuan masalah pembelajaran, meningkatkan keahlian berpikir kritis, meningkatkan keahlian
berkomunikasi, dan meningkatkan dalam memperoleh informasi baru. Dalam pelaksanaan metode belajar seven jump di akademik mahasiswa
hendaknya pandai beragumentasi, sehingga membentuk aktualisasi diri pada mahasiswa. Menurut Harsono 2005 menjelaskan bahwa mahasiswa dituntut
untuk beragumentasi dan menyampaikan pendapat sebagai bentuk aktualisasi diri dalam proses belajar. Aktualisasi diri adalah cara mengembangkan potensi
diri dari hal yang bisa kita lakukan atau kerjakan. Menjalankan aktualisasi diri sama dengan mengembangkan kemampuan tanpa batas, sifat dasar manusia
adalah mencapai aktualisasi diri atau mencapai perbaikan diri dan perubahan yang konstruktif. Manusia lahir memiliki kecenderungan alamiah untuk
mencapai aktualisasi diri, orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya dapat meraih kebahagian dan merasa puas dibandikan orang yang tidak mengalami
aktualisasi diri Rogers 1965 dalam Videbeck , 2008.
Mengasah kemampuan aktualisasi diri dalam metode belajar seven jump dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki saat
memecahkan masalah, yaitu mampu menyampaikan pendapat, menganalisis masalah secara kritis dan mendalam, kreatif, dan mampu mengambil keputusan
tanpa dipengaruhi orang lain dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang diambilnya Pajouhandeh, 2013
.
Menurut Dewi 2007 ciri-ciri positif orang yang teraktualisasi dirinya antara lain: jujur, terbuka, menjadi dirinya sendiri, mampu mengekspresikan
pendapat berdasarkan pikiran dan emosi-emosi yang sebenarnya tanpa dipengaruhi orang lain. Mahasiswa dalam menyampaikan pendapat masih
ditemukan pasif dalam berdiskusi, salah satu yang menyebabkan mahasiswa pasif dalam berdiskusi adalah kurangnya rasa percaya diri. Perasaan kurang
percaya diri ini karena takut terhadap pendengar, yaitu takut ditertawakan, takut bahwa apa yang akan disampaikan tidak pantas untuk dikemukakan Osborne
1992 dalam Wahyuni, 2014. Robbinson 1995 dalam Nasimah, 2009 mengatakan bahwa
kepercayaan diri berhubungan dengan harga diri seseorang, seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan memiliki harga diri yang baik pula.
Harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi, penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan
dan keberartian dirinya. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta menerima
kekurangan yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan penilaian rendah
terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu
yang selalu kurang Rosenberg 1965 dalam Arif, 2010. Hasil studi pendahuluan melalui penyebaran angket sebanyak 10
pertanyaan yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2014 pada 20 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta tentang harga diri dan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar dengan metode seven jump sebagai berikut: i 7 mahasiswa merasa tidak berguna saat memecahkan
masalah karena tidak mendapatkan ide-ide kreatif dalam proses belajar. ii 12 mahasiswa tidak mampu mengaktualisasikan dirinya karena tidak percaya diri
dalam menyampaikan pendapatnya. Penelitian yang dilakukan oleh Harisanto 2010 tentang hubungan
antara self confidence dengan aktualisasi diri siswa MAN 1 Malang hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara self
confidence dengan aktualisasi diri pada siswa MAN 1 malang dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 P 0,05. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
Ginting 2011 dengan diperoleh nilai p sebesar 0,00 p0,05 dan korelasi r = +0,646, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara harga
diri dengan kemampuan aktualisasi diri remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri Sei Bingai menunjukkan bahwa semakin rendah harga diri remaja putri
dengan obesitas maka semakin rendah kemampuan aktualisasi diri mereka.
Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian terkait hubungan antara harga diri mahasiswa dengan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump. Peneliti juga berpikir bahwa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri penting untuk
diteliti, sehingga peneliti ingin mengkaji lebih mendalam mengenai “Hubungan
harga diri mahasiswa dengan kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
”.
1.2 Rumusan Masalah