1. Krisis Moneter
Isu krisis moneter menjadi perbualan hangat yang sering diperkatakan umum sejak isu itu melanda rantau Asia pada pertengahan tahun 1997. Krisis moneter ini
dianggap yang paling buruk jika dibandingkan dengan krisis moneter dunia pada tahun 1930-an dan 1980-an karena keadaan ini berlaku pada waktu yang sama dengan krisis
kejatuhan nilai mata uang. Pada awalnya, krisis ini merupakan satu krisis keuangan tempatan dan telah bertukar menjadi krisis keuangan dan ketidakstabilan ekonomi
diperingkat global. Krisis ini menular dari Asia Timur ke Rusia dan Amerika Latin. Serangan spekulasi terhadap mata uang Bath Thai yang bermula pada pertengahan tahun
1997 telah tersebar keseluruh rantau Asia Timur dan terus berkembang. Krisis mata uang dan keadaan pasaran yang tidak stabil ini mencapai kemuncaknya pada September
1997, yaitu apabila kejatuhan mendadak pada Indeks Komposit Bursa Saham Kuala Lumpur BSKL turut dirasai oleh Bursa Saham Hong Kong, Bursa Saham New York
dan Bursa Saham Tokyo. Kejatuhan nilai mata uang yang melanda rantau Asia Timur pada tahun 1997 dan 1998 adalah krisis yang paling serius dalam sejarah.
97
Krisis tersebut berkaitan dengan spekulasi dan manipulasi mata uang. Isu ini telah menjadi agenda utama perbincangan badan-badan keuangan internasional. Isu-isu
tentang fungsi utama Tabung Keuangan Internasional IMF dalam mengurus ekonomi global, risiko globalisasi, teknologi maklumat, sikap pelit institusi-intitusi bertaraf tinggi
dan spekulator mata uang yang lain, serta kesan pengaliran modal telah dikeluarkan dan
97
Chamhuri Siwar, dkk, Ekonomi Malaysia edisi keenam Selangor: Pearson, 2005 h. 477
dibahaskan dalam berbagai forum IMF, Bank Dunia, Kumpulan 15 G15, negara- negara Commonwealth dan sebagainya.
98
Pedagang dan spekulator dana keuangan dalam pasaran pertukaran internasional telah dikaitan dengan kejatuhan nilai mata uang negara-negara ASEAN. Serangan
spekulatif terhadap mata uang ASEAN bermula dengan mata uang Bath Thailand. Sasaran berikutnya adalah mata uang Peso Filipina, Dolar Singapura, Dolar Brunei,
Rupiah Indonesia dan Ringgit Malaysia. Hal ini menyebabkan mata uang tersebut mengalami nilai tukar yang sangat rendah.
99
Krisis yang melanda sejak Juli 1997 adalah berbeza daripada apa yang pernah berlaku pada pertengahan dekade 1980-an karena pada waktu itu nilai mata uang negara
tidak mempengaruhi. Kejatuhan nilai mata uang yang berpanjangan menyebabkan semua sektor terpengaruh dan memperlahankan pertumbuhan ekonomi. Sifat ekonomi
dunia kini yang semakin global menyebabkan apa yang berlaku di negara luar akan turut memberi dampak kepada negara.
100
Krisis moneter ini dikatakan telah mendatangkan pelbagai implikasi buruk ke atas negara-negara Asia, tidak terkecuali Malaysia.
Walaupun ekonomi Malaysia sebelum ini tersenarai diantara ekonomi dunia yang paling aktif dan berdaya saing, serta mempunyai asas-asas ekonomi yang kukuh, namun
Malaysia tidak terlepas daripada menerima padah kemelesetan ekonomi serantau.
2. Puncak Krisis