Pembatasan Pembiayaan Alokasi Pembiayaan Yang Berorientasi Kepada Nilai

telah disarankan, dengan hukuman-hukuman yang tepat dan peringatan-peringatan serta suatu program korektif yang sesuai. 36 Sisa dana yang ditinggalkan melalui cadangan wajib dapat diinvestasikan oleh bank sentral Islam, seperti yang dilakukan oleh bank sentral kapitalis. Karena obligasi pemerintah yang mengandung bunga tidak tersedia, bank sentral Islam harus menemukan lahan-lahan alternatif bebas bunga untuk investasi. Bagaimanapun juga, ia harus menahan diri dari melakukan investasi berapa pun dana yang ia anggap perlu untuk mengelola kebijakan moneter.

6. Pembatasan Pembiayaan

Alat-alat yang disebut di atas akan memudahkan bank sentral dalam melakukan ekspansi yang diinginkan pada uang berdaya tinggi, ekspansi pembiayaan masih dapat melebihi batas yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena : pertama, tidak mungkin menentukan secara akurat kecucuran dana kepada sistem perbankan, selain yang telah disediakan oleh peminjam mudharabah bank sentral, terutama dalam sebuah pasar uang yang masih kurang berkembang, seperti yang ada pada negara-negara muslim; kedua, hubungan antara cadangan bank komersial dan ekspansi kredit tidak akurat benar. Perilaku sirkulasi uang merefleksikan sebuah interaksi yang kompleks oleh berbagai faktor intertnal dan eksternal perekonomian. Karena itu, perlu menetapkan batasan pada kredit bank komersial untuk menjamin bahwa penciptaan kredit total adalah konsisten dengan target-target moneter. Dalam alokasi batasan diantara bank-bank komersial 36 Ibid., h. 144 individual, perlu melakukan kehati-hatian sehingga menjamin terwujudnya kompetisi yang sehat di antara bank-bank. 37

7. Alokasi Pembiayaan Yang Berorientasi Kepada Nilai

Mengingat pembiayaan bank terjadi karena dana yang dimiliki oleh publik, pembiayaan harus dialokasikan dengan tujuan supaya membantu merealisasikan kemaslahatan sosial secara umum. Kriteria untuk alokasi ini, seperti dalam kasus sumber-sumber daya yang disediakan Allah pada umumnya, harus merealisasikan sasaran-sasaran masyarakat Islam dan kemudian memaksimalkan keuntungan privat. Hal ini dapat dicapai dengan menjamin bahwa : 38 a Alokasi pembiayaan akan menimbulkan suatu produksi dan distribusi optimal bagi barang dan jasa yang diperlukan oleh sebagian besar anggota masyarakat b Manfaat pembiayaan dapat dirasakan oleh sejumlah besar kalangan bisnis dalam masyarakat. Cara yang tepat untuk mencapai tujuan pertama adalah dengan mempersiapkan suatu perencanaan yang berorientasi kepada nilai dan kemudian menyambungkan perencanaan ini dengan sistem perbankan komersial untuk implementasi yang efisien. 37 Ibid. 38 Ibid., h. 145 Pendekatannya harus : pertama, menjelaskan kepada bank-bank komersial tentang sektor dan area mana dalam ekonomi yang harus didorong lewat pembiayaan bank-bank komersial dan apa sasaran-sasaran yang harus direalisasikan; kedua, mengadopsi tindakan-tindakan institusional untuk tujuan ini seperti yang akan dibahaskan di bawah ini. Tak ada upaya yang dilakukan untuk mengikat bank-bank komersial dengan suatu jaringan kontrol. Operasi kekuatan-kekuatan pasar telah diakui oleh Islam, namun dalam kerangka nilainya. Sekiranya perencanaan tersebut menentukan kerangka nilai dan tindakan-tindakan intitusional yang diperlukan itu dilakukan, tidak perlu memiliki kontrol-kontrol yang kaku atau memiliki intervensi yang berlebihan. 39 Alasan yang secara normal diberikan oleh bank-bank komersial untuk memberikan sebagian kecil dana kepada pengusaha kecil dan menengah adalah risiko yang lebih besar dan biaya yang dilibatkan dalam pembiayaan semacam ini. Karena itu, usaha kecil menghadapi dua kesulitan : tidak mampu mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau mendapatkannya dengan persyaratan yang mencekik dalam bentuk ongkos dan kolateral dibandingkan dengan mitra usaha besar mereka. Dengan demikian, pertumbuhan dan kelangsungan hidup usaha kecil terganggu meskipun mereka memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja dan memasuk output dan memperbaiki distribusi pendapatan. Oleh karena itu, risiko dan biaya dari pembiyaan semacam ini perlu dikurangi dengan memperkenalkan suatu skema jaminan pinjaman yang dijamin sebagian oleh 39 Ibid. pemerintah dan sebagian lagi oleh bank komersial. Dalam hal bank-bank Islam, scheme jaminan tidak dapat menjamin pengembalian utang dengan bunga seperti dalam kasus bank-bank konvensional. Betapapun juga, skema itu harus dapat menahan bank-bank untuk meminta jaminan kolateral dalam usaha kecil yang surat-surat pengesahan umumnya telah didaftar atau diberi sertifikat oleh skema jaminan. Scheme akan melakukan ini sesudah dilakukan investigasi yang tepat terhadap usaha yang dimaksud. Ia juga akan melakukan trining bisnis untuk mempertahankan rekening yang diinginkan dan dipersiapkan agar selalu dapat diaudit kapan saja saat diperlukan. Dengan demikian, sejumlah besar bisnis skala kecil akan dapat memperoleh pembiayaan dari bank tanpa harus menyerahkan kolateral yang diperlukan oleh bank-bank konvensional. Bank-bank akan menerima uangnya kembali pada saat terjadi kegagalan moral bisnis. Scheme juga dapat dilakukan untuk risiko non-komersial yang akan ditutup untuk meningkatkan ketersediaan dana bagi usaha kecil dan menengah. Pada saat terjadi kegagalan pasar dan kerugian, bank tentu akan ikut berbagi konsekuensi dengan bisnis, sesuai dengan proporsi pembiayaan yang diberikan. 40 Biaya tambahan yang ditetapkan oleh bank-bank komersial dalam melakukan evaluasi dan pembiayaan kepada usaha kecil, harus diganti sebagian atau seluruhnya oleh pemerintah, bergantung pada sifat kasus dan tujuan-tujuan yang diberikan. Ongkos yang harus ditanggung oleh pemerintah terjadi karena scheme di atas dijustifikasi dengan mengikuti kepentingan yang lebih besar dari tujuan-tujuan ekonomi Islam. 40 Ibid., h. 146 Ongkos sebagian atau seluruhnya diganti oleh biaya gradual yang dikumpulkan oleh pemerintah dari keuntungan yang diraup dari pembiayaan demikian oleh perbankan dan usaha kecil. 41 Teknik di atas harus diperkuat dengan penggunaan kontrol kualitatif dan selektif yang lebih efektif dan luas. Pembiayaan mudharabah bank sentral tidak dapat diberikan kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu. Disamping itu, bank sentral dapat menerima rasio bagi hasil yang lebih rendah jika hal ini dipandang perlu untuk merealisasikan tujuan mendistribusikan pembiayaan bank komersial bagi sejumlah besar usaha produksi barang dan jasa yang diperlukan. 42 Ekonomi Islam Di Malaysia Perbankan dan keuangan Islam muncul sebagai satu atmosfera baru dalam sistem keuangan internasional kira-kira tiga dekade yang lalu, sungguhpun gerakan untuk mentarjemahkan prinsip-prinsip muamalat yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As- Sunnah ke dalam sektor perbankan dan keuangan telah bermula sejak awal kurun ke-20 lagi. Pada umumnya, kemunculan perbankan dan keuangan Islam adalah natihaj kepada kebangkitan Islam yang telah melahirkan kesadaran yang tinggi di kalangan umat Islam di Malaysia untuk melaksanakan Islam sebagai satu cara hidup yang lengkap, yang turut merangkumi bidang perbankan dan keuangan. 41 Ibid. 42 Ibid. Kesadaran umat Islam di Malaysia terhadap penghayatan Islam secara total turut mempengaruhi pihak pemerintah Malaysia menuju satu alternatif perbankan dan keuangan yang tidak bertentangan dengan Syariah. Dilihat dari perkembangan bank- bank Islam di Timur Tengah dan dukungan dari Lembaga Tabung Haji sebagai institusi keuangan Islam yang berwibawa sejak 1963, beberapa pihak telah memberikan pandangan supaya bank Islam didirikan di Malaysia sebagai satu pilihan kepada umat Islam Malaysia disamping menambahkan bilangan perantaraan keuangan dalam sistem perbankan di Malaysia. 43 Bank Islam Malaysia Berhad BIMB mula beroperasi pada 1 Juli 1983 sebagai bank Islam yang pertama di Malaysia dan di rantau Asia Tenggara dengan modal berbayar sebesar RM 80 juta Rp 264t 44 . BIMB telah diberi tempo tenang selama 10 tahun dari tanggal berdirinya bank tersebut agar BIMB dapat memperkokohkan kedudukannya tanpa saingan yang boleh menjejaskan pertumbuhannya di samping memberi ruang kepada BIMB untuk membuat sebanyak mungkin produk dan jasa keuangan Islam. BIMB telah tersenaraikan di Papan Utama Bursa Saham Kuala Lumpur BSKL pada tahun 1992. 45 Kejayaan merintis jalan bagi sektor perbankan Islam turut membuka ruang kepada sektor takaful untuk bertapak di negara dan rantau ini. Pemerintah telah 43 Nik Mustapha Nik Hassan, Ekonomi Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia, Kuala Lumpur : IKIM, 2002, h. 316 44 Kadar tukar saat ini RM 1 = Rp 3 300 45 Ibid., h. 317 membuat satu badan yang disebut Badan Petugas Perusahaan Asuransi secara Islam di Malaysia pada tahun 1982 dan ide dari pandangan dan cadangan yang diberikan oleh badan tersebut telah diluluskan di Parlemen pada tahun 1984. Selanjutnya, Perusahaan Takaful Malaysia Sdn Bhd telah didirikan pada tahun 1984 dengan modal berbayar sebesar RM 10jutaRp 33t. Sama seperti BIMB, Perusahaan Takaful Malaysia juga tersenarai di BSKL. 46 Malaysia terus bergerak maju dengan berbenah menggapai impian untuk menjadi hub keuangan syariah dunia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan otoritas moneter. Mulai dari memberikan insentif pajak bagi keuangan syariah hingga mendorong lahirnya berbagai lembaga keuangan syariah LKS. Saat ini, salah satu sektor keuangan non-bunga yang tumbuh cukup pesat di Malaysia adalah bisinis sekuritas syariah. 47 Berdasarkan hasil pengkajian lembaga audit dan advisori internasional, Deloitte Touche Tohmatsu, dalam beberapa tahun terakhir, bisnis sekuritas di Malaysia terus menggurita dan berkembang cukup pesat. Salah satu yang mendukung perkembangannya, karena posisi Malaysia sebagai negara penerbit obligasi syariah sukuk terbesar di dunia. Hingga saat ini, Malaysia mengkomposisi dua pertiga dari dua penerbitan sukuk dunia senilai 80 miliar dolar AS. Pasar sekuritas syariah Malaysia masih memiliki ruang untuk tumbuh dalam beberapa tahun mendatang. Hal itu dipicu terus meningkatnya minat investasi berbagai investor 46 Ibid. 47 M Syakir, “Bisnis Sekuritas Syariah Mulai Menggurita,” Republika, 14 April 2008, h. 17 dari negara Timur Tengah dan saat ini Malaysia dinilai memilik iklim investasi syariah yang cukup kondusif. 48 48 Ibid.

BAB III EKSESTENSI DAN KEBIJAKAN EKONOMI MAHATHIR MOHAMAD