PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

BAB II KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Dalam peradaban manusia, uang telah memberi manfaat yang besar. Berdasarkan fungsi-fungsinya sebagai alat transaksi, satuan hitung dan penyimpan nilai, uang memberi manfaat bagi manusia dalam mengatasi kesulitan untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, investasi, konsumsi dan menabung. Manfaat uang tersebut menyebabkan permintaan masyarakat akan dilatarbelakangi oleh motif yang berbeda-beda, antara lain untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Dengan latar belakang tersebut, pemerintah atau otoritas moneter suatu negara merasa perlu untuk melakukan upaya-upaya untuk mengendalikan jumlah uang beredar tersebut, dan ini lazimnya disebut sebagai kebijakan moneter. 8 Berbagai definisi tentang kebijakan moneter antara lain disebutkan kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara. Biasanya otoritas moneter dipegang oleh bank sentral suatu negara. Dengan kata lain, kebijakan moneter merupakan instrumen bank sentral yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi variable-variabel finansial seperti suku bunga dan tingkat penawaran uang. Sasaran yang ingin dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap faktor internal maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga 8 Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2008, h. 3 yang pada akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi, perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas ekonomi. 9 Definisi lain juga menyatakan, kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah bank sentral, untuk menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter merupakan salah satu kebijakan di bidang ekonomi yang sangat berperan untuk mengatur dan menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Kebijakan ini lebih khusus mengatur tentang pengendalian jumlah uang yang beredar. Seperti kita ketahui, bidang keuangan di negara manapun sangat memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, karena apabila jumlah uang yang beredar di suatu negara jumlahnya kurang maka negara tersebut akan mengalami kelesuan ekonomi. Begitu juga sebaliknya jika jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan maka akan terjadi inflasi. Dengan demikian jelas bahwa untuk menjaga kestabilan jumlah uang maka pemerintah melalui bank sentral harus berupaya senantiasa menjaga kestabilan moneter. Salah satu indikator keberhasilan kebijakan moneter adalah adanya stabilitas ekonomi dan perbaikan neraca pembayaran. 10 Di dalam ekonomi Islam uang bukanlah modal. Uang adalah barang khalayak masyarakat luas. Uang bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak 9 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, Cet. Kedua , h.255 10 Nurmawan, Kebijakan Moneter, artikel diakses pada 14 Juni 2008 dari http:www.dikmenum.go.id bahankelas2imagesKEBIJAKAN20MONETER, KEUANGAN- NEGARA-DAN-PAJAK.pdf memiliki uang yang berlaku di sesuatu negara. Sementara modal adalah barang peribadi atau per orang. Jika uang sebagai flow concept sementara modal adalah stock concept. 11 Fokus kebijakan moneter Islam lebih tertuju pada pemeliharaan berputarnya sumber daya ekonomi, di mana ini menjadi inti ekonomi Islam pada semua bentuk kebijakan dan ketentuan yang diperkenankan oleh syariah. Dengan demikian dalam Islam, secara sederhana para regulator harus memastikan tersedianya usaha-usaha ekonomi dan atau produk keuangan syariah yang mampu menyerap “potensi investasi” masyarakat atau ketentuan-ketentuan yang mendorong preferensi penggunaan “potensi investasi” pada usaha produktif terjadi. Dengan begitu waktu memegang uang oleh setiap pemilik dana akan ditekan seminimal mungkin di mana waktu tersebut sebenarnya menghambat velocity. Dengan kata lain penyediaan regulasi berupa peluang usaha, produk-produk keuangan syariah serta ketentuan lainnya berkaitan dengan arus uang masyarakat akan semakin meningkatkan velocity dalam perekonomian. Dengan demikian perhatian regulasi moneter tidak tertuju pada konsep money supply seperti yang dianut konvensional, tapi pada velocity perekonomian. 12 Sementara pengeluaran yang berlebihan dilarang, penimbunan simpanan juga dikecam tegas oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sumber-sumber daya yang telah disediakan Allah harus dipergunakan untuk kegunaan si empunya dalam batas-batas yang ditetapkan oleh Islam atau diperuntukan bagi orang lain, sehingga memenuhi 11 Eko Suprayatino, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional Yogyakarta: Graha Imu, 2005, h. 197 12 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern Jakarta: Paradigma dan Aqsa Publishing, 2007, h. 266 tujuan dasar bagi penciptanya. Membiarkan menganggur dan tidak memanfaatkan bagi tujuan-tujuan konsumsi yang benar atau untuk pengembangan barang-barang umum lewat konstribusi kesejahteraan zakat,sedekah dan pembayaran semacamnya atau untuk investasi produktif, telah dikecam oleh Islam. 13 Allah SAW berfirman: +, - . 01 2 3 5 67 89 :, ; = , ?A BC DE F G + +I :J K 6F L M 5 NO :JB 6PQ R S M = TUR V?P C WX YF 0Z [ \- Y ] :JB 6PQ ._`a ;CA Db cBP L d G Artinya : “Hai orang-orang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan orang- orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.” Q.S At-Taubah09:34 14 13 Nurlaila, Mata Uang Emas Dalam Perspektif Islam Dan Prospek Aplikasinya Pada Perbankan Syariah Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 h.19 14 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta Moderasi adalah jantung utama pesan Islam dalam semua kegiatan kemanusiaan. Karena itu, ketika Islam melarang asetisisme, ia juga melarang secara tegas berlebih- lebihan dan konsumsi pamer. 15 Allah SWT berfirman: Ce - \-cYf G gC Ah j gC .kF- ,01 S l L m ECe I C Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak berlebih- lebihan dan tidak pula bakhil, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara keduanya.” Q.S Al-Furqaan25:67 16 Akan tetapi, dalam menjaga pendekatannya yang rasional dan unversal kepada persoalan-persoalan ini, Islam menggunakan pembatasan-pembatasan kualitatif bukan kuantitatif pada aspek konsumsi. Pengeluaran harus selara dengan hakikat seorang muslim yang secara moral adalah jujur dan rendah hati. Secara ringkasnya, kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui 15 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam Jakarta: Gema Insani, 2000, h.44 16 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. 17 Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang baik secara internal maupun eksternal sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat tercapai. Bank sentral hanya dapat memberikan kredit kepada bank-bank komersial; ia tidak mampu memaksa sektor swasta untuk melakukan investasi ketika prospek bisnis tidak cerah. Dalam keadaan seperti ini, pemerintah harus melihat ulang program pengeluarannya belanjanya dan menggantikan defisiensi dalam permintaan agregat sektor swasta dengan menyiapkan suatu proporsi peningkatan uang berdaya tinggi yang lebih besar melalui defisit fiskalnya. Sektor eksternal pasti dapat menciptakan fluktuasi dalam uang beredar melalui capital flows di dalam dan di luar suatu negara yang tidak memiliki kontrol nilai tukar. Gerakan-gerakan ini dimungkinkan karena suatu kombinasi faktor-faktor ekonomi dan politik. Gerakan modal yang paling menganggu adalah spekulatif panas dalam capital flows yang terjadi karena perbedaan suku bunga dan ekspektasi harapan nilai tukar. Ada kemungkinan kecil capital flows ‘panas’ dalam sebuah perekonomian Islam yang terjadi karena perbedaan suku bunga, karena uang giral tidak akan memberikan bunga, sementara deposito mudharabah tidak saja akan berorientsi kepada ekuitas dan 17 Kebijakan Moneter, artikel diakses pada 20 Juni 2008 dari http:organisasi.orgdefinisi- pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta-penjelasannya komitmen kepada periode yang relatif lebih panjang, tetapi juga diterima oleh lembaga finansial hanya jika mereka menemukan dirinya sendiri dalam suatu posisi memanfaatkannya secara menguntungkan dalam suatu kerangkan bagi hasil. Aliran uang panas ke dalam, yang terjadi karena apresiasi mata uang yang prospektif, perlu dikurangi dengan larangan dan kontrol, seperti yang dipraktikkan dibeberapa negara maju. Efek moneter aliran dana ke dalam seperti ini dapat dinetralisasi dengan mewajibkan dana semacam ini, yaitu suatu ketentuan cadang wajib yang sangat tinggi. 18 Pada umumnya, hanya negara-negara yang memiliki laju inflasi yang tinggi dan nilai mata uang yang terus mengalami depresiasi dibarengi dengan sistem pajak yang tidak realistis, mengalami capital outflows, meskipun mereka memiliki sistem kontrol nilai tukar. Tidak mungkin mengatasi kaburnya dana secara signifikasikan kecuali jika nilai eksternal mata uang tersebut distabilkan dan sistem perpajakan mereka direformasi untuk meminimalkan maraknya uang gelap black money, di mana ‘biang keroknya’ adalah konsumsi pamer atau rekening ‘rahasia’ di negara lain. Nilai eksternal suatu mata uang tidak dapat distabilkan, seperti yang kini diterima tanpa menstabilkan nilai internalnya. Setiap upaya untuk menstabilkan nilai eksternal secara isolatif, akan menemui kegagalan. Pada gilirannya, nilai eksternal suatu mata uang tidak dapat distabilkan tanpa adanya suatu perekonomian domestik yang sehat dan kebijakan fiskal, moneter dan pandapatan yang sehat. Penekanan Islam yang tegas terhadap reformasi kemanusiaan, pembangunan ekonomi yang seimbang dan pengaturan sistem perbankan diharapkan dapat menciptakan perekonomian yang sehat dan menstabilkan nilai internal 18 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, h.152 dan eksternal mata uang negara-negara muslim yang komitmen kepada implementasi ajaran-ajaran Islam. 19

B. MACAM-MACAM KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM