MACAM-MACAM KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

dan eksternal mata uang negara-negara muslim yang komitmen kepada implementasi ajaran-ajaran Islam. 19

B. MACAM-MACAM KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Dalam sebuah perekonomian Islam, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari motif transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada umumnya oleh tingkat pendapatan uang dan distribusinya. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat dengan laju 2,5 persen per tahun tidak saja akan meminimalkan permintaan spekulatif terhadap uang dan mengurangi efek suku bunga “terkunci”, tetapi juga akan memeberikan stabilitas yang lebih besar bagi permintaan total terhadap uang. Hal ini akan lebih kuat oleh sejumlah faktor yang terdapat dalam macam-macam kebijakan moneter sebagai berikut: 20 1. Aset pembawa bunga tidak akan tersedia dalam sebuah perekonomian Islam, sehingga orang yang hanya memegang dana likuid menghadapi pilihan apakah tidak mau terlibat dengan risiko dan tetap memegang uangnya dalam bentuk cash tanpa memperoleh keuntungan atau turut berbagi risiko dan menginvestasikan uangnya pada aset bagi hasil sehingga mendapatkan keuntungan. 2. Peluang investasi jangka pendek dan panjang dengan berbagai tingkatan risiko akan tersedia bagi para investor tanpa memandang apakah mereka adalah pengambilan 19 Ibid. 20 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, h.135 risiko tinggi atau rendah, sejauh mana risiko yang dapat diperkirakan akan diganti dengan laju keuntungan yang diharapkan. 3. Tidak akan ada pemegang dana yang cukup irasional untuk menyimpan sisa uangnya setelah dikurangi oleh keperluan-keperluan transaksi dan berjaga-jaga selama ia dapat menggunakan sisanya yang menganggur untuk melakukan investasi pada aset bagi hasil untuk menggantikan paling tidak sebagian efek erosit zakat dan inflasi, sejauh dimungkinkan dalam sebuah perekonomian Islam. Tidak mungkin menegakkan sesuatu bangunan kuat tanpa adanya suatu fondasi yang kokoh, begitu pula tidak mungkin menegakkan suatu ekonomi bebas riba yang berbasis pada penyertaan modal dan merealisasikan keseluruhan tujuan Islam, tanpa adanya suatu lingkungan yang mendukung. Meskipun penghapusan riba itu penting, namun hal itu tidak memadai karena ia bukan satu-satunya nilai yang ditegakkan oleh Islam. Penghapusan riba hanyalah salah satu dari beberapa nilai dan institusi penting yang secara bersama-sama membentuk pandangan hidup Islam. Hal ini sangat intergrasi dan terjalin sedemikian rupa sehingga tak satu pun dapat dikeluarkan tanpa menyebabkan kelemahan pada sistem atau membuatnya kurang efektif. Walaupun bagaimana sulitnya, suatu kenyataan bahwa terjadi ketimpangan yang semakin tajam antara negara-negara kaya di satu pihak dan negara-negara miskin di pihak lain, serta semakin terkurasnya sumber-sumber ekonomi yang tidak dapat diperbaharui di negara-negara miskin akibat eksploitasi kapitalis yang berlebihan, akan menyadarkan semua pihak bahwa sistem ekonomi kapitalis tidak akan dapat mengatasi masalah kemiskinan dan keadilan. Pandangan Islam sendiri dengan jelas menegaskan sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Qur’an, bahwa bukanlah suatu keunggulan atau pilihan yang baik pada sistem ekonomi barat ataupun timur, tetapi yang unggul dan baik itu adalah sistem ekonomi yang mendasarkan dirinya tidak hanya pada nilai-nilai material, tetapi juga nilai-nilai yang sifatnya transendental. 21 Allah SWT berfirman: n o F . F , G p  gRP r 0J 6 s .7aPtF bh F PtF u _R C . F 7 v L wg BF h _v8P c6x y?PtF ? z_RF v {|B }+ ] D D PtF ~]y • 6 € Ce ~•y‚g \-F ~]Pt z F l_R V PtF F :JB 6 ƒ „ ] _… Ch| w C G y†~ y?‡O ] D y†~ 01+€ M A tF g 7‰P L Ce -  P‰ . ‡O ] PQA ;F .Š‹ l y +A ;F R P;x C ŒG P V P;x C ŒG , \-ŽztF Artinya: “ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat- malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan 21 Jusmaliani,dkk, Kebijakan Ekonomi dalam Islam Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005, h. 48 musafir, peminta-peminta dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Q.S Al-Baqarah02:177 22

C. FUNGSI DAN TUJUAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM