Poligami di Tunisia Poligami Dalam Hukum Keluarga Islam di Tunisia

45 fusi terhadap mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki, sebuah ketentuan hukum baru mengenai hukum keluarga dapat dikembangkan yang disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi sosial Tunisia. Sekelompok ahli hukum mengajukan catatan perbandingan antara dua sistem hukum, Hanafi dan Maliki, dan dipublikasikan dibawah judul Laihat Majallat al Ahkam al Syar’iyyah Draft Undang-Undang Hukum Islam. Akhirnya, pemerintah membentuk sebuah komite dibawah pengawasan Syekh Islam, Muhammad Ja‟it, guna merancang Undang-Undang secara resmi. Bersumber dari Laihat dan Undang-Undang Hukum keluarga Mesir, Jordania, Syiria dan Turki Usmani, panitia tersebut mengajukan Rancangan Undang-Undang Hukum Keluarga kepada Pemerintah. Rancangan tersebut akhirnya diundangkan di bawah judul Majallah al Ahwal al Syahsiyyah Code of Personal Status 1956, berisi 170 pasal, 10 buku dan diundangkan keseluruh wilayah Tunisia pada tanggal 1 januari 1957.Undang-undang tersebut berisi tentang perkawinan diantaranya mengenai usia untuk menikah, perjanjian perkawinan, poligami, pernikahan yang tidak sah invalid, perceraian, talak tiga Tripel Divorce, nafkah bagi isteri, pemeliharaan anak, hukum waris, ketentuan wasiat Bequest.Namun, dalam perjalannya, undang-undang ini mengalami modifikasi dan perubahan amandemen beberapa kali, yaitu melalui UU No. 701958, UU No. 411962, 46 UU No. 11964, UU No. 771969, dan terakhir, menurut catatan Tahir Mahmood, mengalami amandemen pada tahun 1981 melalui UU No. 11981. Perlu dicatat pula bahwa walaupun secara umum berlandaskan mazhab Maliki, UU ini memasukkan pula beberapa prinsip yang berasal dari mazhab-mazhab hukum Islam lain. Lagi pula, jika dibanding dengan negara- negara Arab lain, reformasi bidang hukum yang diintroduksikan di Tunisia lebih revolusioner. 35 35 M. Atho Mudzhar dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern : Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-kitab fikih , hal. 85-86. 47

BAB III KOMPARASI PEMBERLAKUAN SANKSI POLIGAMI ANTARA

INDONESIA DAN TUNISIA

A. Sejarah Terbentuknya Aturan Poligami di Indonesia

Sejarah terbentuknya aturan poligami di Indonesia tidak lepas dari sejarah pembentukan aturan tentang perkawinan, hal ini disebabkan poligami merupakan bagian integral dari perkawinan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Di Indonesia aturan poligami termuat dalam Undang-Undang No 1 tahun 1974, PP No. 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil PNS, PP No. 45 tahun 1990 tentang perubahan atas PP No 10 tahun 1983, dan yang selanjutnya adalah Inpres No 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam KHI.

1. Poligami dalam UUD No. 1 Tahun 1974

Lahirnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua warga negara RI tanggal 02 Januari 1974 untuk sebagian besar telah memenuhi tuntutan Masyarakat Indonesia. Tuntutan ini sudah dikumandangkan sejak Kongres perempuan Indonesia pertama tahun 1928 yang kemudian dikedepankan dalam kesempatan-kesempatan lainnya, berupa harapan perbaikan kedudukan wanita dan perkawinan. Masalah- masalah yang menjadi pusat perhatian pergerakan wanita waktu itu adalah