Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas PP

35 3 Atasan yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat 2, dan Pejabat yang melanggar ketentuan Pasal 12, dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil Pria yang akan beristeri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin dahulu dari pejabat caranya permintaan izin harus diajukan oleh yang bersangkutan secara tertulis kepada pejabat melalui saluran hierarki oleh yang bersangkutan, dan harus mencantumkan alasan lengkap yang mendasari keinginan beristri lebih dari seorang PP No. 45 Tahun 1990 pasal 4 ayat 1,3,4, sedangkan Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan untuk mempunyai istri keduaketigakeempat PP No. 45 Tahun 1990 pasal 4 ayat2. Setiap atasan yang menerima permintaan izin dari Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya, baik untuk melakukan perceraian atau untuk beristri lebih dari seorang wajib memberikan pertimbangan dan meneruskan kepada pejabat melalui saluran hierarki dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan, mulai tanggal ia meneria permintaan izin tersebut. Sedangkan pemberian atau penolakan pemberian izin untuk melakukan perceraian atau untuk beristri lebih dari seorang dilakukan oleh pejabat secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung dari menerima permintaan dimaksud. 36 Sebelum mengambil keputusan pejabat yang menerima permintaan izin untuk melakukan perceraian atau untuk beristri lebih dari seorang wajib memperhatikan dengan seksama alasan-alasan yang dikemukakan dalam surat izin. Jika alasan yang dikemukakan kurang meyakinkan maka pejabat tersebut harus meminta keterangan tambahan dari istrisuami Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan izin itu atau dari pihak yang lain yang dipandang dapat memberikan keterangan meyakinkan. Untuk memberikan rasa adil maka Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan yang dimuat dalam PP No 45 Tahun 1990 akan dijatuhi salah satu disiplin berat dalam PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil tergantung faktor pelanggarannya. Khusus bagi Pegawai Negeri Sipil wanita yang melanggar ketentuan pasal 4 ayat 2 menjadi istri keduaketigakeempat dijatuhi disiplin pemberhentian tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

e. Instruksi Presiden No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

KHI KHI memuat masalah poligami ini pada bagian IX dengan judul, beristri lebih dari satu orang yang diungkap dari pasal 55 sampai 59. 25 Pasal 55 dinyatakan: 25 Nuruddin, Amir dan Akma, Azhari. Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 11974 sampai KHI., hal. 167. 37 1. Beristri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri. 2. Syarat utama beristri lebih dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. 3. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri lebih dari satu orang. Lebih lanjut dalam KHI pasal 56 dijelaskan: 1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan Agama. 2. Pengajuan permohonan izin dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagaimana diatur dalam Bab VIII PP No. 9 Tahun 1975. 3. Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tanpa izin dari pengadilan agama, tidak mempunyai kekuatan hukum. Pada pasal 57 dijelaskan: Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: 1. Istri tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai istri. 2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan 38 Pasal 58 menegaskan: 1 Selain syarat utama yang disebut Selanjutnya pada pasal 59 juga digambarkan betapa besarnya wewenang Pengadilan Agamadalam memberikan keizinan. Sehingga bagi istri yang tidak mau memberikan persetujuan kepada suami untuk berpoligami, persetujuan itu dapat diambil alih oleh Pengadilan Agama. 26 Lebih lengkap bunyi pasal tersebut sbb: Dalam hal istri tidak dapat memberikan persetujuan dan permohonan izin untuk beristri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur dalam pasal 55 ayat 2 dan 57, Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang memberikan izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan dipersidangan Pengadilan Agama, dan terhadap penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan banding ataupun kasasi.

f. KUHPer BW

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak mengatur adanya perkawinan poligami karena asas dalam KUHPer adalah monogami. Seperti yang telah dijelaskan dalam pasal 27 bab perkawinan disebutkan 26 Ibid., hal. 168. 39 “Dalam waktu yang sama seorang laki-laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang laki-laki sebagai sumainya”. 27 Sebenarnya pasal ini hampir sama dengan pasal 1 Undang-Undang Perkawinan yeng memberikan definisi tentang perkawinan. perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Definisi ini sebenarnya memberikan pemahaman perkawinan adalah akad antara seorang pria dan wanita yang disimpulkan ini prinsip monogami.

C. Poligami Dalam Hukum Keluarga Islam di Tunisia

1. Sekilas tentang Negara Tunisia

Tunisia merupakan salah satu negara yang terletak di Afrika Utara, sebelah Barat berbatasan dengan Algeria, Utara dan Timur dengan Mediterania dan selatan Libya. Tunisia termasuk kepulauan Karkunna untuk daerah Timur, sementara di bagian Tenggara termasuk kepualauan Djerba. Tunisia mempunyai penduduk 7.424.000 data tahun 1986, dan hampir 97 memeluk agama Islam. Negara yang memiliki luas wilayah 163.610 km memperoleh kemerdekaan pada tahun1956. Tunisia merupakan negara 27 Subekti dan Tjicrosudibyo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jakarta: PT. Pradya Pramitra, 1996, hal. 8.