Pemilihan Umum TINJAUAN TENTANG PEMILIHAN UMUM DAN PERSYARATAN PARTAI

untuk memperoleh suara terbanyak, pada distrik tersebut. Misalkan si A meraih suara terbanyak, maka untuk distrik itu A yang dipilih menjadi wakil rakyat. Dalam hal ini tidak ada nomor urut berdasarkan tanda gambar parpol tertentu. Para calon dinilai secara perseorangan oleh para pemilih pada masing-masing distrik. Tidak pula ada penjumlahan atau penggabungan nilai suara antara distrik satu dengan distrik yang lain. Satu calon yang meraih suara terbantak pada suatu distrik itu yang terpilih menjadi wakil rakyat. Jumlah kursi masing-masing parpol, bergantung jumlah calon-calonnya yang di pilih. Kelebihan bagi pengguna sistem distrik ini antara lain : 1. Para pemilih benar-benar memilih calon yang disukainya. Karena jelas siapa calon-calon untuk distrik yang bersangkutan. Bukan memilih tanda gambar parpol, tetapi langsung merujuk pada nama sang calon untuk distrik itu. 2. Calon terpilih merasa terikat pada kewajibannya untuk memperjuangkan kepentingan warga distrikdaerah tersebut. Ia terpilih karena dukungan pemilih kepadanya. Bukan berdasar nomor urut dari hasil penjumlahan suara yang diperoleh parpolnya. Sitem distrik juga mempunyai kelemahan, antara lain : 1. Calon terpilih kurang merasa terikat kepada kepentingan parpol yang mengajukannya sebagai parpol, karena ia terpilih berdasarkan kemampuan pribadinya menarik simpati rakyat walaupun faktor kredibilitas dan reputasi parpol ikut membantu keberhasilan calon tersebut. 2. Cara pemilihan seperti ini kurang memberi kesempatan bagi para calon dan bagi parpol yang hanya di dukung oleh kelompok minoritas. Kemungkinan tidak ada kursi bagi parpol kecil dan untuk mewakili kelompok minoritas, karena tidak ada penjumlahan suara baik secara nasional mau pun daerah. Jumlah perolehan suara dihitung pada distrik yang bersangkutan saja. Indonesia yang selalu melaksanakan pemilihan umum setiap lima tahun sekali, mulai dari pemilihan umum tahun 2004 hingga pemilihan umum tahun 2009 untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka. 46 Sedangkan untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem berwakil banyak. Kedua sistem ini baik sistem proporsional terbuka dan sistem berwakil banyak tetap digunakan meski undang-undang tentang pemilu legislatif telah diganti, dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 hingga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012.

B. Persyaratan Pembentukan dan Penetapan Partai Politik Sebagai Badan

Hukum Tahun 2004-2009 Perubahan undang-undang tentang partai politik sudah di mulai sejak reformasi. Di mulai dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 sampai dengan 46 Republik Indonesia, Pasal 6 ayat 1, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan perwakilan Rakyat Daerah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011. Pada pemilu tahun 2004, ketentuan partai politik diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Pada undang-undang tersebut syarat mendirikan partai politik antara lain : 1. Partai politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 lima puluh orang warga negara Repulik Indonesia yang telah berusia 21 dua puluh satu tahun dengan akta notaris 2. Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga disertai kepengurusan tingkat nasional 3. Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dengan syarat : a. Memiliki akta notaris pendirian partai politik yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. b. Mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50 lima puluh persen dari jumlah provinsi, 50 lima puluh persen dari jumlah KabupatenKota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25 dua puluh lima persen dari jumlah kecamatan pada setiap kabupatenkota yang bersangkutan c. Memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, dan tanda gambar partai politik lain; dan, mempunyai kantor tetap. Setelah memenuhi persyaratan di atas, partai politik harus melewati tahap selanjutnya yakni harus di daftarkan kepada Departemen Kehakiman, dengan prosedur sebagai berikut : 1. Departemen Kehakiman menerima pendaftaran pendirian partai politik yang telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2. 2. Pengesahan partai politik sebagai badan hukum dilakukan oleh Menteri Kehakiman selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari setelah penerimaan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 3. Pengesahan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. 47 47 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2002 Tentang Partai Politik. Setiap diadakan pemilihan umum, DPR bersama Presiden selalu memperbaharui pengaturan partai politik. Begitu pula hal nya dengan peraturan tentang partai politik yang di dalamnya mengatur tentang cara mendirikan partai politik. Perubahan undang-undang partai politik diikuti pula dengan perubahan persyaratan untuk mendirikan partai politik. Pada bagian ini penulis tidak memaparkan pendirian persyaratan partai politik dari tahun 1999 hingga tahun 2011, melainkan hanya memaparkan persyaratan pembentukan dan penetapan partai politik dari tahun 2009. Untuk mengikuti pemilihan umum pada tahun 2009, persyaratan pendirian partai politik diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. Pada undang-undang tersebut, syarat pembentukan partai politik antara lain : 1. Partai politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 50 orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 dua puluh satu tahun dengan akta notaris 2. Pendirian dan pembentukan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menyertakan 30 tiga puluh persen keterwakilan perempuan 3. Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memuat AD dan ART serta kepengurusan partai politik tingkat pusat. 4. AD sebagaimana dimaksud pada ayat 3 memuat paling sedikit a. Asas dan ciri partai politik b. Visi dan misi partai politik c. Nama, lambang dan tanda gambar partai politik ; d. Tujuan dan fungsi partai politik e. Organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan f. Kepengurusan partai politik g. Peraturan dan keputusan partai politik h. Pendidikan politik; dan i. Keuangan partai politik. 5. Kepengurusan partai politik tingkat pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 3 disusun dengan menyertakan paling rendah 30 tiga puluh perseratus keterwakilan perempuan. 48 Partai politik yang telah memenuhi persyaratan di atas, masih harus memenuhi persyaratan lain agar bisa ditetapkan sebagai badan hukum. meski partai politik telah memiliki akta notaris, partai politik harus di daftarkan ke departemen agar menjadi badan hukum. mekanisme penetapan partai politik untuk menjadi badan hukum antara lain : 1. Departemen menerima pendaftaran dan melakukan penelitan atau verifikasi kelengkapan dan kebenaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 ayat 2. 2. Penelitian dan atau verifikasi sebagaimana dimaksud apda ayat 1 dilakukan paling lambat 45 empat puluh lima hari sejak diterimanya dokumen persyaratan secara lengkap. 3. Pengesahan partai politik menjadi bahan hukum dilakukan dengan keputusan Menteri paling lama 15 lima belas hari sejak berakhirnya proses penelitian dan verifikasi. 4. Keputusan Menteri mengenai pengesahan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Semua undang-undang partai politik dari yang pernah berlaku, mengatur tentang syarat akta notaris pendirian partai serta nama dan lambang partai sebagai prasyarat pendaftaran partai sebagai badan hukum. jumlah minimal pendaftar baru diatur dalamUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 yakni partai politik didaftarkan oleh minimal 50 orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri partai politik. Undang-undang tentang partai politik juga mengatur tentang batasan ideologiasas partai politik. Dari semua undang-undang tentang partai politik, asas 48 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, pasal 2