Hak Konstitusional Partai Politik di Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945

hadapan hukum. Agama Islam juga melarang tindakan diskriminatif, di dalam Alqur’an disebutkan:                                8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al-Maidah; 8. maka dari itu, perlakuan yang bersifat diskriminatif tidak dapat dibenarkan, meskipun perlakuan tersebut berasal dari aturan hukum. karena dalam pasal 28 huruf i ayat 2 UUD 1945 disebutkan: setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Dalam konteks negara hukum Indonesia, hak konstitsional tersebut diwujudkan dalam partai politik sebagai suatu organisasi politik yang menjembatani antara kepentingan ideal negara state dengan masyarakatwarga negara society. Partai politik harus mampu menjadi organ penggerak perubahan masyarakat menuju perubahan masyarakat yang unggul dan bermoral. selain itu, partai politik mempunyai fungsi yang cukup fundamental dalam membangun sebuah negara serta menguatkan demokrasi yang ada dalam negara tersebut, yakni berfungsi sebagai sarana rekruitmen politik. Rekrutmen partai politik berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal parpol, maupun kepemimpinan nasional. 37 Saat ini Indonesia menganut sistem multipartai. Hal ini disebabkan oleh kondisi sosiologi masyarakat yang beranekaragam dari segi agama, budaya, dan suku bangsa. Hal ini menyebabkan keanekaragaman fikiran yang tidak mungkin diakomodir oleh satu atau dua partai politik. Karena keadaan yang demikian justru akan menimbulkan dinamika politik yang stagnan, serta tidak memberi peluang kepada masyarakat yang lain untuk bisa masuk ke dalam pemerintahan. Keadaan seperti ini pernah terjadi di Indonesia ketika zaman orde baru tahun 1965-1998. Selama 32 tahun DPR hanya di isi oleh partai PDI,PPP, dan golongan karya. Setelah terkungkung oleh sistem kepartaian orde baru, Indonesia mengalami ledakan partai politik yang luar biasa. Antara akhir mei 1998 dan Februari 1999 kurang dari 10 bulan, telah lahir 160 partai baru. Ini berarti hampir setiap dua hari lahir partai politik baru. Ini disebabkan karena terjadinya amandemen UUD 1945 yang memasukan ketentuan hak konstitusional yang lebih banyak dari sebelumnya, karena terbatasnya hak konstitusional warga negara justru menyebabkan banyaknya terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Terutama dalam bidang hak sosial dan hak politik masyarakat. Hak politik masyarakat sengaja dibatasi agar pemerintahan saat itu dapat melanggengkan kekuasaannya. Hal itu tidak dapat dibenarkan dengan alasan dapat menciptakan pemerintahan 37 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009 edisi revisi, h. 408. yang efektif dan efisien, karena pemerintahan yang efisien dan efektif tidak ditentukan oleh sedikitnya partai politik, tapi kinerja orang-orang yang ada di dalam pemerintahan tersebut. Selain itu, pembatasan partai politik pada masa orde baru juga menghambat kreativitas masyarakat dalam berpolitik. Masyarakat yang punya gagasan baru tentang partai politik tentu tidak dapat terealisasikan, karena mau tidak mau masyarakat harus tunduk dengan partai politik yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni Partai PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan, dan Golongan Karya. Corak masyarakat Indonesia yang beragam suku, budaya, agama tentu tidak mungkin secara politik hanya diakomodir oleh tiga partai politik. Apalagi saat itu ideologi masyarakat pun dibatasi harus berideologi asas tunggal yakni : pancasila. Pembatasan hak masyarakat dalam berpolitik juga yang menyebabkan masyarakat ingin melakukan reformasi terhadap pemerintahan. Karena tiga partai politik itu cenderung mengarah kepada korupsi, kolusi dan nepotisme yang telah merusak kinerja pemerintah di Indonesia. Sekarang masyarakat Indonesia lebih punya pilihan yang banyak terhadap ruang politik atau pilihan terhadap partai politik. Karena pasca reformasi secara hukum kebebasan berkumpul dalam hal partai politik banyak yang berubah secara mendasar mulai dari UUD 1945 hingga undang-undang yang terkait dengan pemilihan umum dan partai politik. Pemilu tahun 1999 diikuti oleh 48 partai politik. Hal ini menunjukan terjadi perubahan yang signifikan terhadap kemajuan implementasi kebebasan berserikat dan berkumpul yang dijamin UUD 1945. 36

BAB III TINJAUAN TENTANG PEMILIHAN UMUM DAN PERSYARATAN PARTAI

POLITIK

A. Pemilihan Umum

Arbi Sanit berpendapat bahwa pemilihan umum merupakan proses politik yang menggunakan hak politik sebagai bahan baku untuk ditransformasikan menjadi kedaulatan negara, maka rakyat berpeluang untuk memperjuangkan nilai dan kepentingannya dengan menggunakan hak politik dan hak lain yang tak diserahkan sebagai kekuatan bargain menawar dalam menghadapi penguasa atau pihak yang sedang berusaha menjadi penguasa. 39 Menurut Nurman Diah, pemilihan umum adalah sarana pergantian atau kelanjutan suatu pemerintahan. Di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensil pemilihan umum diartikan untuk memilih presiden. Untuk negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer, Pemilu dimaksudkan untuk mengantarkan wakil-wakil partai tertentu sebanyak mungkin ke parlemen agar dapat membentuk pemerintahan. 40 Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu, pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam 39 Arbi Sanit, Reformasi Politik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, h. 191. 40 Gouzali Saydam, Dari Bilik Suara Ke Masa Depan Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1999, h. 9. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 41 Dalam negara yang menerapkan demokrasi sebagai prinsip penyelenggaraan pemerintahan, pemilihan umum merupakan media bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatannya. Secara ideal, pemilihan umum atau general election bertujuan agar terselenggara perubahan kekuasaan pemerintahan secara teratur dan damai sesuai dengan mekanisme yang di jamin oleh konstitusi. 42 Dengan demikian, pemilihan umum menjadi prasyarat dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat secara demokratis sehingga melalui pemilu sebenarnya rakyat sebagai pemegang kedaulatan akan : pertama, memperbaharui kontrak sosial ; kedua, memilih pemerintahan baru ; ketiga menaruh harapan baru dengan adanya pemerintahan baru. Maka dari itu pemilihan umum juga ada yang menyebut sebagai alat untuk menyehatkan kehidupan yang demokratis. Dengan pemilihan umum, rakyat dapat memilih secara langsung para wakilnya. 43 Peserta pemilihan umum terdiri dari partai politik dan perseorangan. khusus Pemilu legislatif baik Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Daerah bisa dari dua hal yang disebutkan diatas. Kehadiran dan peran partai politik saat ini 41 Republik Indonesia, Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilu. 42 Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Desentralisasi. Bandung : Graha Ilmu, 2007, h. 5. 43 Dahlan Thalib, DPR dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 1994, h. 19. menjadi prasyarat penting bagi pratik demokrasi modern di Indonesia. demokrasi modern adalah demokrasi partai. Pemahaman pemilihan umum dalam kerangka ilmu hukum adalah dengan melihat kedudukan pemilihan umum dalam sifatnya yang merupakan bagian dari dari ranah hukum publik. Hukum publik adalah hukum yang isinya mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat perlengkapan negara atau hubungan antara negara dengan perseorangan. 44 Hukum pemilihan umum hadir secara formil dan materiil guna melindungi kepentingan umum, dalam hal ini hubungan hukum antara warga negara dengan negara yang menguasai tertib hukum masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum. Secara umum, sistem pemilihan umum ada dua macam, yakni : 1. Pemilihan umum sistem distrik 2. Pemilihan umum sistem proporsional 45 Pemilihan umum sistem distrik, daerah pemilihan di bagi atas distrik-distrik tertentu. Pada masing-masing distrik pemilihan, setiap parpol mengajukan satu calon. Contohnya : ada 3 atau 4 dalam satu distrik. Partai X mencalonkan si A untuk bersaing pada distrik tersebut. Kemudian ada partai lain mencalonkan si B pada distrik yang sama. A dan B mewakili partainya masing-masing, bersaing 44 CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 75. 45 May Rudi. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Refika Aditama, 2003, h. 81. untuk memperoleh suara terbanyak, pada distrik tersebut. Misalkan si A meraih suara terbanyak, maka untuk distrik itu A yang dipilih menjadi wakil rakyat. Dalam hal ini tidak ada nomor urut berdasarkan tanda gambar parpol tertentu. Para calon dinilai secara perseorangan oleh para pemilih pada masing-masing distrik. Tidak pula ada penjumlahan atau penggabungan nilai suara antara distrik satu dengan distrik yang lain. Satu calon yang meraih suara terbantak pada suatu distrik itu yang terpilih menjadi wakil rakyat. Jumlah kursi masing-masing parpol, bergantung jumlah calon-calonnya yang di pilih. Kelebihan bagi pengguna sistem distrik ini antara lain : 1. Para pemilih benar-benar memilih calon yang disukainya. Karena jelas siapa calon-calon untuk distrik yang bersangkutan. Bukan memilih tanda gambar parpol, tetapi langsung merujuk pada nama sang calon untuk distrik itu. 2. Calon terpilih merasa terikat pada kewajibannya untuk memperjuangkan kepentingan warga distrikdaerah tersebut. Ia terpilih karena dukungan pemilih kepadanya. Bukan berdasar nomor urut dari hasil penjumlahan suara yang diperoleh parpolnya. Sitem distrik juga mempunyai kelemahan, antara lain : 1. Calon terpilih kurang merasa terikat kepada kepentingan parpol yang mengajukannya sebagai parpol, karena ia terpilih berdasarkan kemampuan pribadinya menarik simpati rakyat walaupun faktor kredibilitas dan reputasi parpol ikut membantu keberhasilan calon tersebut.