Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Pada pemilu tahun 2009, pemilihan umum anggota legislatif diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008. Penambahan persyaratan yang cukup signifikan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 adalah syarat menyertakan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30. Satu catatan penting yang juga perlu disinggung, bahwa Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 sepanjang menyangkut persyaratan bagi partai politik yang sudah ikut pemilu sebelumnya, tidak lagi memperlakukan persyaratan tertentu seperti memiliki sekurang- kurangnya 3 jumlah kursi DPR dan seterusnya. Namun secara tegas dinyatakan bahwa partai politik peserta pemilu pada pemilu sebelumnya dapat menjadi peserta pemilu pada pemilu berikut. Menjelang pemilu tahun 2014, DPR bersama Presiden telah merevisi undang- undang yang terkait dengan partai politik dan pemilihan umum legislatif. Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik sudah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011. Begitu pula dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD sudah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tidak hanya mengatur tentang penyelenggara pemilu, yaitu Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu beserta jajarannya. Tetapi juga mengatur syarat-syarat agar perorangan maupun partai politik bisa di tetapkan sebagai peseta pemilihan umum. Terkait syarat-syarat agar partai politik dapat menjadi peserta pemilu diatur dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Kemunculan pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 dirasakan tidak adil bagi partai politik pada pemilu sebelumnya yang tidak memenuhi ambang batas suara sah secara nasional, karena untuk mengikuti pemilu tahun 2014 harus memenuhi syarat-syarat verifikasi yang ditentukan pada pasal 8 ayat 2 Undang- Undang pemilu legislatif. Sedangkan bagi partai politik peserta pemilu sebelumnya yang memenuhi ambang batas suara sah secara nasional otomatis ditetapkan sebagai peserta pemilu tahun 2014 tanpa harus memenuhi syarat verifikasi pada pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012. Beberapa partai politik merasa dirugikan dengan adanya ketentuan pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 tersebut, antara lain Partai Bulan Bintang PBB, Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKNU, Partai Karya Peduli Bangsa PKPB, Partai Demokrasi Kebangsaan PDK, dan Partai Republika Nusantara. 10 Partai politik yang merasa dirugikan dengan adanya ketentuan pada pasal 8 tersebut kemudian melakukan judicial review kepada Mahkamah Konstitusi sehingga keluarlah putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 52PUU-X2012 menyatakan bahwa pasal 8 ayat 1 dan sebagian ayat 2 Undang-Uundang Nomor 8 Tahun 2012 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. 10 http:www.tempo.coreadnews2012041907839830122-Partai-Politik-Gugat-UU- Pemilu diakses pada 26 Januari 2014 Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang membahas permasalahan syarat partai politik peserta pemilu tahun 2014. Hal tersebut penulis sajikan dalam bentuk penelitian Penulisan Hukum yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SYARAT PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU TAHUN 2014 Analisis Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.52PUU-X2012 ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan di lingkup pemilihan umum di Indonesia, maka ruang lingkup masalah dalam penelitian ini difokuskan hanya terhadap masalah syarat partai politik peserta pemilu tahun 2014 berdasarkan pasal 8 Undang- Undang No 8 Tahun 2012.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji penulis adalah sebagai berikut : a. Bagaimana akibat hukum pasca putusan Mahkamah Konstitusi terhadap partai politik ? b. Apakah syarat partai politik peserta pemilu pasca putusan Mahkamah Konstitusi bertentangan dengan hak konstitusional partai politik ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan meninjau secara yuridis syarat partai politik peserta pemilihan umum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasca putusan Mahkamah Konstitusi No.52PUU-X2012. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan: a. Untuk mengetahui perihal akibat hukum dibatalkanya pasal 8 ayat 1 terhadap partai politik serta meninjau sebagian ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang tidak dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. b. Untuk mengetahui perihal syarat partai politik peserta pemilu tahun 2014 pasca putusan Mahkamah konstitusi apakah masih bertentangan dengan hak konstitusional partai politik atau tidak.

2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai peninjauan terhadap aturan hukum yang mengatur partai politik peserta pemilihan umum pasca putusan Mahkamah Konstitusi No.52PUU-X2012 dan memperkaya khazanah penelitian ilmiah dalam ilmu hukum tata negara dan hukum pemilu. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, yaitu: 1 Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmu hukum khususnya di bidang ketatanegaraan yang berkaitan dengan undang- undang pemilihan umum. 2 Bagi Masyarakat Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tambahan informasi kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang senang terhadap permasalahan-permasalahan hukum yang berkaitan dengan partai politik dan pemilu di Indonesia. 3 Bagi Pemerintah Dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal ini Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang pemilihan umum di Indonesia.

D. Tinjauan Review Kajian Terdahulu

Dalam kajian terdahulu, Pernah ada penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi mengenai permasalahan peserta pemilu yang berjudul “ analisis penetapan partai politik peserta pemilu tahun 2009 ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum A nggota DPR, DPD, dan DPRD”, yang disusun oleh Iwan Budi Prasetyo, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret tahun 2010. Perbedaan penelitian Iwan Budi Prasetyo terletak pada materi yang dikaji, dimana Iwan Budi Prasetyo menganalisis keputusan beschiking Komisi Pemilihan Umum terhadap partai politik tahun 2009, sedangkan penulis mengkaji aturan hukum regeling dalam hal ini undang-undang yang berkaitan dengan syarat partai politik peserta pemilu tahun 2014. Selanjutnya penelitian oleh Rendy Rudagi yang berjudul “pelaksanaan verifikasi partai politik peserta pemilu tingkat provinsi di Sumatra Barat dalam pemilihan umum periode 2009- 2014”, Universitas Andalas, 2011. Perbandingan penelitian dengan penulis terletak pada fokus materi yang dikaji, dimana Rendy Rundagi membuat kajian empiris tentang pelaksanaan aturan KPU terhadap partai politik di wilayah Sumatra Barat.

E. Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin diteliti. Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti tetapi merupakan abstraksi dari gejala terebut. Gejala biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. 11 . Penulisan skripsi ini menggunakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Negara Hukum Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaannya didasarkan atas hukum. Menurut Arif Sidharta, ciri negara hukum ada 5 yakni : perlindungan 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, h. 132.