Kepala Sekolah Visioner Komparasi Keunggulan Prestasi Akademik Siswa Antara Sekolah Unggulan dan Madrasah Unggulan (Studi pada SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta)

4. Memiliki guru dan tenaga kependidikan yang unggul,baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas; 5. Kurikulum yang diperkaya, yakni melakukan pengembangan dan improvisasi kurikulum secara maksimal sesuai dengan tuntutan belajar; 6. Rentang waktu belajar sekolah yang lebih panjang dibandingkan sekolah lain dan tersedianya asrama yang memadai; 7. Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, lembaga, maupun masyarakat; 8. Adanya perlakuan tambahan di luar kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas, dan disiplin, sistem asrama dan kegiatan ekstrakurikuler dan lainnya; 9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa melalui praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran. 41 Pada dasarnya, sekolah unggulan dan non unggulan tidak bergantung pada sekolah negeri ataupun swasa. Sekolahmadrasah negeri pada masa ini tidak lagi memberlakukan biaya masuk kepada siswa karena kebijakan sekolah gratis oleh pemerintah. Setiap sekolah unggulan biasanya memiliki standar mutu tertentu yang tidak terbatas pada kriteria input siswa, melainkan juga standar dalam proses belajar seterusnya selama di sekolah itu. Standar ini tidak hanya meliputi standar akademis, melainkan juga hubungan sosial dalam sekolah itu. Jerome S. Arcaro membuat diagram bangunan sekolah bermutu sebagai berikut. 41 Suhartono dan Ngadirun, loc.cit., h. 9-10. Gambar 2. Karakteristik Sekolah Unggul 42 Menurut Suryadi, indikator sekolah unggulbermutu adalah sebagai berikut: 43 Sekolah Bermutu Sekolah Tidak Bermutu 1. Masukan yang tepat 2. Semangat kerja tinggi 3. Gairah motivasi belajar tinggi 4. Penggunaan biaya, waktu, fasilitas, tenaga yang proporsional 5. Kepercayaan berbagai pihak 6. Tamatan yang bermutu 7. Keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat 1. Masukan yang banyak 2. Pelaksanaan kerja santai 3. Aktivitas belajar santai 4. Boros memakai sumber- sumber 5. Kurang peduli terhadap lingkungan 6. Lulusan hasil katrol 7. Keluaran tidak produktif 42 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan danTata Langkah Penerapan, cet. 6, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 39. 43 Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Sarana Panca Karya Nusa, 2009, h. 231. F okus pa da Kustom er Ke ter li ba tan T otal P engukur an Komit men P erba ikan Be rk elanjutan Sekolah Bermutu Total