Karakteristik Siswa Berprestasi Komparasi Keunggulan Prestasi Akademik Siswa Antara Sekolah Unggulan dan Madrasah Unggulan (Studi pada SMA Negeri 8 Jakarta dan MA Negeri 4 Jakarta)

2 Pengolahan data, yakni dengan melakukan penganalisisan dari data yang terkumpul. 3 Diagnosis, merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. 4 Prognosis. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan tentang tindakan yang akan dilakukan. 5 Treatment, yakni pemberian bantuan ke peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. 6 Evaluasi yakni menilai dari treatment yang telah diberikan. 26 Sementara itu, Sudarwin Danim mengemukakan bahwa sulitnya siswa untuk berprestasi, antara lain: 1 Resistansi pengguna 2 Hambatan intuisi 3 Kendala untuk menentukan fokus dan mencapai prestasi belajar siswa 4 Keterbatasan kewenangan sekolah 5 Konsentrasi kepala sekolah 6 Keterbatasan sumber-sumber 27 Guru yang berperan langsung sebagai pendidik juga menentukan kualitas belajar. Siswa yang menerima pembelajaran merasa kurang nyaman dengan gaya mengajar guru akan kesulitan menyerap pelajaran. Hal ini dipertegas oleh Munif Chatib bahwa “Kegagalan siswa menyerap informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa.” 28 Hal ini menunjukkan bahwa gaya mengajar guru turut menentukan prestasi akademik siswa. Hambatan-hambatan belajar dan penyebab lulusan bermutu di atas sebaiknya menjadi bahan evaluasi bagi sekolah untuk diperhatikan agar 26 Ibid., h.250-254. 27 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, cet. 3, Jakarta: Sinar Grafika Offset, h. 63. 28 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, cet.4, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009, h. 100. mutu sekolah tetap baik dan terjaga. Maka dari itu, kepala sekolah perlu berinisiatif dalam mengelola sekolahnya.

6. Menuju Sekolah Berprestasi

Sekolah memiliki visi, misi, tujuan, sasaran, dan program tertentu dalam buku Rencana Kegiatan Sekolah RKS. RKS terhimpun dengan salah satunya berupa program yang bersifat mendirikan potensi akademik siswa. Program itu diwujudkan untuk menjawab tantangan perlombaan berbasis kognitif siswa, seperti Olimpiade Sains Nasional OSN dan program kebahasaan. Perlombaan akademis tersebut dapat menjadi tolok ukur sekolah dalam mengukur diri. Sebab, di sana dapat dilihat mutu dari pelajaran yang telah diajarkan ke peserta didik, bahkan dapat pula sebagai perbandingan kualitas pendidikan antar sekolah. Siswa berbakat maupun yang dibentuk dari proses belajar di sekolah harus berada dalam budaya belajar dan lingkungan belajar yang memadai. Situasi belajar yang kondusif, nyaman, dan aman turut membangun karakter cerdas dan kompetitif. Melalui situasi tersebut, siswa dapat mengembangkan potensi masing-masing. Bila ingin sukses dalam perlombaan OSN maka ia cenderung lebih sering berkunjung ke perpustakaan sekolah untuk berlatih dan membaca pustaka terkait. Budaya belajar yang baik, didukung fasilitas yang mumpuni akan lebih maksimal dalam pembelajaran. Hal tersebut membawa respon positif untuk meraih prestasi. Seperti peribahasa mengatakan “Bagai air mencari jenisnya”, yang bermakna berusaha untuk mencari ilmu dengan tidak berhenti-henti dan berusaha dengan tidak mengenal jerih payah. Jika budaya belajar sudah ditanamkan, maka seluruh komponen sekolah akan bergerak untuk berprestasi.

7. Kepala Sekolah Visioner

Kepala sekolah sebagai administrator sekolah berperan sangat penting dalam keberhasilanefektivitas sekolah. Pendidikan yang saat ini ditantang pada era globalisasi dan perdagangan bebas harus bermutu baik proses maupun personelnya. Untuk itu, menurut Sudarwan Danim bahwa, “kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim bersama wakil kepala sekolah, demikian juga guru dan staf lainnya.” 29 Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu menunjukkan performa komunikasi ke organisasi pendidikan, pendidikan lanjut, masyarakat, orang tua, komite, dan dunia usaha-dunia industri dudi sehingga mampu menampilkan peningkatan prestasi akademik siswa. Menurut Robert J. Starratt, fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut. “Hal yang lebih dibutuhkan adalah kepemimpinan substansial- kepemipinan yang memiliki ide-ide, visi, komitmen terhadap nilai- nilai kemanusiaan yang dipegang teguh, yang dapat diterjemahkan ke dalam program-program pendidikan jangka panjang dan struktur institusi yang manusiawi.” 30 Hasil riset yang berkaitan dengan pengaruh tidak langsung kepala sekolah terhadap pencapaian siswa yakni: 1 Efek kepemimpinan kepala sekolah paling nyata dari usaha- usahanya untuk memengaruhi guru dan berinteraksi langsung dengan siswa dalam aktivitas pengajaran. 2 Kepala sekolah yang bekerja di sekolah yang memiliki pencapaian siswa tinggi sebab memberi kesempatan kepada guru untuk mengambil keputusan bagi kelasnya. 3 Perubahan sekolah dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan kepala sekolah. 4 Sekolah-sekolah dengan populasi besar memiliki elemen pemimpin kuat yang berkomitmen terhadap pendidikan. 5 Kepala sekolah memengaruhi pencapaian siswa melalui pengaruhnya terhadap iklim sekolah dan melalui gaya kepemimpinannya. 31 29 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 211. 30 An., Buku Menghadirkan Pemimpin Visioner, Terj. dari Leaders with Vision, The Quest for School Renewal oleh Robert J. Starratt, Jakarta: Kanisius, 2007, h. 22. 31 Siti Mahyuni, Buku Kualitas Kepala Sekolah yang Efektif, Terj. dari Qualities of Effective Principals oleh James H. Stronge et.al., Jakarta: Indeks, 2007, h. 135. Selain itu, sosok kepala sekolah harus aktif berkomunikasi kepada para bawahan menggunakan metode tertentu. Berikut ini paparan pendekatan komunikasi organisasi menurut Arni Muhammad: 1 Pendekatan makro; yakni organisasi dipandang sebagai suatu strukur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. 2 Pendekatan mikro; yakni memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan subunit pada suatu organisasi. 32

8. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan berperan penting dalam pemberian pengalmaan pembentukan karakter. Lingkungan pendidikan menurut Abdul Kadir, yakni segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap individu. 33 Terdapat tiga macam lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap siswa yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. a. Lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan bagian lingkungan pendidikan. Keluarga memberikan dasar-dasar ajaran bagi seseorang. Peran orang tua memegang hal penting dalam pengajaran tersebut. Orang tua sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya berupaya menanamkan nilai-nilai pengajaran hidup baginya. Sebab sebelum anak keluar lebih jauh dari lingkungan keluarga, interaksi pertama meraka adalah dengan orang tua. Peran orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak, mereka harus menanamkan kebaikan dan membiasakannya secara terus-menerus agar anak dapat tumbuh dan 32 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, cet. 12, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h.75- 77. 33 Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, cet. 1, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h.157.