Faktor–Faktor Penghambat Prestasi Belajar Siswa

berkembang menjadi manusia yang berkepribadian baik dan juga dapat berprestasi di sekolahnya. b. Lingkungan sekolah. Sekolah sebagai pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga yang menyelenggarakan sistem pendidikan yang terstruktur dan pengelolaannya lebih ketat. Sebagaimana sekolah menurut Azra dalam Abdul Kadir yakni pendidikan di sekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi, metode, alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan. 34 c. Lingkungan masyarakat. Dalam proses belajarnya, anak membutuhkan segala hal yang dapat mendukung pencapaian prestasinya. Melalui sosialisasi dengan teman sebaya dan ke masyarakat, siswa dituntut dapat hidup bersosial seperti mengikuti organisasi kepemudaan dan koperasi. Menurut Abdul Kadir, masyarakat memikul tanggung jawab dalam membina, mengajak kepada kebaikan, dan melarang kegiatan-kegiatan yang dapat merusak dirinya dan orang lain. 35

B. Sekolah Unggul

Sekolah yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan lomba nasional maupun internasional dan siswanya berhasil menjadi pemenang dapat dikategorikan sebagai sekolah unggul. Namun, sistem pendidikan di sekolah yang memberi nilai lebih terhadap pemenuhan kesempatan dan pemerataan kepada siswa belum dikatakan sebagai pemberi layanan pada siswa berprestasi. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan inteligensi antara siswa biasa dan siswa berbakat. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa berbakat tersebut, diperlukan sekolah khusus yakni dikenal sebagai “sekolah unggulan”. 34 Ibid., h. 163. 35 Ibid., h. 168.

1. Pengertian Sekolah Unggul

Sekolah unggul adalah sekolah yang diselenggarakan untuk melayani kebutuhan siswa-siswa berbakat maupun biasa dalam memenuhi kebutuhan akademik dan nonakademiknya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, sekolah unggulan harus memiliki karakteristik keunggulan pada siswa, sarana, lingkungan belajar, kepala sekolah, guru, kurikulum, rentang waktu belajar, proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan dan pembinaan kepemimpinan. 36 Sejalan dengan pendapat tersebut, Husni Rahim dalam mengartikan madrasah unggul memiliki empat syarat utama, yakni: a ketersediaan tenaga kependidikan yang profesional, b kelengkapan sarana dan prasarana, pengelolaan dengan manajemen profesional yang modern, dan c adanya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan dunia modern. 37 Dalam hal ini, Allison Zmuda et.al menyatakan “An excellent school must promote high academic achievement and an excellent school must ensure equity.” 38 Jadi, sekolah unggul adalah sekolah yang sudah memenuhi standar nasional pendidikan SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari kepemimpinan, pengorganisasian, tata kelola, SDM, kurikulum, intake siswa, sarana-prasarana, prestasi akademik dan non akademik, pendanaan serta lulusan yang berprestasi tinggi. Dalam hal ini Nanang Fattah memaparkan prinsip-prinsip manajemen sekolah unggul, sebagai berikut. 1 Perubahan harus dipahami secara sistematik; 2 Perubahan dalam manajemen sekolah SBM berkaitan dengan output yang dikehendaki kinerja sekolah; 3 SBM sebagai suatu sistem pendidikan antara sekolah dan Pemda Kabupaten; 36 Depdikbud dalam Suahrtono dan Ngadirun, “Penyelenggaraan Program Kelas-kelas Unggulan Di Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo”, Laporan Penelitian, Jakarta; Lembaga Penelitian Universitas Terbuka, 2003, h. 7. 37 An, “Madrasah Model Upaya Tingkatkan Kualitas Pendidikan Islam”, Kliping Masalah- Masalah Aktual Di Bidang Pendidikan, Jakarta: Subbag Humas UIN Syarif Hidayatullah, 2002, h. 106. 38 Allison Zmuda, et.al., Transforming Schools: Creating a Culture of Continuous Improvement, United States of America: ASCD, 2004, p.71. 4 Masyarakat sebagai partisipan di dalam sistem pengelolaan sekolah. 39 Sekolah unggul dirancang untuk memberikan pelayanan belajar yang memadai bagi siswa yang benar-benar mempunyai kemampuan yang lebih dari rata-ratanya. Pemberian pelayanan pembelajaran tersebut dilakukan supaya potensi anak dapat berkembang dengan optimal. Masalah pendidikan yang serius di negara kita karena rendahnya mutu pendidikan. Dengan semakin dekatnya kerjasama perdagangan bebas antara pemerintah dengan sejumlah negara yang tergabung dalam AFTA, maka satuan pendidikan terutama pendidikan menengah perlu memperbaiki sektor yang lemah. Wayan Koster berpendapat bahwa, “Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa di berbagai bidang.” 40 Sekolah unggulan dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran output pendidikannya sehingga mampu untuk bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa di lembaga pendidikan luar negeri.. Untuk mencapainya, maka diperlukan sinergi berupa intake siswa, tenaga pendidikan dan kependidikan, serta sistem pendidikan serta proses pembelajaran yang terintegrasi.

2. Karakteristik Sekolah Unggul

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan sekolah unggulan yang dikeluarkan oleh pemerintah, sekolah unggulan harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Masukan input diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan; 2. Sarana dan prasarana menunjang untuk pemenuhan kebutuhan belajar dan penyaluran minat dan bakat siswa; 3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi keunggulan nyata; 39 Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan; Dalam Konteks Penerapan MBS, cet. 1, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012, h. 114. 40 Wayan Koster, “Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 031, 2001, h. 470-471.