Hasil Analisis Tematik Hasil Penelitian 1.
mulai memikul dosa. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing makna:
a Peristiwa keluarnya darah Empat dari enam partisipan memaknai menarche sebagai peristiwa
keluarnya darah. Adapun salah satu ungkapan dari partisipan yang mengalami menarche di usia 12 tahun, yakni sebagai berikut:
“...haid pertama itu ya pertama kali mengalami menstruasi… keluar darah, dari, dari situ, dari vagina...
” P2 b Peristiwa menuju masa kedewasaan
Semua partisipan berpendapat bahwa menarche merupakan peristiwa menuju masa kedewasaan. Partisipan mengungkapkan bahwa setelah
mengalami menarche, merasa mulai menjadi orang dewasa karena sebelumnya menganggap bahwa diri mereka masih sebagai anak-anak,
seperti yang diungkapkan partisipan berikut ini: “...ngerasa kayak udah bener-bener kayak orang dewasa, kayak kita
udah ngelewatin masa kanak-kanak, masa kanak-kanaknya itu emang bener-bener ditinggalin kayak mau maen ama anak kecil lagi aja
kayaknya udah ngerasa ga pantes aja, kayaknya udah dewasa gitu...” P2
“Hmm, itu tanda-tanda mau dewasa kan jadi harus berubah… kan kalo, mungkin kalo belum itu menstruasi kan, hmm, masih kayak
anak-anak terus kan setelah menstruasi kayak udah dewasa…” P4
c Menjadi seorang perempuan Satu partisipan mengatakan bahwa ia merasa menjadi seorang
perempuan setelah ia mengalami menarche. Hal ini seperti yang diungkapkan partisipan berusia 17 tahun pada ungkapan berikut ini:
“…cuma tau aja, kalo Aku tuh udah bener-bener cewe cuman dulu Aku rada-rada kecowo-cowoan tomboy gimana gitu tampak
tersenyum terus pas udah ngerasa lain menstruasi kayaknya ya bener-bener cewe banget gitu…” P2
d Tanda fertilitas Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa remaja perempuan
memiliki risiko untuk hamil setelah mengalami menarche. Partisipan juga mengungkapkan bahwa hal itu terjadi akibat dari pergaulan yang
bebas. Berikut adalah ungkapan partisipan: “…setau Aku kalo udah haid itu, maksudnya kalo pergaulannya udah
itu, bisa hamil gitu kan, soalnya kita udah haid, setau Aku kalo pergaulannya terlalu bebas gitu kan bisa hamil...” P3
“...biasanya sih harus jaga baik-baik gitu, jangan main-main yang bergaul sembarangan, nanti misalkan udah bergaul sembarangan
takutnya hamil gitu...” P6
e Tanda mulai memikul dosa Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa setelah mengalami
menache, segala perbuatan dan
dosa yang dilakukan
akan dipertanggungjawabkan oleh diri sendiri. Salah satu partisipan pun
ada yang mengungkapkan bahwa sebelum menarche dosa ditanggung oleh orang tua namun setelah menarche segala sesuatunya akan
ditanggung diri sendiri. Adapun pernyataan yang diungkapkan oleh partisipan terkait makna menarche ini, yaitu:
“…udah nanggung jawab dosa sendiri, ga ditanggungjawabin lagi sama orang tua...” P1
“...kalo udah haid itu kan dosanya udah ditanggung sendiri jadi sholatnya ga boleh ditinggalin...” P3
“...haid ya tanda baligh seorang perempuan… kalo udah haid itu biasanya katanya sih dosanya kan udah nanggung sendiri…” P5
Tema 2. Dominasi Perasaan Remaja Perempuan saat Menarche
Keadaan psikologis remaja perempuan saat mengalami menarche dihadapi dengan berbagai macam perasaan. Para partisipan penelitian ini
mengungkapkan perasaannya saat menarche, didominasi
dengan perasaan bingung, kaget, panik, takut, bad mood, dan hanya sebagian
kecil yang merasa senang. Adapun ungkapan rinci partisipan sebagai berikut.
a Merasa bingung Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka merasa bingung
saat mengalami menarche. Sebagian besar partisipan masih belum mengetahui apa yang harus dilakukannya pada saat itu. Berikut adalah
beberapa ungkapan partisipan: “…kok keluar kayak gini gitu, terus pas itu kan bingung juga tuh,
terus kalo keluar kayak gini pake apa, gitu kan… ” P3
“...bingung hehe pertamanya… ya dikirain itu apaan, namanya juga anak kecil jadi dikiranya itu kayak apa ya, kan ada gumpalan darah
gitu, kirain apa…” P5
b Merasa kaget Empat dari enam partisipan pada penelitian ini mengungkapkan
bahwa pada saat mengalami menarche, mereka merasa kaget, seperti yang diungkapkan partisipan berusia 16 tahun dengan pengalaman
menarchenya 3 tahun yang lalu, yaitu: “…terus tiba-tiba jam 9 eh jam setengah 9 lah bangun, terus abis itu
kaget tiba-tiba keluar darah, ga tau kenapa...” P1
c Merasa panik Dua orang partisipan dalam penelitian ini merasa panik saat
mengalami menarche dan masih belum meyakini bawa dirinya sedang mengalami menarche, seperti yang dikemukakan salah satu partisipan
berusia 17 tahun, dengan ungkapan sebagai berikut: “...pertama-tama itu kan ngerasa kayak... kayak ada yang keluar
begitu aja terus ga tau itu apa, pas ke toilet pas mau berangkat sekolah kan langsung ke toilet, langsung kayak ada gitu kan, panik ya,
terus langsung panik…” P2
d Merasa takut Empat dari enam partisipan menyebutkan bahwa mereka merasa
takut saat menghadapi menarche. Salah satu dari partisipan merasa takut karena mengira jika darah yang keluar tersebut akibat adanya
pendarahan atau luka di bagian dalam tubuhnya. Ungkapan yang diutarakan partisipan, antara lain:
“...perasaannya takut sih…” P6 “...takutnya tuh kayak yang pendarahan-pendarahan kayak gitu, takut
luka dari dalemnya kan terus takut kayak apa ya namanya, kayak ga subur gitu lah raut wajah tampak meringis, pokoknya takut ga subur
gitu lah kesuburannya...” P1
e Merasa Bad mood Semua partisipan mengemukakan bahwa saat menarche, perasaan bad
mood juga dirasakan partisipan sehingga membuat malas untuk beraktivitas. Partisipan cenderung memilih berdiam diri saja tanpa
melakukan kegiatan apa-apa.
Beberapa ungkapan dari partisipan yang saat ini berada di kelas 2 SMA, yaitu:
“...perasaannya itu kayak bête terus males ngapa-ngapain, rasanya ngeliat orang aja males gitu, makanya kalo sekolah waktu itu maunya
tiduran aja di bangku, males keluar gitu kan...” P2
“...pokoknya itu perasaannya ga enak, pokoknya kalo lagi haid gitu bad mood mulu, iya, semuanya tuh males, orang kalo udah duduk aja
tuh berdiri males, maunya duduk, udah PW aja...” P3
f Merasa senang Salah seorang partisipan mengungkapkan bahwa ia turut senang ketika
sudah mengalami menarche. Hal itu dikarenakan diantara teman- temannya hanya dia saja yang belum menstruasi saat itu sehingga
setelah merasakan bagaimana itu menarche ia pun merasa senang, seperti yang diungkapkan remaja yang bersekolah di SMK kelas 2 saat
ini, sebagai berikut: “...iya seneng… udah kayak temen-temen, udah sama lah satu ituan,
pokoknya diantara temen-temen Aku doang yang belum, ya makasih bangetlah gitu, udah, udah sama…” P1
Tema 3. Kesiapan Remaja Perempuan saat Menarche
Lima dari enam partisipan dalam penelitian ini belum siap saat menghadapi menarche dan hanya satu partisipan yang menyatakan siap
saat menghadapi menarche. Sebagian besar partisipan masih belum mengerti tentang menstruasi saat mengalami menarche. Adapun
ungkapan, yang diutarakan partisipan, yakni: “...belum siap apa-apa, belum ngerti pokoknya, belum ngerti
pengetahuan itunya, pokoknya masih polos lah” P1
“...ga sama sekali ada persiapan… soalnya juga ga mikir kalo sampe kayak begini gitu, ga tau kalo cewe sampe kayak begini, kirain Aku tuh
cuma sedikit atau kayak gimana ternyata ampe beberapa hari kan ampe seminggu...” P2
Dua diantara partisipan tersebut, ada yang mengalami menarche di umur 9 tahun dan merasa belum siap karena tidak menyangka akan
mengalami menarche di usianya saat itu yang dianggap tergolong cepat, seperti yang diutarakan salah satu partisipan yang saat ini berada di
jenjang pendidikan kelas 2 MTs, yakni: “...belum siap sih sebenernya, tapi ya udah, udah keluar, waktu itu kan
ga, ga nyangka gitu kalo mensnya bakalan cepet banget...” P4
Satu dari enam partisipan, di sisi lain mengatakan bahwa sudah merasa siap pada saat menarche. Partisipan tersebut mengatakan bahwa
ia sudah siap karena sudah mengetahui informasi tentang menstruasi, seperti yang diutarakan partisipan yang mengalami menarche pada usia
12 tahun, sebagai berikut: “...udah siap… ya karena udah pada.. hm.. soalnya udah tau gitu kalo..
kalo apa namanya, kalo haid itu bagaimana gitu... P6
Tema 4. Perubahan Remaja Perempuan setelah Menarche
Remaja dalam tahap perkembangannya perlu menyesuaikan diri terhadap segala perubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya yaitu
perubahan fisik yang turut mempengaruhi body image. Partisipan pada penelitian ini, umumnya mengungkapkan bahwa terdapat perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya setelah menarche. Hasil analisis wawancara mendalam yang dilakukan peneliti didapatkan dua subtema,
antara lain: perubahan fisik dan perubahan emosional.
a Perubahan fisik Semua partisipan mengemukakan bahwa mereka juga
merasakan macam-macam perubahan fisik yang terjadi setelah menarche. Setiap partisipan mengungkapkan adanya perubahan pada
bentuk tubuh yang dirasakan setelah menarche, meliputi badan bertambah besar atau gemuk, payudara bertambah besar, pinggul
membesar, tumbuh rambut-rambut di sekitar kemaluan. 1 Badan bertambah besar atau gemuk
Lima dari enam partisipan mengatakan tubuhnya bertambah besar atau gemuk secara perlahan setelah mengalami menarche hingga
terjadi kenaikan pada berat badannya. Hal itu seperti ungkapan partisipan berusia 16 tahun dan 13 tahun, yakni:
“...rada gemuk, ya gemuk banget, kayak gede di sini nih sambil memegang paha, pake bajunya sempit, pake celana juga
sempit…” P1
“...badannya... lebih gemukan...tadinya 38 jadi 41...” P6 2 Payudara bertambah besar
Lima partisipan menyebutkan payudaranya semakin lama turut mengalami perkembangan, seperti yang diutarakan oleh partisipan
yang saat ini bersekolah di SMA kelas 2, yaitu: “...rasanya bentuk tubuh aja udah kayak ngebentuk… kayak
payudaranya, mungkin dulu pas lagi SD kelas 4 kan masih kecil- kecil biasa gitu rata, pas udah haid itu bener-bener
perkembanganny,a emang bener gitu dari bentuknya…” P2
Salah seorang diantara partisipan ada yang mengatakan bahwa ia kurang nyaman saat merasakan tahap perkembangan payudaranya
karena turut merasakan nyeri saat payudara tersentuh. Berikut adalah ungkapan partisipan berusia 16 tahun, yakni:
“...kayaknya tuh berasa aneh juga jadinya… kayak misalkan ininya payudara lebih menonjol gitu ya tapi ga enak juga gitu
waktu pertama-tamanya itu, kalo pertama-tamanya itu kalo kena bantal dikit aja sakit banget...” P3
3 Pinggul membesar Semua partisipan penelitian ini mengungkapkan bahwa pinggul
pun mengalami perkembangan yang dirasakan semakin besar. Hal ini seperti yang dinyatakan salah satu partisipan yang mengalami
menarche pada usia 9 tahun, yakni sebagai berikut: “…terus pinggul membesar, pinggulnya besar…” P4
4 Tumbuh rambut-rambut di sekitar kemaluan Salah seorang partisipan secara terbuka mengungkapkan bahwa ia
juga merasakan perubahan lain yang dirasakan, yaitu tumbuhnya bulu-bulu di sekitar kemaluannya. Adapun pernyataan yang
disampaikan partisipan yang memiliki pengalaman menarche satu tahun yang lalu, yaitu sebagai berikut:
“...apa namanya, numbuhnya bulu-bulu sekitar tubuh di kemaluan...” P6
Berdasarkan berbagai macam perubahan fisik yang terjadi, masing-masing partisipan memiliki responnya sendiri dalam
menanggapi perubahan bentuk fisik yang dialami. Respon partisipan terhadap perubahan bentuk tubuhnya, diantaranya yaitu empat dari
enam partisipan merasa malu terhadap perkembangan tubuhnya, baik merasa malu karena badan menjadi bertambah besar atau gemuk
maupun saat memakai baju yang ketat karena dapat memperlihatkan bentuk tubuhnya, seperti yang disampaikan partisipan pada ungkapan
di bawah ini: “...ya malu kalo apa-apa gitu, pake celana ini juga malu menunjuk
ke arah celana pendek yang dipakai...” P1
“...ah mungkin pertama-tamanya, karena itu yak, bagian apa sih, payudaranya waktu itu, rasanya malu ga mau make kayak baju apa
sih, yang ketat gitu kan jadinya biar ga terlalu keliatan…” P2
Respon salah seorang partisipan juga ada yang menunjukkan ketidaksenangannya pada tubuh karena merasa badan bertambah besar
atau gemuk. Adapun ungkapan partisipan berusia 13 tahun tersebut adalah sebagai berikut :
“...ya kayak risih gimana gitu, kayak dibilang gemuk itu...” P4 Satu dari enam partisipan selain merasa malu ia juga
mengatakan bahwa ia merasa canggung dengan bentuk fisiknya yang merasa lebih besar dibandingkan teman-teman yang lain. Berikut ini
adalah ungkapan dari partisipan yang mengalami menarche saat berusia 9 tahun dan saat ini menimba ilmu di MTs kelas 2:
“...ya canggung kadang, kadang ada rasa malunya juga gitu kalo lagi ngumpul-ngumpul bareng, beda aja sendiri ama yang lain kalo lagi
ngumpul-ngumpul…” P5
Sebagian kecil partisipan merespon perubahan bentuk
tubuhnya dengan menganggap aneh perubahan yang terjadinya pada dirinya. Berikut adalah ungkapan-ungkapan dari partisipan:
“…iya kayaknya tuh berasa aneh juga jadinya...” P3 “… ya bisa berubah gitu, kok bisa berubah...” P6
b Perubahan emosional Peneliti mendapatkan partisipan dalam penelitian ini juga
mengalami adanya perubahan pada aspek emosionalitasnya, yaitu menjadi lebih sensitif dan memiliki perasaan tertarik dengan lawan
jenis. 1 Menjadi lebih sensitif
Semua partisipan berpendapat bahwa mereka menjadi mudah marah saat menstruasi berlangsung. Adapun salah satu ungkapan
dari partisipan yang saat ini menempuh pendidikan kelas 2 MTs dengan pengalaman menarchenya 4 tahun yang lalu, yaitu:
“...jadi gampang marah, ya kan kalo, pas sebelum haid mungkin ga cepet marah tapi kalo setelah haid cepet banget marah…” P4
Tiga dari enam partisipan pun mengemukakan bahwa perasaan menjadi mudah tersinggung setelah mengalami menarche. Adapun
beberapa ungkapan dari partisipan, yaitu: “…mudah labil terus kalo, kalo temen ngomong dikit aja kadang
juga sensitif, kayaknya perasaannya tuh sensitif banget...” P3
“...pernah, bukan ga sengaja sih emang kayak reflek aja pas dia temen ngatain, Aku tampar raut muka tampak marah lagi kan
kesel aja tiba-tiba dia ngomong kayak gitu, ‘ih cie cie lagi itu ya, lagi haid’... ” P2
“...ya, pernah sih ampe ngedorong temen… lagian orang lagi kayak gini diledekin, yaudah didorong aja...” P4
2 Memiliki perasaan tertarik dengan lawan jenis Satu
dari enam partisipan mengungkapkan bahwa setelah
menarche, ia juga merasakan adanya ketertarikan terhadap lawan jenis.
Berikut adalah salah satu ungkapan partisipan kelas 2 SMA: “... udah mulai suka-suka gitu, biasanya kan kalo belum ngerasain
haid kan ga begitu banget, waktu SMP tuh lebih sering dibandingkan yang sekarang... kalo sekarang biasa aja gitu ga, ga
terlalu kayak waktu SMP, kalo SMP itu kan dulu labil banget...” P3
Tema 5. Ketidaknyamanan Remaja Perempuan saat Menarche
Partisipan dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam mengungkapkan adanya ketidaknyamanan yang dialami saat menarche.
Adapun ketidaknyamanan dalam penelitian ini terbagi dalam dua subtema, meliputi ketidaknyamanan fisik dan
ketidaknyamanan situasional. Penjabaran masing-masing subtema akan dijelaskan lebih
rinci pada penjelasan berikut ini. a Ketidaknyamanan fisik
Semua partisipan
mengeluhkan ketidaknyamanan
fisik saat
mengalami menarche dengan keluhan yang berbeda-beda. Adapun ketidaknyamanan yang dirasakan partisipan, diantaranya:
1 Badan terasa sakit Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa badan terasa sakit
saat menarche, seperti yang diutarakan partisipan yang mengalami menarche pada usia 12 tahun, seperti ungkapan di bawah ini:
“...biasanya sih sakit-sakit badannya… kadang-kadang suka pegeeel banget gitu, kayaknya badannya tuh pegel-pegel aja,
padahal, padahal kan dibawa duduk…” P2
2 Merasakan nyeri perut Semua partisipan mengungkapkan adanya nyeri perut saat
menarche dan tiga dari enam partisipan merasakan nyeri perut
yang dirasa berlebihan hingga menyebabkan mereka menangis karena menahan nyeri tersebut. Adapun ungkapan dari salah satu
partisipan berusia 16 tahun adalah sebagai berikut: “...pertamanya perutnya sakit-sakit, sakit perutnya juga aneh,
agak berlebihan gitu, kadang sampe guling-guling, nangis-nangis, kayaknya tuh kayak dipelintir-pelintir gitu perutnya...” P3
3 Merasa pusing atau sakit kepala Empat partisipan menyatakan bahwa terkadang kepala terasa
pusing saat menarche, seperti ngkapan yang dikatakan oleh salah satu remaja berusia 13 tahun, yakni:
“…abis itu ya kadang palanya pusing… nyut-nyutan gitu...” P5 4 Merasa mual
Satu dari enam partisipan mengungkapkan bahwa saat menarche merasa seperti mual. Adapun ungkapan yang dinyatakan partisipan
yang saat ini menempuh pendidikan kelas 2 SMK, yaitu: “...terus kayak eneg… terus uwe uwe, kayak eneg, kayak muntah
cuman ga keluar gitu...” P1
5 Nafsu makan menjadi berkurang Hasil dari wawancara mendalam kepada semua partisipan
didapatkan lima dari enam partisipan merasa tidak nafsu makan saat sedang mengalami menarche. Sebagian besar partisipan
mengemukakan bahwa saat sedang mentruasi cenderung tidak selera untuk makan, akan tetapi ada satu partisipan yang pada saat
menarche tidak nafsu makan dikarenakan adanya perasaan mual.
Adapun pernyataan dari partisipan, antara lain: “…ga mood-mood makan, kalo makan maunya eneg gitu, yang
biasanya tuh 1 piring cuma ga banyak juga sih cuma jadi setengahnya lah...” P1
“Males makan juga, ga ada nafsu makan, kalo ga nafsu makan emang sesuai mood aja, kalo ga nafsu…” P3
b Ketidaknyamanan situasional Para partisipan penelitian ini, secara keseluruhan, menekankan bahwa
mereka merasakan ketidaknyamanan pada situasi tertentu. Hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada semua
partisipan didapatkan dua kategori dalam subtema ini. Adapun uraian secara rincinya, yaitu:
1 Ketidaknyamanan saat memakai pembalut Semua partisipan dalam penelitian ini merasa tidak nyaman saat
menstruasi karena dirasa ada yang mengganjal ketika memakai pembalut sehingga kurang dapat bergerak bebas, seperti yang
diungkapkan seorang partisipan berusia 17 tahun berikut ini: “…bergerak aja tuh ga bebas gitu karena ada, mungkin karena
kayak pake pembalut, kayak gitu… kalo make pembalut itu kayak ngerasa ada yang ganjel-ganjel, kayaknya ga nyaman aja gitu kalo
kita bergerak…” P2
2 Kekhawatiran saat menstruasi berlebih Empat dari enam partisipan menyampaikan bahwa mereka merasa
tidak nyaman ketika merasakan darah menstruasi yang keluar banyak, terutama saat berpindah dari posisi duduk ke posisi berdiri.
Berikut ungkapan yang disampaikan oleh partisipan berusia 16 dan 13 tahun:
“…kalo duduk ga enak banget, udah gitu berdirinya males, soalnya itu kalo pas berdiri, kalo kita udah berdiri itu kayaknya
darahnya langsung serr gitu...” P3
“...pas saat duduk itu risih, ama berdiri, kayak keluar gitu, darah haidnya itu keluar…” P6
Tema 6.
Upaya Remaja
Perempuan dalam
Mengatasi Ketidaknyamanan saat
Menarche
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja perempuan untuk mengatasi berbagai macam keluhan yang dirasakan saat menarche. Hasil
wawancara mendalam kepada partisipan didapatkan beberapa temuan upaya partisipan dalam mengatasi ketidaknyamanan yang dirasakan yang
dibagi ke
dalam dua
subtema, meliputi
upaya mengatasi
ketidaknyamanan fisik dan upaya mengatasi pengeluaran darah menstruasi yang berlebih.
a Upaya mengatasi ketidaknyamanan fisik 1 Minum obat
Tiga dari enam partisipan mengutarakan bahwa mereka meminum obat untuk mengurangi nyeri perut ataupun sakit kepala yang
dirasakan saat menarche dan obat yang dikonsumsi masing-masing partisipan pun bebeda-beda jenisnya. Adapun beberapa pernyataan
partisipan, yaitu: “...Saya minum obat, obat.... tampak berpikir ah iya, asam
mefanat, iya, cuman itu, cuman ngilangin nyeri doang, nyerinya cuman sementara abis itu udah selesai, udah ga nyeri-nyeri sama
sekali, sama udah bisa aktivitas...” P1
“…minum promag gitu, emang udah kalo minum promag itu rasanya perutnya ga begitu sakit lagi, padahal sih bukan
lambungnya yang sakit, emang dari awalnya itu Aku udah andelannya promag...” P3
“...ya minum bodrex, satu kali, ngilangin pusing...” P5 2 Minum jamu
Salah seorang partisipan, di sisi lain, memilih untuk meminum jamu yang dibeli dari tukang jamu keliling dibandingkan meminum
obat untuk mengurangi nyeri perut. Partisipan tersebut meminum jamu karena tidak suka mengkonsumsi obat untuk mengurangi rasa
sakit yang dirasakan, seperti yang diungkapkan partisipan yang memiliki pengalaman menarchenya di usia 12 tahun, pada
ungkapan di bawah ini: “...paling kan disuruh mama minum obat, kan Aku kan ga bisa
obat gitu, ga suka gitu, paling ga suka minum-minum obat, paling kata mama, ‘Oyaudah, kalau ga minum obat minum jamu aja’
yaudah tukang jamunya dateng terus minum, perutnya jadi anget gitu kan terus jadi lancar gitu…” P2
3 Penggunaan air hangat Dua orang partisipan menggunakan air hangat yang ditempatkan di
perutnya ketika merasakan nyeri saat menarche. Salah satu partisipan juga menggunakan air hangat dengan meminumnya
untuk mengurangi nyeri perut yang dirasakan. Ungkapan
partisipan-partisipan tersebut dapat dilihat pada ungkapan berikut: “...ya biasa tiduran, sambil megang botol diisiin air anget” P5
“...paling banyak minum air anget...” P3
4 Mengoleskan minyak ke perut Hanya satu partisipan yang mengemukakan bahwa pada saat
mengalami nyeri perut saat menarche, ia menggunakan minyak hangat ke area perut yang dirasa dapat mengurangi rasa nyeri,
seperti yang diutarakan partisipan yang saat ini duduk di kelas 2 MTs, yakni sebagai berikut:
“...ya kayak bilang ke mama, katanya suruh kasih minyak telon...” P6
5 Didiamkan saja Dua partisipan dalam penelitian ini tidak mengkonsumsi obat
untuk mengurangi nyeri saat menstruasi. Partisipan cenderung untuk mendiamkannya saja. Berikut ini adalah salah satu ungkapan
dari partisipan yang berusia 13 tahun, yaitu: “...ga pernah minum obat, ya diemin aja gitu...” P4
6 Mendistraksi rasa sakit dengan melakukan kegiatan yang disukai Setiap partisipan memiliki cara tersendiri untuk dapat melupakan
ketidaknyamanan yang dirasakan, yaitu
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang disenangi yang diharapkan dapat
melupakan sejenak rasa sakit yang diderita. Dua dari enam partisipan memilih untuk jalan-jalan, baik sendiri atau bersama
teman untuk mendistraksi rasa nyeri yang dirasakan. Selain itu, tiga partisipan lainnya ada yang memilih untuk mendengarkan
musik dan empat partisipan juga menonton tv untuk melupakan rasa sakit yang dirasakan. Satu partisipan memilih untuk bercanda
dengan teman-temannya saat merasakan nyeri perut. Adapun cara
distraksi yang diungkapkan partisipan dalam penelitian tersebut, dapat dilihat pada ungkapan di bawah ini, diantaranya:
“…kadang jalan-jalan sendiri aja gitu biar ga sakitnya ampe terasa banget, kadang jalan-jalan, kadang minta, minta sama
temen kan… ama dengerin-dengerin musik gitu biar ga terlalu, iya biar lupa ama sakitnya...” P2
“...Dengerin musik juga iya, nonton tv… bercanda-canda sama temen itu dipikir bisa mengurangi daripada kita dibawa diem atau
apa gitu, itu pasti kerasa banget...” P1
b Upaya mengatasi pengeluaran darah menstruasi yang berlebih a Memakai dua pembalut
Untuk mengatasi ketidaknyamanan terutama saat sedang mengalami pengeluaran menstruasi yang banyak, empat dari enam
partisipan memilih untuk memakai pembalut lebih dari satu terutama saat menstruasi hari pertama pada permulaan siklus
menstruasi. Adapun ungkapan partisipan beusia 16 tahun yang saat ini berada di jejang pendidikan kelas 2 SMK, yakni:
“...kalo misalnya haid pertama, haid pertama sama haid kedua kan itu pasti banyak ya kan keluarnya, ya jadi kalo, jadi ya double,
kalo misalnya udah agak-agak dikit yaudah makenya satu aja… ditumpuk terus kayak ada sayap-sayap gitu biar rada panjang
gitu...” P1
b Memakai dua lapis celana Dua dari enam partisipan mengatakan tidak pernah memakai
pembalut secara double melainkan memilih untuk memakai dua lapis celana.
Hal itu mereka lakukan sebagai antisipasi pada saat menstruasi hari pertama yang biasa dirasakan mengeluarkan darah menstruasi yang
banyak, seperti yang diutarakan salah satu dari partisipan berikut: “…ga pernah ngelakuin juga kalo double- double gitu, cuman
celananya, celana, celana itunya dua...” P2
Tema 7. Dukungan Remaja Perempuan saat Menarche
Hasil wawancara dalam penelitian ini
didapatkan bahwa dukungan remaja perempuan terbagi ke dalam tiga subtema, yaitu
dukungan emosional, instrumental, dan informasional. Berikut ini adalah rincian lengkap dari masing-masing subtema.
1. Dukungan emosional Sebagian besar partisipan memperoleh dukungan emosional
dari ibunya yang lebih berperan dalam lingkungan keluarga dibanding anggota keluarga yang lain. Lima dari enam partisipan mendapatkan
dukungan emosional dari ibunya yang mana ibu dijadikan tempat untuk menceritakan pengalaman menarchenya dan satu partisipan
merasa bahwa ibu lah yang terus mendampinginya saat ia mengalami menarche. Adapun ungkapan yang diutarakan partisipan, yakni:
“Mama… kan dia yang sering ada di rumah, setiap pulang... ada dia, setiap pulang sekolah ada dia, setiap berangkat ada dia, merasa
didampingilah…” P1
“Iya, langsung nanya ke mama… ya nanya, ‘Ma itu apaan sih?’ ‘Oh itu namanya haid, nah, berarti udah haid’ oyaudah, yaudah dijalanin
aja… ya dari pada dipendem-pendem sendiri mending cerita sama mama… malu cerita ke ayah karena dia cowo, cowo ga pernah
ngalamin gitu-gitu” P5
Akan tetapi, satu dari enam partisipan ada juga yang menyatakan bahwa yang lebih dipercaya untuk menceritakan pengalaman
menarchenya adalah kakak sepupunya dibandingkan dengan ibunya, seperti yang diungkapkan oleh partisipan yang saat ini kelas 2 SMA:
“...Aku paling ceritanya sama kakak sepupu Aku itu doang, soalnya sih emang udah akrab jadi emang ceritanya lebih berani ke dia, kalo
ada apa-apa juga suka sama dia dibanding sama mama Aku, ga yang Aku berani cerita selain dia...” P3
Dua dari enam partisipan pun lebih mempercayakan untuk menceritakan pengalaman menarchenya ataupun berbagi informasi
seputar menstruasi kepada temannya, seperti yang diungkapkan partisipan yang mengalami menarche pada usia 12 tahun, yaitu:
“Sama teman... kayaknya kalo sama teman itu emang lebih bener, kita kan sama-sama baru, sama-sama baru tau juga kalo haid itu kayak
gimana, mungkin jadi kayak curhat gitu kan, dia juga kayak curhat ke Saya, Saya curhat ke dia, jadi lebih plong aja...” P2
2. Dukungan instrumental Dukungan instrumental yang diperoleh partisipan pada
penelitian ini, berupa penyediaan pembalut ataupun bantuan tindakan dalam menggunakannya. Lima dari enam partisipan mendapatkan
dukungan instrumental yang mana pada saat menarche, partisipan mendapatkan bantuan tindakan tentang bagaimana memasang
pembalut yang benar dari ibunya. Adapun salah satu ungkapan dari partisipan yang mengalami menarche pada usia 12 tahun, yakni:
“…pas mama baru pulang, ‘Mama ini, kayaknya.. mens deh,’ terus katanya,’yaudah ini pake pembalut, nih kayak gini caranya’....”P2
3. Dukungan informasional Semua partisipan dalam penelitian ini memperoleh dukungan
informasional, baik dari sekolah, orang tua, dan teman. Informasi yang diberikan pun bermacam-macam, baik
masalah seputar menstruasi ataupun cara memasang pembalut. Berikut ini adalah
ungkapan-ungkapan dari partisipan: “...dari temen... nanya-nanya gitu sakit Aku ama dia sama ga sih...
terus dari orang tua ibu… dikasih tau juga kan dari dari sekolah pas pelajaran IPA, tentang umurnya terus... tanda-tandanya kalo udah
haid nanti kayak gimana perubahan fisiknya...” P2
“Mama… diajarin tentang haid-haid gitu...” P4 “diajari oleh ibu tentang cara mandi wajibnya terus ya pakai itu,
apa pembalut...” P5
Satu partisipan mengatakan bahwa ia juga mendapat dukungan informasional dari kakak sepupu dan neneknya, Satu partisipan yang
lain juga mengungkapkan bahwa ia juga mendapatkan dukungan informasional dari bibinya dan turut mendapat informasi terkait
menstruasi melalui pengajian. Hal tersebut seperti yang diungkapkan beberapa partisipan yaitu:
“...pertama kali taunya itu dari pelajaran… terus… kakak sepupu… dari nenek... Sholatnya ga boleh ditinggalin, semuanya harus serba
rajin ibadah...” P3
“...diajarin pasang pembalut sama encing bibi... dari pengajian, setelah menstruasi, kalo mulai dari agama kan dosanya udah
ditanggung sendiri...” P4
Tema 8. Perawatan Diri Remaja Perempuan saat Menstruasi
Tema lain yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah mengenai perawatan diri remaja perempuan saat menstruasi. Setiap
partisipan memiliki pengalamannya tersendiri dalam merawat diri saat menstruasi. Perawatan diri yang dilakukan partisipan dalam penelitian ini
yaitu menjaga kebersihan tubuh serta menjaga kebersihan pembalut. 1. Menjaga kebersihan tubuh
Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa frekuensi mandi pada masa menarche masih sama seperti biasanya, yaitu 2 kali
sehari dan satu partisipan diantaranya mengatakan bahwa saat awal- awal menstruasi, ia menghabiskan waktu yang lama ketika mandi.
Beberapa ungkapan yang diutarakan partisipan, yakni: “...mandinya ya, ya itu, pagi ama sore, kalo misalnya nembus, cuman
ngebersiin sama ganti pembalut sama ganti daleman aja...” P1
“...pertama haid kayaknya jadi lama bersih-bersihnya, setengah jam hehe...” P4
Namun, dua partisipan lainnya mengatakan bahwa saat menstruasi, mereka menjadi lebih sering mandi karena merasa kurang
nyaman jika tidak bersih. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan: “…pas udah haid itu rasanya mandi juga sering soalnya kalo haid
kan ga enak gitu kalo ga bersih ya, pokoknya asal nembus aja, Aku langsung mandi, karena kan kalo lagi awal-awal itu, masih yang lima
bulan awal-awal itu kan Aku rasanya ga nyaman yak, pokoknya pas itu kan nembus, nembus sedikit aja gitu di celana dalem belum keluar,
rasanya udah langsung mau mandi aja…” P2
“Hm.. 3 kali mandi setiap hari kalo itu… kadang risih aja gitu, rasanya ga enak aja gitu lengket...” P5
2. Menjaga kebersihan pembalut Hasil wawancara mendalam kepada partisipan didapat bahwa
partisipan juga menjaga kebersihan pembalutnya dengan mengganti pembalut setiap harinya. Lima dari enam partisipan mengganti
pembalut 3-4 kali saat awal-awal menstruasi. Adapun ungkapan yang disampaikan partisipan yang saat ini kelas 2 SMK, yaitu:
“...kan dijaga kebersihannya jangan terlalu kotor kayak gitu… ya kalo misalnya emang lagi bener-bener banyak ya bisa 4 kali ganti kali
yah per hari atau ga 3 gitu...” P1
Salah satu partisipan, di sisi lain, mengutarakan bahwa di saat awal-awal menstruai, ia pernah mengganti pembalut sebanyak lima
kali dalam sehari, seperti yang diungkapkan partisipan yang mengalami menarche saat usianya 13 tahun, yaitu sebagai berikut:
“...awal-awalnya sering banget ampe 5 haha, iya waktu pertama kali ya, iya soalnya padahal tuh baru dikit yak tapi keluarnya tuh udah
banyak gitu… pas udah terbiasa, eh ternyata dikit juga ya, jadi sehari tiga kali normalnya...’” P3
Tema 9. Mitos-mitos Menstruasi yang Menghantui Remaja Perempuan
Mitos-mitos seputar menstruasi yang diketahui partisipan dalam penelitian ini, meliputi 1 tidak boleh gunting kuku dan menyisir rambut
di depan kaca saat malam hari, 2 tidak boleh buang pembalut sebelum dicuci saat sedang menstruasi, 3 tidak boleh tidur siang saat sedang
menstruasi, 4 minum soda saat menstruasi menyebabkan membuat darah menstruasi banyak keluar, 5 jika jempol kaki diinjak teman yang sedang
menstruasi maka orang yang terinjak akan ikut menstruasi, dan 6 jika
buang air tidak bersih saat menstruasi nanti dijilat setan. Dua dari enam orang partisipan menyatakan bahwa saat
menstruasi dilarang
menggunting kuku ataupun sisiran malam-malam saat sedang menstruasi karena beranggapan akan ada makhluk halus yang mengikuti. Dua dari
partisipan juga mengatakan bahwa terdapat mitos yang menyebutkan bahwa meminum minuman bersoda saat menstruasi ajan membuat darah
menstruasi keluar banyak. Adapun ungkapan mitos-mitos tersebut dari partisipan, yaitu sebagai berikut:
“Oh, iya banyak itu, dari, dari, pernah baca katanya kalo misalnya minum-minum bersoda-soda itu lebih banyak... keluarin darahnya, bisa
sering-sering... sering gantilah… terus katanya mitosnya lagi kalo misalnya lagi mens itu, jangan sisiran malem-malem terus gunting
kuku… takut kali ada yang ngikut-ngikut gitu, hantu... Saya mah gunting kuku, kan kukunya panjang haha, jorok kan kalo ga...” P1
Empat dari enam partisipan juga mengungkapkan bahwa mereka pernah mendengar mitos dari teman dengan mengungkapkan bahwa jika
jempol kaki orang yang sedang menstruasi menginjak jempol kaki teman lainnya, maka temannya tersebut juga akan mengalami menstruasi. Satu
partisipan diantaranya juga mengatakan bahwa saat sedang menstruasi tidak boleh tidur siang karena karena darahnya akan naik ke semua
pembuluh darah di mata. Adapun ungkapan partisipan tentang mitos- mitos itu, yaitu:
“Katanya kalo jempolnya diinjek pasti kalo kena nanti akan, nantinya bakal haid, tapi kayaknya ga tuh… kalo lagi haid setau Aku dari orang-
orang ga boleh tidur siang.. katanya sih nanti darahnya itu naik semua ke pembuluh mata haha tapi kalo Aku pikir ga masuk akal juga...” P3
Tiga partisipan juga mengemukakan bahwa mereka pernah mendengar mitos yang menceritakan bahwa seorang perempuan tidak
boleh membuang pembalut saat menstruasi sebelum dicuci karena dipercaya akan dijilat oleh setan. Berikut adalah satu ungkapan dari
partisipan berusia 17 tahun, yaitu: “Katanya kan kalo orang haid mitosnya itu ga boleh buang pembalut
kalo belum dicuci… diceritain ama orang-orang, apa sih, ama temen- temen sebaya gitu, jangan dibuang dulu sebelum dicuci ntar masa ada
tau yang buang terus tiba-tiba darahnya udah ga ada lagi di pembalut itu, katanya gara-gara, diituin ama makhluk-makhluk gitu lah... tapi
lagian kalo dibuang kayak gini jorok juga kan, mikirnya gitu, akhirnya dicuci dulu” P2
Mitos lainnya yang didapat dari penelitian ini disebutkan oleh salah seorang partisipan yang mengatakan bahwa jika buang air tidak
bersih saat menstruasi kelak akan dijilat setan, seperti yang diungkapkan partisipan yang saat ini duduk di kelas 2 MTs, sebagai berikut:
“He’em, misalkan kalo, misalkan kalo, buang airnya ga bersih bisa dijilat setan...” P6
74
BAB VI PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang interpretasi dari hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti. Peneliti akan menjelaskan tentang interpretasi hasil penelitian
dengan membandingkan berbagai macam penelitian sebelumnya maupun teori yang ada terkait penelitian ini untuk melengkapi dan memperkuat pembahasan
dari hasil penelitian ini. Bab ini juga membahas tentang keterbatasan penelitian yang ada selama peneliti melakukan proses penelitian dengan membandingkan
proses penelitian yang seharusnya dicapai.