1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Populasi remaja di dunia saat ini mencapai 1,2 miliar penduduk atau
1 dari 5 orang di dunia berusia 10-19 tahun menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN, 2012. Hasil sensus penduduk di
Indonesia tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS melaporkan bahwa jumlah remaja usia 10-24 tahun sebesar 63,4 juta jiwa,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.151.398 jiwa dan perempuan sebanyak 31.275.595 jiwa BPS, 2010. Rentang usia remaja berada antara usia 10-19
tahun menurut World Health Organization WHO, 2013. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak membatasi remaja sebagai
individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2010. BKKBN menambahkan bahwa
batasan usia remaja berada pada 10-24 tahun BKKBN, 2011. Remaja dalam masa perkembangannya akan mengalami perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Tanda dimulainya masa remaja ditentukan oleh dimulainya kematangan pubertas Santrock, 2003. Pubertas
merupakan titik pencapaian kematangan seksual, yang ditandai dengan keluarnya menstruasi pertama kali pada remaja perempuan Wong, 2008.
Menstruasi pertama dikenal dengan istilah menarche. Menarche memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi remaja perempuan telah matur dan
memungkinkan mereka untuk mengandung atau melahirkan anak Mar’at, 2010.
Usia menarche pada remaja perempuan antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Usia rata-rata untuk menarche pada perempuan
Kaukasia adalah 12,8±1,2 tahun dan sekitar 4-8 bulan lebih awal pada perempuan Afrika-Amerika Heffner dan Schust, 2008. Hasil Riset
Kesehatan Dasar Riskesdas, 2010 menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun dengan kejadian lebih awal pada usia
kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun. Menarche umumnya terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi.
Menarche dikatakan sebagai peristiwa penting bagi kehidupan perempuan Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008; Gunarsa dan Gunarsa, 2008. Studi
literatur yang dilakukan Chang, Hayter, dan Wu 2010 menyebutkan bahwa remaja yang mulai mengalami menarche akan mengalami perubahan, baik
fisik, psikologis, maupun sosial-budaya. Perubahan fisik yang tampak jelas setelah menarche, yaitu tumbuhnya
rambut kemaluan dan berkembangnya payudara Santrock, 2003. Perubahan bentuk tubuh dan distribusi lemak juga akan terjadi dan lemak banyak
terbentuk di daerah payudara dan pinggul Collins, 2011. Hurlock 2010 dalam bukunya mengungkapkan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami
kateksis-tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami
kateksis–tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi Yusuf, 2010. Peningkatan emosi dikaitkan dengan
perubahan hormonal dalam tubuh remaja, sehingga remaja cenderung memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Hal ini tampak pada reaksi emosional
remaja yang sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, sedih tetapi di sisi lain akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah Kusmiran, 2011. Suasana
hati atau mood remaja pun dapat berubah-ubah dengan sangat cepat Mahfiana, Rohmah, dan Widyaningrum 2009.
Respon psikologis remaja perempuan dalam menghadapi menarche berbeda-beda satu sama lain. Mereka umumnya berespon negatif yang
ditandai dengan rasa malu dan menyangkal. Hasil studi kualitatif yang dilakukan Golchin, Hamzehgardeshi, Fakhri, dan Hamzehgardeshi 2012
pada remaja perempuan di Iran mengungkapkan bahwa mayoritas reponden menyatakan menarche sebagai peristiwa pubertas yang sangat tidak
menyenangkan. Studi analisis naratif yang dilakukan Lee 2009 di USA juga melaporkan bahwa terdapat responden yang menganggap menarche sebagai
hal yang memalukan, yaitu sebesar 12. Usia menarche juga dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja,
seperti pada studi yang dilakukan oleh Deng et.al. 2011 pada remaja SMP dan SMA kelas 1 dan 2 serta mahasiswa tingkat 1 dan 2 di Cina yang
menyatakan bahwa hampir semua gejala psikopatologis, perilaku bunuh diri dan melukai diri, banyak terjadi pada murid SMA yang mengalami menarche
dini dibandingkan dengan murid yang periode menarchenya tepat waktu atau terlambat. Hal itu dikaitkan dengan kemampuan penyesuaian psikologis yang
lebih baik pada mahasiswa dibandingkan dengan murid SMA. Deng et.al. 2011 pada penelitiannya itu menganalisis bahwa menarche dini merupakan
faktor risiko yang menyebabkan gangguan mental. Studi terkait menarche yang juga dilakukan oleh Ruble and Brooks-
Gunn 1982 dalam Chang, Hayter, dan Wu 2010 menyatakan bahwa kurangnya persiapan remaja perempuan menghadapi menarche juga dapat
menimbulkan reaksi negatif dalam diri remaja. Penelitian yang dilakukan di SLTP Charitas Jakarta pun melaporkan bahwa sebagian besar remaja
perempuan yang belum mendapatkan persiapan yang baik, lebih banyak menampilkan perasaan negatif takut, panik, kaget, sedih, marah, bingung,
dan merasa direpotkan dibandingkan perasaan positif saat memasuki menarche Indriyani, Limbong, dan R. Puspita, 2009. Studi yang dilakukan
oleh Mulyani 2010 memberikan hasil bahwa remaja perempuan perlu mendapatkan dukungan psikososial dari keluarga pada saat remaja
perempuan menghadapi menarche. Remaja perempuan saat mengalami
menarche biasanya takut membicarakan peristiwa tersebut kepada orang lain. Mayoritas remaja
perempuan selektif untuk menceritakan dan mendiskusikan tentang
pengalaman menarchenya Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008; Rembeck dan Hermansson, 2008. Mereka cenderung menganggap menarche sebagai
peristiwa pribadi personal event dan mereka hanya akan menceritakannya kepada orang yang mereka percaya Chang, Chen, Hayter, dan Lin, 2008.
Menarche bagi remaja perempuan di Indonesia masih dianggap sebagai hal yang tabu dan enggan dibicarakan. Penelitian mengenai
pengalaman menarche di luar negeri sudah cukup banyak dilakukan akan tetapi penelitian tentang pengalaman menarche di Indonesia masih belum
banyak dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan eksplorasi secara mendalam mengenai pengalaman
menarche pada remaja perempuan, khususnya di rukun warga RW 07 kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur, dengan jumlah remaja perempuan
usia 10-19 tahun yang terbilang cukup banyak di kelurahan tersebut, yakni mencapai 8.156 orang.
B. Rumusan Masalah