1 Adamu tilawatihi atau tidak membacanya 2 Adamu al-istima ihi atau tidak mendengarkannya
3 Adamu tadabburi atau tidak mentadabburinya, atau tidak merenunginya, tidak menghayatinya.
4 Adamu al-a malihi atau tidak mengamalkannya
Supaya santri-santri tidak menjadikan al-Quran sesuatu yang ditinggalkan, maka mereka harus berinteraksi dengan al-Quran, yang
cakupannya adalah
yang empat
di atas,
yaitu membacanya,
menghafalkannya, mentadabburinya,
mengamalkannya dan
memperjuangkannya. Sehingga santri-santri di pesantren ini selain membaca al-Quran tetapi juga menghafalkannya dan harus diterapkan
dalam kehidupan dirinya sehari-hari, Sehingga terbentuklah pribadi yang syaksiyah quraniyah atau pribadi yang qurani
2. Sistem Pendidikan Akhlak di Pesantren al-Matiin
Tujuan yang baik, tidak akan berhasil kalau tidak ditopang oleh sistem pendidikan yang baik. Maka pendidikan di sini disebut sistem al-madrasatu al-
mutakamilah atau sistem pendidikan terpadu. Terpadu di sini makanya sangat
luas, yang pertama, keterpaduan Ulumu al-Syar iyah dan Ulumu al-Imaniyah, keterpaduan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, karena kedua-duanya
adalah ilmu Allah Swt, makanya di pesantren ini harus dipelajari semuanya. Agar dapat menunjukkan kepada masyarakat, bahwa seorang muslim tidak boleh
terpecah-pecah kepribadiannya. Di pesantren ini santri dipersiapkan menjadi seorang pemimpin, pembela
negara, juga sebagai pemimpin masjid. Karena memang itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Yang kedua, Anamul al-Ilmi dengan Anmu al-Waruhi keterpaduan antara dinamika intelektualitas dengan dinamika ruhiyah spritual, artinya ukuran santri
di sini menjadi teladan bukan karena nilai akademisnya saja, tetapi dari segi ibadahnya juga bagus.
3
Karena yang menyedihkan di dunia Islam termasuk di dunia pendidikan Indonesia, seseorang ketika disebut intelektual atau
cendekiawan ukurannya hanya sebatas ilmu. Contohnya, seseorang mendapat gelar SI, .tetapi ibadahnya mungkin masih di taraf SD, ini yang tidak kita
harapkan. Maka seluruh santri diwajibkan mengikuti shalat berjamaah, shalat tahajjud, belajar bersarna, dan sebagainya.
Kemudian yang ketiga yaitu keterpaduan antara An-numul ilmu dan An-numul Ijtima’I
yaitu dinamika inteleklual dengan dinamika sosial itu harus seimbang, jangan sampai kita punya santri pintarcerdas tapi cuek, tidak peduli terhadap
keadaan di sekitarnya. Contoh yang sering dialami oleh santri-santri di pesantren ini ketika terjadi banjir, maka santri kita ajak untuk membantu para korban banjir,
baik datang ke sana dengan membawa bahan-bahan materil, atau juga dengan melibatkan para warga yang ada di sekililing pesantren untuk menyuguhkan
makanan bagi mereka, agar para santri tahu persis apa yang sedang dihadapinya, jangan sampai santri-santri terisolir dari masyarakatnya.
Selanjutnya yang keempat adalah adanya keterpaduan antara numuw al-llmi
O ﻝ
dan numuw al-khulqi
O Mﻝ
yaitu keterpaduan antara dinamika intelektualnya, dengan dinamika akhlaknya. Jadi, jangan sampai mereka pintar,
cerdas, tapi akhlaknya bobrok. Makanya di sini selain ditanamkan nilai-nilai kebaikan, hormat sama guru, sama orang tua dan lain sebagianya, tetapi juga
harus mengikuti peraturan yang ada. Karena, ada santri yang cukup dengan dinasehati, ada juga santri yang susah
dinasehati sampai harus dihukum. Umpamanya ada santri yang berantem dan membahayakan, maka ia dikeluarkan dari pesantren setelah sebelumnya
diperingatkan, atau santri yang mencuri, santri yang pacaran, setelah sebelumnya diberi peringatan dan sebagainya, itu dalam rangka pembentukan akhlak. Jadi,
3
KH. Ucup Ridwan Saputra, B. Sc., Panduan Pendidikan Pesantren Al-Matiin, Arsip Kantor,
Ciputat, 2000, h. 17
dalam pembentukan akhlak tidak cukup hanya dari pendekatan tausiyah penyadaran, tetapi juga perlu ditegakkan sanksi.
Dalam al-Quran juga mengajarkan dalam pendidikan itu tidak hanya sekedar memberikan tausiyah atau bimbingan, petunjuk, dan arahan, tetapi juga
memberikan sanksi. Contoh dalam al-Quran surat an-Nuur ayat 2:
ی +
, - .
- 0 1
2 3
4 5 .
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika ketemu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Q.S. An-Nuur: 2
Contoh lainnya:
6-0ﻝ Gb6-0ﻝ
O Yb-H -1ی3ی.
K3Lﻝ
Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan hendaklah dipotong tanggannya”. QS. Al-Maidah: 38
Dalam pelaksanaan hukuman, ada pendekatan preventif pencegahan, supaya pencurian dan perzinahan tidak terjadi, santri tidak boleh pacaran. Supaya tidak
terjadi pencurian bagaimana? Orang tua dikasih tahu, agar diberi uang saku yang cukup, tidak berlebihan, jangan rnenaruh uang di mana saja, misalnya di atas
lemari, karena santri yang tidak mempunyai niat mencuri pun, karena melihat uang tergeletak bisa tergoda, berarti harus ada pencegahan.
3. Materi Pendidikan Akhlak di Pesantren al-Matiin