Keadaan Santri Sistem Pendidikan di Pesantren Al-Matiin

6. Keadaan Santri

Berdasarkan keterangan dari Bapak Yuliyanto Wahyu Hidayat S.HI Sekretaris Pesantren. Keadaan santri untuk tahun ajaran 20062007, secara keseluruhan berjumlah 107 Santri. Selanjutnya perlu diketahui bahwa, para santri tersebut datang dari berbagai daerah, bahkan dari negara-negara tetangga sebagaimana telah dijelaskan di bagian sejarah al-Matiin.

7. Sarana dan Prasarana

Salah satu ciri dari sebuah pesantren adalah adanya pondok yang merupakan asrama bagi santrinya. Kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santrinya? Pertama, karena kemasyhuran seorang kyai dan pengetahuannya tentang Islam menarik para santri-santri dari jauh untuk menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur de.lam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap didekat kediaman kyai. Kedua, hampir semua, pesantren berada di desa-desa dimana tidak tersedia perumahan akomodasi yang cukup untuk menampung para santrinya; dengan demikian perlu sekali adanya suatu asrama, khusus bagi mereka. Ketiga, adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri, karena para santri menganggap kyainya seolah-solah sebagai bapaknya sendiri. Sedangkan kyai menganggap para santri sebagai titipan Allah yang harus senantiasa dilindungi. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan keharrnonisan yang berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perasaan tanggung jawab dipihak kyai untuk dapat menyediakan akomodasi serta tempat tinggal yang layak bagi para santrinya. Adapun dari pihak santri tumbuh perasaan pengabdian kepada kyainya, sehingga para kyai memperoleh sumber tenaga bagi kepentingan pesantren. Pondok pesantren al-Matiin scbagai sebuah pesantren dengan sendirinya tidak lepas dari ciri itu. Pesantren al-Matiin ini, memiliki pondok khusus yang disediakan untuk masing-masing santri laki-iaki dan perempuan. Sedangkan gambaran lebih rinci mengenai asrama yang dimiliki oleh pesantren al-Matiin ini dapat diikuti pada uraian berikut ini.

a. Asrama Putra ASPA

Asrama putra berupa gedung berlantai dua, mirip dengan bangunan sekolah, dan berada menyatu dengnn mushala yang merupakari bagian dari areal kompleks pesantren al-Matiin. Bangunan ini memiliki 4 ruangan besar, yang berukuran 4x4 m2, dan 1 ruangan sedang yang digunakan untuk santri, dan 1 kamar ukuran scdang yang ditcmpati oleh para Pembinastaf pengajar, kamar tersebut beaikuran 3 x 4 m. dalam area asrama putra ini, juga rnempunyai dapur umum yang berfungsi sebagai tenipat memasak untuk semua santri putra dan santri putri, juga ruangan makan khusus untuk santri putra yang juga bersebelahan dengan mushala. Perbandingan jumlah kamar dengan jumlah penghuninya relatif seimbang. Penempatan santri disetiap kamar dicampur antara santri SD, SLTP dan SMU, dari kelas 1-3. Adapun fasilitas dalam kamar, setiap kamar disediakan lemari pakaian masing-masing santri 1 lemari. Adapun alat tidur dan sebagainya diserahkan kepada santri masing-masing untuk membawa sendiri dari rumahnya. Sehingga relatif berbeda, ada yang hanya memakai tikar, kasur lantai sampai ada yang memakai kasur busa yang bagus. Begitu pula dengan peralatan untuk sehari-hari santri, seperti al-Quran, kitab, sabun mandi, handuk dan lain-lain, diserahkan kepada santrinya sendiri untuk membawa dari rumahnya masing-masing.

b. Asrama Putri ASPI

Asrama putri berupa gedung bertingkat dua, letaknya persis di depan rumah pimpinan pesantren Kyai letaknya kurang lebih 200 meter terpisah dari ASPA. Baik ASPA atau ASPI sekelilingnya dibentengi pagar besi dan di pintu masuk ada Sekretariat yang berfungsi juga sebagai pos penjagaan. Setiap tamu yang datang wajib melapor ke bagian penjagaan ini. Selain itu, persis dekat gerbang asrama putri ini terdapat juga satu ruangan khusus untuk para staf pengajar guru laki- laki, ditempatkan diareal ini agar dapat mengontrol keadaan santri putri. Adapun mengenai besar ruangan dan kamar lainnya serta fasilitasnya sama dengan ASPA hanya tidak memiliki mushala seperti halnya di ASPA. Menurut salah seorang pembina musyrif musyrifah yang ikut bertanggung jawab atas ketertiban asrama ini, umumnya mereka santri yatim dan piatu yang sengaja hendak memperdalam ilmu agama tanpa mengabaikan ilmu pengetahuan umum supaya kelak dapat meraih cita-cita yang sama dengan orang-orang yang mampu pada umumnya. Dari banyaknya santri yanp ada, hanya beberapa saja yang memang dititipkan oleh orang tuanya karena susah diatur. Salah satu diantaranya bernama Nisa bukan nama sebenarnya yang berasal dari jawa tengah, ketika serumah dengan orang tuanya sering pulang terlarnbat, suka membolos sekolah, dan belum bisa membaca tulis bahasa arabal-Quran. Demi kebaikan santri ini orang tuanya mer.yekolahkannya ke pesantren ini. Setelah beberapa bulan, berkat bimbingan dan usaha dari para gurukiyai mulai menunjukkan adanya perubahan yang positif, baik perubahan nilai akademisnya maupun akhlaknya. Adalagi beberapa santri lainnya yang nyantri karena paksaan orang tua, walaupun kasusnya berbeda, penulis sempat bertanya kenapa hal itu mereka lakukan? Hampir semua jawabannya sama, karena mereka menginginkan santrinya berakhlakul karimah. Hal ini dilakukan setelah sebelumnya mendapatkan informasi. baik dari temannya yang pernah menyekolahkan santrinya di persantren ini ataupun dari para orang tua santri lainnya, maupun dari masyarakat. Motivasi untuk masuk kepesantren ini disamping karena lulusannya menunjukkan keahlian dibidang ilmu agamanya tinggi, juga memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan berkepribadian agama Islam. Dari berbagai kasus tersebut, hampir sebagian besar bisa diatasi dengan baik melalui segala usaha dengan penuh kesabaran. Berkat kasih sayang yang istiqamah dari semua elemen yang ada di pesantren, baik dari para guru, para pembina terutama dari kiyainya, para santri yang bermasalah tadi akhirnya menjadi baik, menjadi kerasan tinggal di asrama, bahkan ada juga yang minta pada orang tuanya, agar jangan tcrlalu sering menjenguknya. Namun demikian, apabila berbagai upaya sudah ditempuh, santri tidak menunjukakn adanya perubahan, maka pesantren memberikan sanksi yang sangat berat yaitu dikeluarkan dari pesantren. Tetapi dalam hal pemberhentian santri ini, agar tidak terjadi salah faham dengan orang tua santri, pengurus memanggil orang tua santri, kemudian inenjelaskan keadaan santri tersebut kepada orang tuanya.

9. Sistem Pendidikan di Pesantren Al-Matiin

Tujuan yang baik, tidak akan berhasil kalau tidak ditopang oleh sisicm pendidikan yang baik, maka pendidikan disini menurut pimpinan pesantren, bapak KH. Ucup R.S. adalah menganut sistem Al-Madrosatul Mutakamilah atau sistem terpadu. Dipilihnya sistem terpadu ini karena dua pertimbangan, yakni dasar pemikiran umum dan khusus. a. Dasar pemikiran umum 1 Islam adalah ajaran ilahiyah dalam bentuk kepribadian dan perjalanan hidup seorang muslim 2 Dalam membentuk kepribadian, Islam mengedepankan metode pendidikan tarbiyah secara terpadu, bertahap dan seimbang 3 Ukuran keberhasilan pendidikan Islam adalah akidah v?np lurus, hati yang besar, sikap yang tepat, perilaku yang baik dan memiliki keterampilan yang bermanfaat. 4 Pendidikan berlangsung sejak dini. Bahkan sejak dalam kandungan sampa; akhir hayat. Dalam hal ini, pendidikan melibatkan orang tua informal, masyarakat non formal dan sekolah sebagai lembaga formal. b. Dasar pemikiran khusus 1 Sekolah harus berjalan sistematik, kontinyu dan terkontrol. Hal tersebut akan memperjelas tujuan, metode sumber daya manusia, serta sasaran yang ingin dicapai 2 Sistem pendidikan formal yang mengikuti jenjang Taman ksantri-ksantri, pendidikan Dasar SD - SLTP, pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Jenjang tersebut dapat disesuaikan dengan tingkat usia, fisik dan mental serta kematangan intelektual. 3 Sistem pendidikan harus menyesuaikan dengan perubahan dan pcrkembangan kurikulum, lingkungan sosial, politik, ekonomi, agama, ilrnu pengetahuan dan hubungan antar bangsa. 4 Sekolah harus, mampu menyediakan bengkel ruhani sesuai dengan perkembangan usia, kematangan dan kesadaran beragama. Berdasarkan pemikiran di atas, pesantren al-Matiin memiliki kebijakan sebagai berikut; a. Mengembangkan sekolah dengan cara memadukan konsep pendidikan Islam dan konsep pendidikan nasional b. Menerapkan kurikulum pesantren sekaligus kurikulum pendidikan nasional sejak tingkat TK, SDN, SLTP, SMU dan Pcrguruan Tinggi. c. Memberikan pola pembinaan Tarbiyah kepada setiap Santri setiap jenjang d. Senantiasa menyesuaikan kurikulum pendidikan nasional, jika sewaktu- waktu ada perubahan e. Semua santri hanya diperbolehkan pulang pada libur semester atau libur kenaikan kelas.

B. Pendidikan Akhlak di Pesantren Al-Matiin

1. Tujuan Pendidikan Adapun tujuan pendidikan akhlak santri di pesantren Al-Matiin adalah mencetak generasi yang faqih dan qurani, Lebih jelasnya bisa dilihat dari uraian berikut: a. Generasi yang faqih Faqih berasal dari kata al-fiqhu yang berarti faham. Sebagian ulama bahasa mengatakan al-Fiqhu al-Khossn minal fahmi. Jadi fiqh lebih khusus,lebih spesifik dari pada sekedar pemahaman. Dengan kata lain, al-Fiqhu itu adalah al-fahmu ad-daqiiq yang adanya memahami secara mendalam berarti kalau kita punya tujuan memahami Islam secara mendalam, secara benar. Kenapa seperti itu tujuannya? Ini berdasarkan