misalnya ia senang terhadap harta. Sebab, harta memang memberi manfaat kepada manusia dalam menutupi berbagai kebutuhan materil
7
. Mengenai akhlak ini, Ahmad Amin pun berpendapat bahwa akhlak adalah
kehendak yang dibiasakan, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak.
8
Definisi tersebut sepintas berbeda dengan definisi sebelumnya, akan tetapi sebenarnya mempunyai pengertian yang sama.
Menurut Rahmat Djatmika adat kebiasaan adalah perbuatan yang diulang- ulang. Tetapi ada dua syarat agar sesurtu bisa dikatakan sebagai kebiasaan,yakni:
1. Adanya kecenderungan hati kepadanya 2. Adanya pengulangan yang cukup banyak sehingga mudah mengerjakannya
tanpa memerlukan pemikiran lagi.
2. Macam-Macam Akhlak
Menurut Prof. Dr. H. Moh. Ardani, akhlak itu terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
1 Akhlak Al-Karimah
Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia, amat banyak jumlahnya namun jika dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan antara manusia dengan
manusia, akhlak yang mulia itu dapat terbagi kepada tiga bagian. Pertama, akhlak mulia terhadap Allah SWT, kedua akhlak mulia terhadap diri sendiri, ketiga,
akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
a Akhlak terhadap Allah Swt
Titik tolak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik
terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal berikut:
7
Prof. Dr. H. Moch. Ardani., Akhlak Tasawuf…, h. 29-30
8
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren Pandangan Hasyim Asy’ari, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta: 2001, h. 40
1. Karena Allah telah menciptakan manusia dengan keistimewaan dan kesempurnaan-Nya. Sebagai yang telah diciptakan sudah sepantasnya
berterimakasih kepada yang menciptakannya. Allah berfirman:
3 ﻝ -
-0 Rﻝ WH
0. یO ﺕ
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya .
2. Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani, dan naluri dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan
berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya. Firman Allah Swt:
X ﻝ =P .
ﻡ OY7
=ﺕ-1ﻡ. -ﻝ
O ﺕ -,L ﺵ
P =ﻝ
Z0ﻝ 6-N7ﻝ
K3LHﻝ = ﻝ
=ﺕ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut bumi dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
had, agar kamu bersyukur. Q.S. An-Nahl 16: 78
3. Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan saranan kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang
dan lain sebagainya. Semua itu tunduk kepada kemauan manusia atau siap dimanfaatkan, Allah berfirman:
X ﻝ 2 ﻝ
Mﺱ =ﻝ
SJﻝ 2U4ﻝ
Cﻝ X H
ﻡ7 5
O[4J4ﻝ ﻡ
X \H = ﻝ
=ﺕ Mﺱ
=ﻝ -ﻡ
WH ] O0ﻝ
-ﻡ WH
6ﻝ -, P
Xﻡ WH
ﻝ_ ]-ی`ﻝ
O ﻝ =C4ی
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar pada-Nya dengan seizing-Nya dan supaya kamu dapat mencari
karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, sebagai rahmat dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum
yang berpikir . Q.S. Al -Jatsiyah 45 : 12-13
b Akhlak yang baik terhadap diri sendiri
Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,
karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Diantaranya: menghindari
minuman keras, menghindari perbuatan yang tidak baik, jujur, pemaaf, memelihara kesucian jiwa sederhana dan lain sebagainya.
c Akhlak yang baik terhadap sesama manusia
Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja
sama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Oleh karenanya ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dan lainnya saling berakhlak yang baik,
diantaranya; mengiringi jenazah, mengabulkan undangan, dan mengunjungi orang sakit.
9
2 Akhlak al-Mazmumah
Akhlak al-Mazmumah akhlak yang tercela adalah kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Namun ajaran Islam tetap membicarakan secara
terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar dan dapat dipahami cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya:
a Berbohong
9
Prof. Dr. H. Moch. Ardani., Akhlak Tasawuf, CV. Karya Mulia, Jakarta: 2005, h. 57
Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berdusta bohong ada tiga macam:
dusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati.
10
Apabila kita hendak membantu masyarakat Islam maka pertama-tama yang harus kita lakukan
ia memberantas prasangka-prasangka dan membuang jauh-jauh keraguansyak prasangka, serta berpegang teguh dengan kejujuran.
11
b Takabur sombong Takabur adalah akhlak yang tercela pula. Arti takabur ialah merasa atau
mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa diri serba hebat.
c Dengki Dengki atau kata Arabnya Hasad jelas termasuk akhlak al-Mazmumah.
Dengki itu ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain
tersebut, dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak.
12
d Bakhil Bakhil atau kikir. Orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa
yang mcnjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurai sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang
lain. Pada umumnya sifat bakhil dihubungkan dengan hak miliki berupa harta
benda. Karena itu orang bakhil, maksudnya ialah bakhil harta benda. Kebakhilan termasuk sifat yang buruk, jadi termasuk kelompok akhlak al-Mazmumah
tercela.
13
10
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam LPPI, Cet I, Yogyakarta: 1970, h. 208
11
Anwar Masy’ari, Akhlak al-Quran, PT. Bina Ilmu, Cet.I, Surabaya: 1990, h. 167
12
Anwar Masy’ari, Akhlak al-Quran, h. 161
13
Anwar Masy’ari, Akhlak al-Quran, h. 162
3. Tujuan Pendidikan Akhlak