Asrama Putra ASPA Asrama Putri ASPI

a. Asrama Putra ASPA

Asrama putra berupa gedung berlantai dua, mirip dengan bangunan sekolah, dan berada menyatu dengnn mushala yang merupakari bagian dari areal kompleks pesantren al-Matiin. Bangunan ini memiliki 4 ruangan besar, yang berukuran 4x4 m2, dan 1 ruangan sedang yang digunakan untuk santri, dan 1 kamar ukuran scdang yang ditcmpati oleh para Pembinastaf pengajar, kamar tersebut beaikuran 3 x 4 m. dalam area asrama putra ini, juga rnempunyai dapur umum yang berfungsi sebagai tenipat memasak untuk semua santri putra dan santri putri, juga ruangan makan khusus untuk santri putra yang juga bersebelahan dengan mushala. Perbandingan jumlah kamar dengan jumlah penghuninya relatif seimbang. Penempatan santri disetiap kamar dicampur antara santri SD, SLTP dan SMU, dari kelas 1-3. Adapun fasilitas dalam kamar, setiap kamar disediakan lemari pakaian masing-masing santri 1 lemari. Adapun alat tidur dan sebagainya diserahkan kepada santri masing-masing untuk membawa sendiri dari rumahnya. Sehingga relatif berbeda, ada yang hanya memakai tikar, kasur lantai sampai ada yang memakai kasur busa yang bagus. Begitu pula dengan peralatan untuk sehari-hari santri, seperti al-Quran, kitab, sabun mandi, handuk dan lain-lain, diserahkan kepada santrinya sendiri untuk membawa dari rumahnya masing-masing.

b. Asrama Putri ASPI

Asrama putri berupa gedung bertingkat dua, letaknya persis di depan rumah pimpinan pesantren Kyai letaknya kurang lebih 200 meter terpisah dari ASPA. Baik ASPA atau ASPI sekelilingnya dibentengi pagar besi dan di pintu masuk ada Sekretariat yang berfungsi juga sebagai pos penjagaan. Setiap tamu yang datang wajib melapor ke bagian penjagaan ini. Selain itu, persis dekat gerbang asrama putri ini terdapat juga satu ruangan khusus untuk para staf pengajar guru laki- laki, ditempatkan diareal ini agar dapat mengontrol keadaan santri putri. Adapun mengenai besar ruangan dan kamar lainnya serta fasilitasnya sama dengan ASPA hanya tidak memiliki mushala seperti halnya di ASPA. Menurut salah seorang pembina musyrif musyrifah yang ikut bertanggung jawab atas ketertiban asrama ini, umumnya mereka santri yatim dan piatu yang sengaja hendak memperdalam ilmu agama tanpa mengabaikan ilmu pengetahuan umum supaya kelak dapat meraih cita-cita yang sama dengan orang-orang yang mampu pada umumnya. Dari banyaknya santri yanp ada, hanya beberapa saja yang memang dititipkan oleh orang tuanya karena susah diatur. Salah satu diantaranya bernama Nisa bukan nama sebenarnya yang berasal dari jawa tengah, ketika serumah dengan orang tuanya sering pulang terlarnbat, suka membolos sekolah, dan belum bisa membaca tulis bahasa arabal-Quran. Demi kebaikan santri ini orang tuanya mer.yekolahkannya ke pesantren ini. Setelah beberapa bulan, berkat bimbingan dan usaha dari para gurukiyai mulai menunjukkan adanya perubahan yang positif, baik perubahan nilai akademisnya maupun akhlaknya. Adalagi beberapa santri lainnya yang nyantri karena paksaan orang tua, walaupun kasusnya berbeda, penulis sempat bertanya kenapa hal itu mereka lakukan? Hampir semua jawabannya sama, karena mereka menginginkan santrinya berakhlakul karimah. Hal ini dilakukan setelah sebelumnya mendapatkan informasi. baik dari temannya yang pernah menyekolahkan santrinya di persantren ini ataupun dari para orang tua santri lainnya, maupun dari masyarakat. Motivasi untuk masuk kepesantren ini disamping karena lulusannya menunjukkan keahlian dibidang ilmu agamanya tinggi, juga memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan berkepribadian agama Islam. Dari berbagai kasus tersebut, hampir sebagian besar bisa diatasi dengan baik melalui segala usaha dengan penuh kesabaran. Berkat kasih sayang yang istiqamah dari semua elemen yang ada di pesantren, baik dari para guru, para pembina terutama dari kiyainya, para santri yang bermasalah tadi akhirnya menjadi baik, menjadi kerasan tinggal di asrama, bahkan ada juga yang minta pada orang tuanya, agar jangan tcrlalu sering menjenguknya. Namun demikian, apabila berbagai upaya sudah ditempuh, santri tidak menunjukakn adanya perubahan, maka pesantren memberikan sanksi yang sangat berat yaitu dikeluarkan dari pesantren. Tetapi dalam hal pemberhentian santri ini, agar tidak terjadi salah faham dengan orang tua santri, pengurus memanggil orang tua santri, kemudian inenjelaskan keadaan santri tersebut kepada orang tuanya.

9. Sistem Pendidikan di Pesantren Al-Matiin