Demikianlah, konsep pendidikan Islam harus diupayakan agar mencapai tujuan tertingginya, yaitu membangun generasi Muslim yang mewujudkan
penghambaan kepada Allah. Jika tujuan dijadikan pegangan, pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah akan terarah pada pengayoman
generasi muslim pada akitivitas pengetahuan, perilaku. dan akhlak yang tinggi.
5. Metode Pendidikan Akhlak
Setidaknya ada 6 metode yang diterapkan dalam pendidikan di pesantren, yaitu: 1 Metode Keteladanan Uswatun al-Hasanah; 2 Metode latihan dan
pembiasaan; 3 Mengambil pelajaran ibrah; 4 Nasehat Mauidzah; 5 Kedisiplinan; 6 Pujian dan hukuman Al-Bhisyarah Wal Inzar
a Metode Keteladanan Uswah al-Hasanah
Secara psikologis. manusia sangat memerlukan keteladanan untuk mengernbangkan sifat-sitat dan potensinya. Pendidikan lewat keteladanan adalah
pendidikan dengan cara memberi contoh-contoh konkrit pada para siswa. Dalam pendidikan pesantren, pemberian contoh-contoh ini sangat ditekankan. Kyai atau
ustadz harus senantiasa memberikan uswah yang baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain, karena nilai mereka
ditentukan dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan. Semakin konsekuen seorang ustadz menjaga tingkah lakunya, semakin didengar ajaran-
ajaran serta diikuti segala nasehatnya. b Metode latihan dan pembiasaan
Mendidik dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma, kemudian membiasakan santri
melakukannya. Latihan dan pembiasaan ini, pada akhirnya akan menjadi akhlak yang terpatri dalam diri dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Al-Ghazali
menyatakan: Sesungguhnya akhlak menjadi kuat dengan seiringnya dilakukan perbuatan yang sesuai dengannya, disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa
yang dilakukannya adalah baik dan diridhoi.
c Mendidik melalui Ibrah Mengambil pelajaran Secara sederhana, Ibrah berarti merenungkan dan memikirkan. Dalam arti
umum biasanya diartikan dengan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Abd. Al-Rahman al-Nahlawi, seorang tokoh pendidikan asal Timur Tengah,
mendefmisikan Ibrah dengan suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan
diinduksikan. ditimbang-timbang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu
mendorongnya kepada perilaku berpikir sosial yang sesuai.
16
Tujuan Paedagogis dari al-lbrah adalah mengantarkan manusia pada kepuasan pikir tentang perkara agama yang bisa menggerakkan, mendidik atau menambah
perasaan keagamaan, pelaksanaan metode ini dipesantren, biasanya disertai metode mau’idzhah nasehat. Sang Ustadz tidak cukup mengantarkan santri pada
pemahaman inti suatu peristiwa melainkan juga harus menasehati dan mengarahkan siswanya ke arah yang dimaksud.
d Mendidik melalui Mau’idzah nasehat Mauidzah berarti nasehat, Rasyid Ridho mengartikan mauidzah sebagai
berikut; Mauidzah adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran, dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan mtmbangkitkunnya untuk
mengamalkan. Metode mauidzah harus mengandung tiga unsur, yakni: 1 uraian tentang
kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini santri, misalnya tentang sopan santun, keharusan berjamaah maupun kerajinan dalam
beramal; 2 motivasi melakukan kebaikan.; ?• peringatan tentang dosa atau bahaya yang baik muncul dari adanya laranganj baik dirinya sendiri maupun bagi
orang lain.
17
16
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam…, h. 279
17
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam…, h. 289
e Mendidik melalui kedisiplinan Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga
kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik dengan pemberian atau saksi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahvva apa yang
dilakukan tersebut tidak bcnar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi. Di pesantren, hukuman ini dikenal dengan istilah takzir. Takzir adalah
hukuman yang dijatuhkan pada santri yang melanggar. Hukuman yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Hukuman ini diberikan kepada santri yang
telah berulang kali melakukan pelanggaran, seolah sudah tidak bisa diperbaiki. Juga diberikan kepada santri yang melanggar dengan pelanggaran berat yang
mencoreng nama baik pesantren. Dalam pelaksanaan hukuman, pesantren biasanya melakukan beberapa tahap.
a. Peringatan atau penyadaran. Ini biasanya diberikan kepada santri yang baru melakukan pelanggaran yang pertama.
b. Hukuman sesuai dengan aturan yang ada. Ini bagi santri yang sudah pernah melakukan pelanggaran.
c. Dikeluarkan dari pesantren atau dikembalikan kepada walinya. Ini untuk para santri yang telah berulang kali melakukan pelanggaran dan tidak
mengindahkan segala nasehat atau arahan. f
Mendidik melalui Al-Bisyarah wal Inzar Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain; al-
Bisyarah wal Inzar . Al-Bisyarah adalah janji-janji disertai bujukan agar seorang
senang melakukan kebajikan menjauhi kejahatan. Inzar adalah ancaman untuk menimbulkan rasa takut berbuat tidak benar. Tekanan metode Al-Bisyarah
terletak pada harapan dalam melakukan kebajikan, sementara tekanan metode Inzar
terletak pada upaya menjauhi kejahatan atau dosa. Keistimewaan metode Al-Bisyarah wal Inzar antara lain:
a. Dapat menumbuhkan sifat amanah terhadap ajaran agarna dan segala perbuatan akan dilakukan dengan hati-hati disesuaikan dengan aturan
agama, karena seorang merasa yakin akan janji dan ancaman Tuhan.
b. Motivasi berbuat baik dan menghindari yang jahat akan selalu muncul setiap waktu dan tempat, tanpa harus diawasi guru atau dibujuk dengan
hadiah dan ancaman. c. Membangkitkan dan mendidik perasaan rabbaniyah yakni perasaan takut
melanggar aturan-Nya.
18
B. Santri Dan Pesanten