Metode Pembahasan Sistematika Penulisan

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan, guna memperoleh gelar Strata 1 S1. b. Untuk memperkenalkan dunia pesantren sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa dalam bidang pendidikan. c. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan saran bagi pesantren lain dalam upayanya mewujudkan anak didik yang berakhlak baik akhlaqul karimah. d. Dari penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan gambaran, khususnya kepada penulis dalam menciptakan suasana pendidikan yang harmonis.

F. Metode Pembahasan

Metode yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah metode kuantitatif yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan, penelitian lapangan yang meliputi wawancara, penyebaran angket dan observasi langsung kepada sasaran penelitian. Adapun sebagai acuan dalam penulisan, skripsi ini mengacu kepada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis membagi beberapa bab dan sub-sub bab sebagai berikut: Bab I Berisi tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode pembahasan dan sistematika penulisan. Bab II Berisi tentang kajian teori tentang pendidikan akhlak meliputi; pengertian akhlak, macam-macam akhlak, materi pendidikan akhlak, metode pendidikan akhlak. Hal yang dikaji dalam bab ini adalah santri dan pesantren, sejarah perkembangan pesantren dan jenis-jenis pesantren. Bab III Berisi tentang metologi penelitian, yang meliputi metode penelitian, penentuan tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan teknik analisa dan interpretasi data. Bab IV Berisi tentang hasil penelitian yang meliputi; Gambaran Umum Pesantren Al-Matiin, yaitu; pembahasan profil dan letak geografis, sejarah singkat pesantren, visi dan misi pesantren al-Matiin, Struktur organisasi yayasan al-Matiin, keadaan tenaga pendidik pesantren al- Matiin, keadaan santri pesantren al-Matiin, sarana dan prasarana pesantren al-Matiin dan sistem pendidikan pesantren al-Matiin. Pendidikan Akhlak di Pesantren Al-Matiin, yaitu; tujuan pendidikan di pesantren al-Matiin, sistem pendidikan akhlak di pesantren al- Matiin, materi pendidikan akhlak di pesantren al-Matiin, prinsip- prinsip pendidikan di pesantren al-Matiin dan strategi pendidikan di pesantren al-Matiin. dan analisis dan interpretasi data. Bab V Penutup. Mencakup tentang kesimpulan dan saran penulis.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Akhlak 1.

Pengertian Akhlak Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata yang berarti tabiat atau budi pekerti. 1 Secara linguistik kebahasaan kata akhaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, malainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlaq adalah jama’ dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah aisebutkan di atas. 2 Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya dalam al- Quran rnaupun Hadits, sebagaimana terlihat berikut ini. ﻝ ﻝ Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang Agung Q. S. aI-Qaam: 68: 4. 3 ﻝ ﻝ ﻝ Agama kami ini tidak lain hanyalah adalah adat kebiasaan yang dahulu. Q.S. As-Syura 26: 117. 4 ﻝ ﻡ ی ,- - . 1 ,- 23ﻡ4ﻝ 5 6 Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang sempurna budi pekertinya. H.R. Turmudzi . 7 - 8 9 : ﺕ ﻡ -= 6 : ? 3. 5 6 Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti H.R. Ahmad. 1 A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progresif, Surabaya: 1997, h. 364 2 Prof. Dr. H. Moch. Ardani., Akhlak Tasawuf, CV. Karya Mulia, Jakarta: 2005, h. 25 3 Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahannya, CV. Jaya Sakti, Surabaya: 1997, h. 960 4 A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir…, h. 583