36
D. Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan sesuatu yang abstrak sehingga sulit diukur dan hanya dapat dirasakan oleh para pengguna jasa audit, sehingga sampai saat ini
tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit tersebut. Hal tersebut dikarenakan belum adanya pemahaman umum mengenai faktor penyusun
kualitas dan sering terjadi konflik peran antara beberapa pengguna laporan audit Sutton, 2003 dalam Christina 2007.
DeAngelo 1981:186 mendefinisikan kualitas audit sebagai: “Market-assessed joint probability that a given auditor will both a
discover a breach in the client’s accounting system and b report the breach”.
Dapat diartikan juga suatu probabilita kemungkinan untuk mendeteksi dan melaporkan suatu kesalahan materil dalam laporan keuangan. Sedangkan
dalam AAA Financial Acounting committee 2000 serta diperkuat oleh penelitian Krishnan dan Schauer, 2000; Kaplan, 1995; dan Lennox, 1999
dalam Manita et al., 2010:89, menyatakan bahwa “Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh
langsung terhadap kualitas audit. Dari pengertian kualitas audit diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas
audit merupakan suatu kemungkinan probabilita dimana soerang auditor dalam melaksanakan tugas auditnya dalam hal menemukan suatu kesalahan
dalam laporan keuangan klienya serta mengkomunikasikan temuanya tersebut kepada klien dalam bentuk laporan auditan, dimana dalam melaksanakan
37 tugasnya seorang auditor berpedoman pada standar auditing serta kode etik
akuntan publik yang berlaku. Menurut Cercello, Hermanson, dan McGrath 1992:7-8, kualitas audit
dapat diproksikan melalui beberapa atribut yang secara umum terdiri dari 12 atribut yang lazim digunakan, yaitu: 1 Pemahaman; 2 memahami keahlian
dalam industri klien; 3 responsive terhadap kebutuhan klien; 4 memiliki kompetensi secara teknis dalam megaplikasikan standar audit; 5 independen;
6 bersikap hati-hati; 7 berkomitmen kuat terhadap kualitas; 8 melibatkan rekanmanajer KAP dalam penugasan audit; 9 mengerjakan pekerjaan
lapangan dengan layak; 10 berinteraksi dengan komite audit klien; 11 mempunyai standar etika yang tinggi serta pengetahuan yang cukup dalam
proses akuntansi dan auditing; dan 12 bersikap skeptis dalam penugasan audit.
Dilain pihak banyak penelitian empiris yang menggunakan beberapa dimensi atau atribut sebagai wakil dari kualitas audit tersebut. Beberapa
atribut yang sanga lazim digunakan adalah ukuran KAP brand name reputation
Beck et al., 1998, Lennox 1993, fee audit yang diterima Davit et al.
, 2006; Reynold et al., 2000; Chee-Yeow L dan Hun-Tung T, 2006, spesifikasi dalam suatu industri Solomon et al., 1999; Krishnan 2003,
reputasi auditor McNair, 1991; Cary dan Simmet, 2006 dalam Manita et al., 2010:89.
Berbagai penelitian mengenai kualitas audit pernah dilakukan, diantaranya oleh Deis dan Giroux 1992:462, mereka meneliti faktor penentu
38 kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang
mengaudit institusi sektor publik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lama hubungan dengan klien audit tenure, jumlah klien, telaah dari rekan auditor
peer review, ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berpengaruh dengan kualitas audit. Semakin lama hubungan
dengan klien audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah
klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat. Sedangkan hasil penelitian Behn et al., 1999:602-603 menunjukan 6
atribut kualitas audit dari 12 atribut yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu: pengalaman melakukan audit klien
experience , memahami industri klien industry expertise, responsif atas
kebutuhan klien responsiveness, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP excecutive imvolvement, dan keterlibatan komite audit audit
committee .
Adapun Christina 2007, melakukan penelitian tentang pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit, menyatakan
bahwa kualitas audit ditentukan oleh kompetensi dan independensi. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan kompetensi dan independensi secara
simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada beberapa KAP di Jawa Tengah.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Singgih dan Bawono 2010 yang meneliti pengaruh independensi, pengalaman, due professional care dan
39 akuntabilitas terhadap kualitas audit studi pada auditor di KAP “Big four” di
Indonesia. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas secara simultan dan
parsial berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
E. Komite Audit