3. Pengembangan, yaitu konselorpembimbing berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan anak.
4. Perbaikan penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif, berkaitan erat dengan upaya diberikan bantuan kepada anakklien yang telah mengalami masalah, baik yang menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. 5.
Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan keterampilan, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
6. Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan
khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan individu anak. 7.
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif
terhadap program pendidikan, peraturan-peraturan, dan norma agama.
17
3. Metode-Metode Bimbingan Agama
Metode ditinjau dari segi bahasa berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos”. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau
“cara”. Maka metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan yang harus
17
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. ke-2, h. 16-17.
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
18
Sedangkan menurut H. M. Arifin hakekat “metode” adalah :
”Metode adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat
seperti alat peraga, alat administrasi dan pergedungan dimana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode
seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh tauladan, sikap, dan
pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara- cara pendekatan dan pemahaman
terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologi, sosiometri dan lain sebagainya.”
19
Pada proses bimbingan metode apapun mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia merupakan saran
yang bermakna akan kesuksesan bimbingan keagamaan yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami
atau diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian yang diaktualisasikan dalam lingkungan sekolah maupun rumah sehingga
tujuan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Pentingnya metode ini didasarkan pada firman Allah dalam surat
al-Maidah ayat 35 :
اﻮﻐ ْاو ﻪْﻴ إ
ﺔ ﻴﺳﻮْا اوﺪهﺎﺟو
ﻪ ﻴ ﺳ ْ ﻜﱠ
نﻮ ْ
Artinya: ”…..dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya
dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan
”.
20
Dari firman Allah SWT di atas mengandung isyarat bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah memerlukan metode jalan. Maka dalam
18
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 91
19
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h. 43.
20
Soenarjo., dkk., Al-Quran dan Terjemahnnya, Jakarta: Depag RI, 1989, h. 165.
proses bimbingan metode adalah mutlak. Di sinilah perlu dibedakan bahwa pada intinya bimbingan sering juga disebut pendidikan.
Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan. Perbedaan antara pendidikan dan bimbingan terletak pada dasar penekanannya, yaitu bahwa
bimbingan menekankan pada dua orientasi, yaitu orientasi masalah dan orientasi perorangan. Usaha bimbingan lebih terorientasi pada tercegahnya
masalah yang mungkin dialami dan teratasinya masalah yang sedang diderita oleh seseorang. Di samping itu, upaya bimbingan sangat
memperhatikan keadaan orang yang dibimbing sebagai pribadi yang berdiri sendiri yang seharusnya mampu mandiri.
21
Walaupun bimbingan dan pendidikan ada perbedaan tetapi memiliki tujuan dan metode yang sama. Yang menjadi masalah di sini
adalah bagaimana mendapatkan metode yang efektif dalam mempersiapkan anak didik secara mental, moral, spiritual dan sosial
sehingga anak didik dapat mencapai kematangan yang sempurna. Karena pembahasan dalam skripsi ini adalah bimbingan untuk
meningkatkan anak didik sehingga pembimbing atau guru agama Islam harus bisa memberi contoh keteladanan dan itu merupakan metode yang
sangat penting disamping metode wawancara, metode direktif dan metode secara berkelompok.
1. Metode Keteladanan
Keteladan merupakan salah satu dari sejumlah metode yang paling efektif dalam mepersiapkan dan membentuk anak secara moral,
21
Abdullah Nashih Ulwan, Pendididkan Anak Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995, Jilid ke-2, h. 2.
spiritual, dan sosial. Sebab seorang pembimbing dan juga pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku
dan sopan santunnya akan ditiru baik disadari atau tidak. Bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaan anak didik,
baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, spiritual.
22
Prinsip yang mendasari metode ini adalah :
ﺔﻨ ةﻮْﺳأ ﻪﱠ ا لﻮﺳر ْ ﻜ نﺎآ ْﺪ
Artinya :”Sungguh dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang baik.” QS. al-ahzab : 21.
Berdasarkan firman di atas, bahwa kepribadian Rasulullah SAW dinyatakan sebagai tolak ukur akhlakul karimah bagi siapa saja,
kapan saja dan dimana saja. Dan keteladanan yang ada pada diri Rasulullah SAW ini dapat meliputi segala macam aspek kehidupan
dan pola berfikir. Kaitannya dengan metode ini Nashih Ulwan mengatakan
bahwa Allah menempatkan personalitas Muhammad dalam gambaran sempurna sebagai metode Islami, agar menjadi gambaran yang hidup
dan abadi bagi generasi-generasi untuk umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak universalitas dan keagungannya. Keteladanan
Rasulullah SAW dalam ibadah dan akhlak yang universal sebagai contoh yang paripurna dan pelita yang menerangi di sepanjang masa.
23
22
Ulwan, Pendididkan Anak Dalam Islam, h. 2.
23
Ulwan, Pendididkan Anak Dalam Islam, h. 7.
Dengan demikian bahwa keteladanan adalah metode bimbingan yang paling efektif. Seorang anak harus memperoleh teladan dari
gurunya selaku orang tua kedua dan pendidik yang menanamkan norma-norma teladan yang diambil dari Rasulullah sehingga
terciptalah suatu generasi Islam yang merealisasikan ajaran-ajaran Islam yang kaitannya dengan ibadah.
2. Metode wawancara
Wawancara adalah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya
hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.Wawancara baru dapat berjalan dengan baik
bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1 Pembimbing harus bersikap komunikatif kepada anak bimbing.
2 Pembimbing harus dapat dipercaya oleh anak bimbing sebagai
pelindung. 3
Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada anak
bimbing. 4
Pembimbing harus dapat menunjukkan etika baiknya menolong anak bimbing mengatasi segala kesulitan yang sedang dihadapi.
5 Pembimbing harus menghormati harkat dan martabat anak
bimbing sebagai manusia yang berhak memperoleh bantuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya sampai pada titik
optimalnya.
24
24
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan, h. 45.
Menurut Aunurrahim Faqih metode wawancara atau komunikasi langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik
:
1 Percakapan pribadi, pembimbing melakukan dialog langsung tatap
muka dengan pihak yang dibimbing. 2
Kunjungan ke rumah home visit, yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien
sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya.
25
3. Metode Direktif
Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada anak bimbing untuk berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi. Pengarahan yang
diberikan anak bimbing adalah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan
yang dihadapi atau dialami anak bimbing.
26
Metode pengarahan ini bisa juga disebut nasehat. Pemberian nasehat dapat membentuk keamanan, mempersipakan moral, spiritual,
dan sosial anak. Nasihat yang tulus, berbekas dan penuh, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan
berfikir.
27
Dengan demikian, para guru agama Islam sebagai pendidik dan pembimbing hendaknya mengunakan metode-metode al-Qur’an dalam
upaya memberikan nasehat, peringatan dan bimbingannya untuk mempersiapkan anak-anak didik baik mengenai iman, moral maupun
membentuknya dalam segi ritual dan sosial.
25
Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, h. 54.
26
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan, h. 49.
27
Ulwan, Pendididkan Anak Dalam Islam, h. 70.
4. Metode Kelompok
Metode kelompok yaitu cara pengungkapan jiwa atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah,
diskusi, seminar, simposium, dinamika kelompok group dinamic dan sebagainya.
28
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam kelompok. Hal ini dilakukan dengan teknik-teknik:
1 Diskusi kelompok yakni pembimbing melaksanakan bimbingan
dengan cara mengadakan diskusi dengan atau bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama.
2 Sosiodrama yakni bimbingankonseling yang dilakukan dengan
cara bermain peran untuk memecahkan mencegah timbulnya masalah psikologis.
3 Group teaching yakni pemberian bimbingankonseling dengan
memberikan materi bimbingan tertentu ceramah kepada kelompok yang telah disiapkan.
29
Metode ini baru dapat berjalan dengan lancar jika berlangsung di tempat yang cukup tenang, jauh dari gangguan apapun serta tempat
tersebut cukup sehat karena cukup ventilasi udara, cahaya sinar matahari dan lampu. Dan hendaknya program bimbingan kelompok ini
mengikut sertakan dengan keluarga.
28
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan, h. 49.
29
Ibid., h. 45.
C. Pelaksanaan Shalat
1. Pengertian
Shalat menurut bahasa memiliki arti ”doa”. Sedangkan menurut istilah shalat bermakna suatu perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, dan sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
30
Praktik shalat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah
SWT
.
Hukum shalat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang muslim yang telah dewasa atau akil baligh serta normal atau tidak
gila. Seperti dalam surat al-Baqarah: 43:
اﻮ ﻴ أو ة ﱠﺼ ا
اﻮ و ةﺎآﱠﺰ ا
اﻮ آْراو ﻦﻴ آاﱠﺮ ا
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat dan tunduklah rukuk bersama-sama orang-orang yang rukuk.” QS.
al-Baqarah:43 Dari surat di atas jelas sekali bahwa Allah memerintahkan kepada
umatnya untuk melaksanakan shalat serta tunduk kepada perintah-perintah Allah bersama orang-orang yang tunduk. Selain itu Allah pun
memerintahkan kepada kita sebagai makhluknya agar senantiasa menghindari perbuatan keji dan munkar, salah satu cara mencegahnya
adalah dengan melakukan shalat. Seperti yang tertera dalam Surat al- Ankabut: 45 sebagai berikut:
ﺮﻜْﻨ ْاو ءﺎﺸْ ْا ﻦ ﻰﻬْﻨ ة ﱠﺼ ا ﱠنإ ة ﱠﺼ ا أو ...
Artinya: “Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan yang jahat keji dan yang mungkar….”
2. Macam-macam Shalat
30
Imron Abu Amar Terj., Fat-hul Qarib, Kudus: Menara, 1982, h. 72.