BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan dalam organisasinya, namun di satu pihak perusahaan juga harus membayarkan deviden
kepada para pemegang sahamnya. Semakin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya
adalah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam
perusahaan, berarti bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran deviden adalah makin kecil.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden di antaranya adalah perjanjian hutang, pembatasan dari saham preferen, tersedianya kas, pengendalian
dan kebutuhan dana untuk investasi Atmaja, 2008:291. Berdasarkan sekian banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden, maka dalam penelitian ini
hanya menggunakan faktor kesempatan investasi saja. Hal ini berasumsi berdasarkan pendapat Smith dan Watts 1992 menjelaskan contracting hypotesis
dari Jensen 1986 bahwa perusahaan yang memperoleh peluang tumbuh yang tinggi memiliki free cash flow yang rendah dan akan membayarkan deviden yang
rendah pula. Kebijakan dividen memegang peranan penting dalam menentukan nilai
perusahaan, Stockholder memandang dividen sebagai sinyal kemampuan perusahaan meningkatkan pendapatan. Namun teori dari Modgliani-Miller
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan deviden tidak relevan karena dapat menghambat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi membutuhkan lebih banyak
dana karena terdapat banyak kesempatan invesatasi. Smith dan Watts 1992, Gaver dan Gaver 1993, Kallapur dan Trombley
1999, Gul dan Kealey 1999, Adam dan Goyal 2007 telah melakukan penilaian investment Opportunity Set IOS dari tiga proksi yaitu proksi berdasar
harga price based proxies, proksi berdasar investasi investment based proxies dan proksi berdasar varian variance based proxies. Proksi berdasar harga dalam
pengukuran IOS antara lain adalah market to book value of equity MBE, market to book value of assets MBA, Tobin’s Q, earnings to price ratios EPR dan
current assets to nat sales CAONS. proksi berdasar investasi dalam pengukuran IOS antara lain adalah ratio of capital expenditure to total assets CAPBVA.
ratio of capital expenditure to firm value CAPFVA, investment to sales ratio, log of firm value. Proksi berdasar varian dalam pengukuran IOS antara lain adalah
variance of returns VAR, assets beta BETA, the variance of assets deflated sales VAS.
Kebijakan Perusahaan yang akan membagikan deviden kepada investor tentu akan sulit dilakukan manakala perusahaan dihadapkan pada kebutuhan
investasi yang tinggi. Namun hal ini bukan berarti perusahaan akan mengabaikan kebijakan pembagian devidennya. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan
cara penentuan struktur modal yang optimal. Struktur modal merupakan kombinasi pendanaan yang berasal dari ekuitas
dan hutang. Bila kebijakan pendanaan yang diambil adalah kebijakan leverage
Universitas Sumatera Utara
rendah maka biasanya perusahaan harus membayarkan deviden rendah pula agar perusahaan dapat menahan diri dari penerbitan saham baru yang membutuhkan
biaya penerbitan dan pemasaran sekuritas. Perusahaan akan menentukan struktur modalnya dengan mengevaluasi jenis investasi dan apakah kebutuhan dananya
dipenuhi dari laba ditahan atau dari hutang. Oleh sebab itu, dengan penentuan struktur modal yang optimal maka kebijakan deviden akan dapat dilakukan tanpa
mengurangi kebutuhan dana investasi perusahaan. Kesimpulannya adalah struktur modal dapat memoderasi pengaruh antara IOS terhadap kebijakan deviden.
Fenomena yang terlihat pada perusahaan manufaktur di BEI yaitu masih belum meratanya kebijakan deviden dimana perusahaan yang rutin membagikan
deviden dari tahun 2009 – 2012 hanya sebanyak 33 perusahaan atau sebesar 23,48 dari total 132 perusahaan. Selain itu, dari data perusahaan yang
membagikan deviden juga terlihat mengalami penurunan.
Hal ini mengindikasikan adanya faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah IOS dan
struktur modal. Berikut ini disajikan beberapa perusahaan yang membagikan deviden yang disajikan pada tabel 1.1 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Fluktuasi DPR
Periode 2008 – 2011 EMITEN
2009 2010
2011 2012
ASII 42.64
44.51 38.37
43.49 AUTO
44.35 44.16
29.19 BATA
41.22 46.15
54.24 47.03
BRAM 131.53
60.12 1,122.73 37.14
DLTA 44.35
108.98 113.30
88.01 DVLA
34.87 22.73
27.79 23.69
GDYR 2.03
13.31 55.87
16.71 GGRM
19.49 30.16
34.84 48.70
HMSP 48.25
52.22 141.79
69.28 INDF
26.92 33.05
6.89 12.38
INTP 20.10
25.67 26.87
22.64 KAEF
12.62 18.22
36.21 51.69
MLBI 100.76
70.31 88.09
110.57 Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan kebijakan deviden beberapa perusahaan manufaktur dari tahun 2009 – 2011.
Penurunan ini bisa saja disebabkan oleh adanya kesempatan investasi perusahaan yang tinggi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan dana
internal untuk memenuhi investasi perusahaan. Fenomena lain dapat terlihat dari hasil-hasil penelitian terdahulu. Berbagai penelitian tentang IOS telah banyak
dilakukan. Dari beberapa penelitian tentang IOS menyimpulkan hasil-hasil yang berbeda.
Subramaniam dan Marimuthu 2011 mampu membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara IOS dan kebijakan deviden. Hasil
penelitian Smith dan Watts 1992 atas hubungan IOS dengan kebijakan deviden sesuai hipotesis, bahwa perusahaan bertumbuh yang memiliki kesempatan
investasi tinggi cenderung membayarkan deviden lebih rendah dibanding
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak bertumbuh. Gaver dan Gaver 1993 juga menguji hubungan IOS dengan kebijakan deviden dengan menggunakan devidend payout ratio dan
devidend yield sebagai proksi kebijakan deviden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IOS memiliki hubungan negatif signifikan dengan devidend yield.
Fitrijanti 2000 mengutip hasil penelitian Sami et.al 1999 dimana IOS memiliki hunbungan positif signifikan terhadap devidend payout ratio. Hasil
penelitian Sadaliah dan Syafitri 2008 membuktikan bahwa IOS tidak berpengaruh terhadap deviden. Hasil penelitiannya konsisten dengan hasil
penelitian Suharli 2007 yang membuktikan bahwa IOS tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden.
Berdasarkan fenomena ini, memberi motivasi kepada peneliti untuk menguji kembali pengaruh set kesempatan investasi terhadap kebijakan deviden
pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini mengangkat isu tentang pengaruh IOS terhadap kebijakan deviden dengan struktur modal sebagai variabel
moderating dengan mengangkat judul penelitian : “Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur
Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah