dengan rasio harga dibanding laba EPR. Dari segi pertumbuhan perusahaan, biasanya investor dihadapkan pada keputusan investasinya untuk memperoleh
return di masa yang akan datang. Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi mempunyai prospek baik mempunyai EPR yang tinggi, sebaliknya perusahaan
yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai EPR yang rendah. Dari segi investor, EPR yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik
karena harga saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil.
b. Pengaruh CAPBVA terhadap kebijakan deviden
Hasil pengujian variabel CAPBVA terhadap DPR menggunakan uji t, dapat disimpulkan bahwa variabel CAPBVA berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009– 2012. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Gul dan Kealy 1999 tersebut, dimana dalam penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara CAPBVA dengan DPR.
Namun penelitian ini membuktikan bahwa CAPBVA sebagai proksi IOS memiliki hubungan negatif dengan DPR.
Hasil pengujian yang diperoleh bahwa CAPBVA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan
investasi pada aktiva tetap mempunyai pengaruh terhadap penurunan kebijakan deviden perusahaan, namun pengaruhnya belum signifikan atau kecil. Hal ini
disebabkan bahwa perusahaan yang ingin menambah investasi pada aset tetap lebih banyak menggunakan dana eksternal seperti penerbitan saham, penerbitan
Universitas Sumatera Utara
surat utang obligasi dan melakukan pinjaman kepada kreditor sehingga ketersediaan laba bersih tetap terjaga dalam proporsi pembagian deviden.
c. Pengaruh VAR terhadap DPR
Hasil pengujian variabel VAR terhadap DPR menggunakan uji t, dapat disimpulkan bahwa variabel VAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009- 2012. Hasil ini tidak dapat dibandingkan dengan penelitian terdahulu karena
belum ada penelitian terdahulu yang menggunakan proksi VAR. Namun penelitian ini membuktikan bahwa VAR sebagai proksi IOS memiliki hubungan
negatif dengan DPR walaupun tidak signifikan. Hasil pengujian yang diperoleh bahwa VAR berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap DPR menunjukan bahwa variasi dari pergerakan harga saham yang membentuk VAR sedikit mempengaruhi penurunan kebijakan deviden
perusahaan namun pengaruhnya sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya persepsi investor yang lebih mengutamakan return saham berupa capital gain dari
pada deviden. VAR terbentuk dari variansi-variansi return saham yang menggambarkan resiko individu yang dapat dideversifikasi. Semakin tinggi VAR
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki resiko saham yang tinggi namun memiliki tingkat pengembalian return yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan
paradigma investasi yang menyebutkan “hight return and hight risk”. Jika dikaitkan dengan teori kebijakan deviden tampaknya hasil penelitian ini dapat
menjelaskan teori kebijakan deviden tax differential theory yang menjelaskan bahwa sebagian besar investor masih lebih suka penahanan pendapatan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk investasi kedepan dari pada pembayaran deviden tunai. Pendapatan yang ditahan dalam perusahaan akan meningkatkan harga saham,
tetapi peningkatan tersebut tidak dipajak hingga saham dijual. d. Pengaruh Variabel Moderating Struktur Modal
Setelah pengujian hipotesis kedua dilakukan, maka dilakukan pengujian kembali menggunakan variabel moderating yakni struktur modal. Pengujian
hipotesis kedua ini menggunakan uji selisih mutlak metode residual, disimpulkan bahwa variabel struktur modal memiliki pengaruh negatif terhadap
nilai absolute residual. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa variabel struktur modal merupakan variabel moderating yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara EPR, CAPBVA dan VAR terhadap DPR perusahaan Manufaktur di BEI. Hasil penelitian ini mendukung teori struktur modal yakni
trade off theory yang dipelopori oleh Myers 1977 bahwa perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak dari
tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan. Artinya dengan penggunaan hutang maka ada dua manfaat yang akan diperoleh perusahaan yakni manfaat
pajak dan manfaat investasi. Manfaat pajak diperoleh perusahaan sebagai akibat dari adanya hutang yang menimbulkan biaya yang dapat mengurangi Penghasilan
Kena Pajak PKP dalam perhitungan tarif pajak badan, sedangkan manfaat investasi diperleh perusahaan karena dengan adanya hutang maka kebutuhan
modal untuk investasi akan semakin bertambah.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa struktur modal memoderasi variabel EPR, CAPBVA, VAR terhadap kebijakan deviden. Implikasi dari hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini yaitu struktur modal merupakan faktor yang diperhitungkan dalam melakukan kebijakan deviden.
Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki Investment opportunity set yang tinggi akan tetapi tetap dapat membagikan
devidennya maka cara yang dapat ditempuh adalah mengkombinasikan sumber modal yang berasal dari dana internal laba ditahan dan sumber dana eksternal
hutang. Penambahan hutang tentu saja akan membantu perusahaan menyediakan sumber modal baru tanpa mengurangi laba bersih yang akan dibagikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN