dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Sedangkan modal eksternal diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek.
2.1.2.2. Teori Struktur Modal DER
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur struktur modal tersebut
maka dapat digunakan beberapa teori yang menjelaskan struktur modal dalam suatu perusahaan.
a. Trade Off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers 1977, “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana
penghematan pajak tax shields dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan financial distress”. Biaya kesulitan keuangan Financial
distress adalah biaya kebangkrutan bankruptcy costs atau reorganization, dan biaya keagenan agency costs yang meningkat akibat dari
turunnya kredibilitas suatu perusahaan Asnawi danWijaya, 2005:121. Husnan 2005:231 mengatakan bahwa “secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa Trade Off menganut pola keseimbangan antara keuntungan penggunaan dana dari utang dengan tngkat bunga yang tinggi dan biaya
kebangkrutan”. Sundjaya dan Barlian 2002:242 menjelaskan bahwa ”struktur modal
yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan
Universitas Sumatera Utara
pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bunga atas pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendpatan
kena pajak”. Brigham dan Weston, 1999:431 teori trade off memberi 3 pernyataan
penggunaan utang yang dapat digunakan untuk menentukan secara pasti struktur modal optimal setiap perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan dengan resiko lebih tinggi, diukur dengan variabelitas retur atas
aktiva perusahaan, harus meminjam lebih sedikit dari pada perusahaan dengan resiko lebih rendah. Semakin tinggi variabelitas, semakin tinggi
kemungkinan tekanan finansial pada setiap tingkat resiko utang, semakin tinggi espektasi biaya tekanan finansial. Dengan demikian, perusahaan
dengan resiko bisnis yang lebih rendah dapat meminjam lebih banyak sebelum biaya tekanan finansial menyerap habis keuntungan pajak dari utang.
2. Perusahaan yang operasinya menggunakan aktiva berwujud, aktiva yang
memiliki pasar misalnya real estate dapat meminjam lebih banyak dari pada perusahaan yang nilainya terutama berasal dari aktiva tak berwujud, misalnya
paten dan goodwill. Aktiva spesifik, aktiva tidak berwujud, dan peluang pertumbuhan akan kehilangan nilainya jika tekanan finansial terjadi
dibanding dengan aktiva berwujud standar. 3.
Perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi, yang kemungkinan berlanjut pada masa yang akan datang dapat meminjam lebih banyak daripada
perusahaan dengan tarif pajak dan prospek pajak yang lebih rendah. Tarif pajak yang tinggi menyebabkan keuntungan yang lebih besar daripada
Universitas Sumatera Utara
pendanaan dengan utang, sehingga perusahaan dengan tarif pajak yang lebih tinggi dapat meminjam lebih banyak, hal lain dianggap sama, sebelum
keuntungan pajak diserap oleh biaya tekanan finansial dan biaya keagenan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
teori trade off mengindikasikan setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan
marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi itu nilai
perusahaan menjadi maksimum. Teori Trade Off juga menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan
biaya tekanan finansial dari penambahan utang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan utang di trade off saling tukar antara satu sama lain. Tekanan
finansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki utang, perusahaan yang bebas dari utang biasanya tidak mengalami tekanan finansial.
b. Pecking Order Theory