elemen jamur sudah terlihat, pembesaran dapat dinaikkan agar pemeriksaan lebih detil.
3 Pemeriksaan dengan larutan Lactophenol Cotton Blue
Teknik pemeriksaan sama dengan pemeriksaan dengan larutan KOH 4
Pemeriksaan dengan pewarnaan Gram Diperlukan larutan karbol-gentianviolet, larutan jodium, alkohol 95 dan
larutan safranin. Bahan pemeriksaan yang didapat diletakkan pada gelas objek, lalu direkatkan dengan api, dan biarkan dingin terlebih dahulu. Pulas dengan
larutan karbol-gentianviolet selama 60 detik, lalu cuci dengan air suling. Kemudian pulas dengan larutan jodium selama 30 detik dan cuci dengan aquadest.
Tambahkan alkohol 95 hingga tidak ada warna violet yang dilepaskan oleh sediaan, kemudian cuci dengan air suling. Pulas dengan larutan safranin selama
10 detik, kemudian cuci dengan aquadest dan biarkan kering di udara. Periksa sediaan dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran rendah objektif
10x, dikurangi sinar yang masuk agar terlihat lebih kontras. Bila elemen jamur sudah terlihat, pembesaran dapat dinaikkan 20-40x.
5 Interprestasi hasil
Elemen jamur dermatofit : terlihat hifa dan spora Kandida : terlihat sel yeast, dengan atau tanpa pseudohifa
Malassezia furfur : terlihat spora berkelompok
b. Pemeriksaan Kultur
25-27
Ada 3 media biakan yang digunakan secara luas, yaitu:
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
1 Agar Sabouraud
Agar Sabouraud disebut sebagai media universal karena dapat digunakan untuk mengisolasi semua jenis jamur.
2 Modifikasi Agar
Sabouraud Media yang mengandung kloramfenikol dan sikloheksimid, merupakan
media selektif untuk mengisolasi dermatofit karena dapat mencegah pertumbuhan kontaminan seperti bakteri dan jamur lainnya. Sedangkan
modifikasi yang tidak mengandung sikloheksimid merupakan media selektif untuk mengisolasi kandida karena beberapa jenis kandida sensitif
terhadap zat tertentu. 3
Media DTM Dermatophyte Test Medium Media ini mengandung merah fenol yang merubah warna medium dari
warna kuning menjadi merah karena adanya metabolit alkalin oleh koloni dermatofit.
c. Tes fermentasi dan utilisasi
Dilakukan untuk menentukan spesies kandida. Digunakan gula-gula yang mengandung indikator warna : glukosa, maltosa, sukrosa dan laktosa. Fermentasi
positif dapat disertaitanpa pembentukan gas. Pada tes utilisasi digunakan glukosa, maltose, sukrosa, laktosa, galaktosa, etanol dan arbutin.
2.1.4. Pengobatan Dermatomikosis Superfisialis
a. Obat Antijamur Topikal
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat topikal terbagi atas :
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
1 Bahan kimia antiseptik : mempunyai sifat antibakteri dan antijamur ringan
serta bersifat mengeringkan, misalnya gentian violet 1, castellani paint.
28
2 Bahan keratolitik : bahan yang meningkatkan eksfoliasi stratum korneum,
misalnya salap Whittfield, asam undesilinat krim dan bedak 3 3
Golongan polyene, yaitu nistatin, efektif untuk pengobatan topikal kandidiasis.
4 Golongan azol : mekanisme kerja obat dengan cara menghambat enzim 14
g demetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.
29
5 Golongan alilamin : menghambat enzim epoksidase skualen pada proses
pembentukan ergosterol membran sel jamur, misalnya naftifin, butenafin, terbinafin.
30
6 Lain-lain : merupakan anti jamur spektrum luas, antara lain : tolnaftat,
efektif untuk dermatofitosis dan tinea versikolor. Siklopiroksolamin, mempunyai efek antiinflamasi, bekerja dengan menghambat respirasi
jamur dan merusak dinding sel jamur, vioform 3, selenium sulfida 2,5.
28
b. Obat Anti Jamur Sistemik