Menurut Bramono K. studi terbaru terhadap 169 penderita yang terinfeksi HIV, menunjukkan 157 kejadian penyakit karena jamur. Kandidiasis adalah
infeksi paling sering ditemui, mengenai 83 penderita atau 54,7 diikuti dengan malasseziosis sebanyak 40,1 dan dermatofitosis sebesar 5.
9
Penelitian tentang mikosis superfisialis pada penderita HIV positif di Yaonde, Kamerun mendapatkan prevalensi yang terbanyak kandidosis oral 77
diikuti tinea korporis 21, tinea versikolor 15, tinea pedis 13 dan tinea unguium 12.
10
Data infeksi jamur superfisialis pada penderita HIV di Medan, khususnya RSUP H.Adam Malik sampai saat ini belum ada, maka saya ingin meneliti
tentang ini.
1.2. Rumusan Masalah
Adakah hubungan kadar CD4 dengan infeksi jamur superfisialis pada penderita HIV?
1.3. Hipotesis
Ada hubungan antara kadar CD4 dengan infeksi jamur superfisialis pada penderita HIV.
1.4. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kadar CD4 dengan infeksi jamur superfisialis pada penderita HIV di RSUP H.Adam Malik.
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kadar CD4 penderita HIV yang mengalami infeksi
jamur superfisialis b.
Untuk mengetahui karakteristik infeksi jamur superfisialis pada penderita HIV di RSUP H.Adam Malik
c. Untuk mengetahui spesies jamur penyebab infeksi jamur superfisialis
pada penderita HIV di RSUP H.Adam Malik
1.5. Manfaat Penelitian
a. Dengan mengetahui hubungan kadar CD4 dengan infeksi jamur
superfisialis maka dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya infeksi jamur akibat menurunnya kadar CD4 pada penderita HIV
b. Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi Jamur Superfisialis Dermatomikosis Superfisialis
Infeksi jamur pada manusia dapat terjadi secara superfisial, subkutan, atau sistemik. Penyakit jamur pada penderita imunokompromais dapat digolongkan
menjadi infeksi jamur superfisialis dan infeksi jamur invasif. Infeksi jamur superfisialis yang sering dijumpai adalah dermatofitosis, malasseziosis dan
kandidiasis superfisial.
11
2.1.1. Patogenesis Infeksi Jamur
Pada waktu menginvasi pejamu, jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa, serta menembus jaringan pejamu. Selanjutnya
jamur harus mampu bertahan di dalam lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu serta biokimia pejamu untuk dapat berkembang biak dan
menimbulkan reaksi jaringan atau radang.
12-14
Kemampuan jamur untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan pejamu, dan kemampuan mengatasi
pertahanan seluler, merupakan dua mekanisme terpenting dalam patogenesis penyakit jamur.
14
a. Mekanisme imun nonspesifik
Mekanisme imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama terhadap infeksi jamur.
14,15
Respon radang merupakan mekanisme pertahanan nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat
dua unsur reaksi radang, yaitu produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
bersifat toksik terhadap invasi organisme, antara lain lisozim, sitokin, interferon, komplemen, dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen seluler,
seperti netrofil dan makrofag, basofil, sel mas, eosinofil, trombosit dan sel natural killer.
14
Respon seluler pada peradangan dimulai oleh lekosit PMN. Terjadinya kemotaksis dirangsang oleh faktor yang dikeluarkan oleh jaringan yang rusak.
Fungsi utama netrofil ialah fagositosis. Komplemen bekerja sebagai opsonin. Jika komplemen C3 disajikan pada permukaan sel mikroba dengan melekatkan pada
reseptor C3 netrofil, akan memudahkan terjadinya fagositosis. Setelah fagositosis, metabolisme oksidatif dibentuk oleh netrofil, yang penting dalam mekanisme
fungisida.
14
Makrofag mencerna dan memproses antigen sebelum disajikan pada limfosit. Sel granulosit yang lain juga penting dalam pembentukan dan pengaturan
respon radang. Degranulasi sel mas dan basofil mengakibatkan keluarnya bahan- bahan aktif seperti kemotaktor dan enzim yang penting dalam pembentukan dan
pengaturan respon radang.
14,16
Sistem komplemen mempunyai peranan pengaturan yang kompleks dalam respon radang, dan dapat diaktifkan melalui jalur klasik dan alternatif. Pada jalur
alternatif, membran sel jamur dan endotoksin mengaktivasi komplemen sebagai bagian dari respon imun nonspesifik. Pada jalur klasik, terjadi ikatan antara
antibodi dengan permukaan antigen sel mikroba yang memulai sistem komplemen sebagai bagian dari respon imun spesifik. Faktor-faktor ini menyebabkan
terjadinya konversi dari komplemen C3 menjadi C3b, dan mulai terjadi lisis.
14,16
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
b. Mekanisme imun spesifik
Limfosit T dan limfosit B merupakan sel yang berperan penting pada pertahanan spesifik.
16
Imunitas seluler sangat penting pada infeksi jamur. Bila suatu antigen menginvasi pejamu pertama kali, sejumlah limfosit akan
mengikatnya. Kontak ini kemudian mengawali terjadinya pembagian limfosit, membentuk populasi sel-sel yang besar dengan tempat berikatan spesifik dan
sama. Limfosit B mengikat antigen permukaan sel di beberapa tempat berlainan, dan membedakannya dalam sel plasma pembentuk antibodi. Antibodi dan limfosit
B tampaknya tidak berperan penting dalam mengatasi invasi jamur.
14
Limfosit T beredar secara tetap. Bila terjadi kontak dengan antigen jamur patogen, akan merangsang terjadinya diferensiasi dan proliferasi sel membentuk
populasi sel T yang spesifik. Sel ini terdiri atas sel efektor dan sel memori. Sel memori tinggal dalam sirkulasi untuk beberapa tahun dan akan mencetuskan
respon yang cepat apabila terjadi paparan dengan antigen.
14
Sel T-helper Th berfungsi sebagai provisi berbagai faktor yang diperlukan untuk maturasi sel B dan memproduksi antibodi. Terjadinya infeksi
dermatofit kronis berkaitan dengan respon limfosit T yang buruk terhadap antigen jamur spesifik. Dan hal ini juga berkaitan dengan terjadinya respon klinis yang
buruk.
14
Sistem imun pejamu merupakan faktor penting bagi terjadinya infeksi jamur pada manusia. Penderita imunokompromais, seperti penderita terinfeksi
HIV, mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari tubuh sendiri maupun yang nosokomial dibanding dengan yang tidak
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
imunokompromais. Pada penderita HIV, terjadi penurunan sel T CD4 disebabkan oleh kematian yang dipengaruhi oleh HIV. Setelah infeksi akut, terjadi masa
asimtomatik dimana penurunan CD4 secara lambat dan penurunan CD4 semakin tajam pada stadium lanjut. Menurut sebagian peneliti, infeksi jamur dapat timbul
sejalan dengan menurunnya jumlah CD4.
17
Acquired immunodeficiency syndrome ditandai oleh menurunnya imunitas seluler yang berat yang mempermudah terjadinya infeksi oportunistik.
18
2.1.2. Gambaran Klinis
Menurut penelitian di Yaonde, Kamerun, mikosis superfisialis pada penderita HIV yang terbanyak adalah kandidiasis oral, tinea korporis, tinea
versikolor, tinea pedis dan tinea unguium.
10
Mikosis superfisialis yang merupakan infeksi oportunistik adalah kandidiasis oral dan tinea versikolor, di mana
penyebabnya merupakan flora normal yang terdapat pada mukosa dan kulit.
9,13
a. Kandidiasis Oral oral trush
Pada selaput lendir mulut tampak bercak-bercak putih kekuningan yang timbul dari dasar selaput lendir yang merah yang disebut pseudomembran.
Pseudomembran ini dapat meluas sampai menutupi lidah dan palatum mole. Lesi- lesi ini dapat terlepas dari selaput lendir sehingga dasarnya tampak merah dan
mudah berdarah.
19
Penderita mengeluh sakit, terutama waktu tersentuh makanan. Kandidiasis oral merupakan manifestasi yang paling umum, dini dan
sering tanda permulaan dari infeksi HIV. Limfosit CD4 kurang dari 200 selµL merupakan faktor resiko terjadinya kandidiasis oral, sedang bila kurang dari 100
Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009
USU Repository © 2008
selµL akan timbul juga kandidiasis kuku.
20
Tampak seperti oral trush khas yang berhubungan dengan hairy leucoplakia atau mengenai esophagus. Tiga bentuk
tersering kandidiasis oral yang berhubungan dengan infeksi HIV adalah kandidiasis pseudomembran akut, kandidiasis atrofi akut dan kheilosis kandida
perleche
19,21
b. Tinea Korporis