Patogenesis Infeksi Jamur Infeksi Jamur Superfisialis Dermatomikosis Superfisialis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Jamur Superfisialis Dermatomikosis Superfisialis

Infeksi jamur pada manusia dapat terjadi secara superfisial, subkutan, atau sistemik. Penyakit jamur pada penderita imunokompromais dapat digolongkan menjadi infeksi jamur superfisialis dan infeksi jamur invasif. Infeksi jamur superfisialis yang sering dijumpai adalah dermatofitosis, malasseziosis dan kandidiasis superfisial. 11

2.1.1. Patogenesis Infeksi Jamur

Pada waktu menginvasi pejamu, jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit dan mukosa, serta menembus jaringan pejamu. Selanjutnya jamur harus mampu bertahan di dalam lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu serta biokimia pejamu untuk dapat berkembang biak dan menimbulkan reaksi jaringan atau radang. 12-14 Kemampuan jamur untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan pejamu, dan kemampuan mengatasi pertahanan seluler, merupakan dua mekanisme terpenting dalam patogenesis penyakit jamur. 14 a. Mekanisme imun nonspesifik Mekanisme imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama terhadap infeksi jamur. 14,15 Respon radang merupakan mekanisme pertahanan nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur. Terdapat dua unsur reaksi radang, yaitu produksi sejumlah komponen kimia yang larut dan Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 bersifat toksik terhadap invasi organisme, antara lain lisozim, sitokin, interferon, komplemen, dan protein fase akut. Unsur kedua merupakan elemen seluler, seperti netrofil dan makrofag, basofil, sel mas, eosinofil, trombosit dan sel natural killer. 14 Respon seluler pada peradangan dimulai oleh lekosit PMN. Terjadinya kemotaksis dirangsang oleh faktor yang dikeluarkan oleh jaringan yang rusak. Fungsi utama netrofil ialah fagositosis. Komplemen bekerja sebagai opsonin. Jika komplemen C3 disajikan pada permukaan sel mikroba dengan melekatkan pada reseptor C3 netrofil, akan memudahkan terjadinya fagositosis. Setelah fagositosis, metabolisme oksidatif dibentuk oleh netrofil, yang penting dalam mekanisme fungisida. 14 Makrofag mencerna dan memproses antigen sebelum disajikan pada limfosit. Sel granulosit yang lain juga penting dalam pembentukan dan pengaturan respon radang. Degranulasi sel mas dan basofil mengakibatkan keluarnya bahan- bahan aktif seperti kemotaktor dan enzim yang penting dalam pembentukan dan pengaturan respon radang. 14,16 Sistem komplemen mempunyai peranan pengaturan yang kompleks dalam respon radang, dan dapat diaktifkan melalui jalur klasik dan alternatif. Pada jalur alternatif, membran sel jamur dan endotoksin mengaktivasi komplemen sebagai bagian dari respon imun nonspesifik. Pada jalur klasik, terjadi ikatan antara antibodi dengan permukaan antigen sel mikroba yang memulai sistem komplemen sebagai bagian dari respon imun spesifik. Faktor-faktor ini menyebabkan terjadinya konversi dari komplemen C3 menjadi C3b, dan mulai terjadi lisis. 14,16 Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008

b. Mekanisme imun spesifik