Tinea Kruris Onikomikosis Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan

Menurut Rajesh R, Subramaniam K, Padmavathy BK, Vasanthi S 2006 di India, tinea korporis cenderung lebih luas dan awalnya selalu tinea kruris yang meluas dari sela paha ke badan. Bentuk tinea yang luas terjadi dalam iklim panas yang lembab dan bisa tampak pada semua tingkat imunosupresi. 39 Namun pada penelitian ini, hanya seorang penderita yang disertai tinea kruris. Menurut penelitian Sentami Selvi dkk dan penelitian Kumarasamy dkk di India, tidak ada perbedaan gambaran klinis dermatofitosis pada populasi terinfeksi HIV. 39,43

c. Tinea Kruris

Lokasi tinea kruris biasanya di daerah genitokrural atau sisi medial paha atas, dapat asimetri atau bilateral. 44 Pada penelitian ini lokasi lesi di lipat paha dan seorang penderita memiliki lesi meluas ke paha dan daerah bokong. Lesi tinea kruris dengan efloresensi makula hiperpigmentasi dan skuama halus ditemukan pada kedua subyek, seorang di antaranya disertai tinea korporis dan tinea fasialis. Dalam penelitian oleh Rajesh R, Subramaniam K, Padmavathy BK, Vasanthi S di India 2006 juga ditemukan beberapa pasien memiliki keterlibatan yang luas, yang meluas dari sela paha ke paha, gluteal dan abdomen bawah, dan tinea kruris selalu mengawali terjadinya tinea korporis. 39

d. Onikomikosis

Onikomikosis dapat mengenai kuku jari tangan maupun kuku jari kaki. Pada penelitian ini ditemukan 2 penderita onikomikosis pada kuku jari tangan. Seorang Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 penderita mengalami onikomikosis pada kuku jari kedua, ketiga dan keempat tangan kanan, dan seorang penderita mengalami infeksi pada kesepuluh jari tangannya. Lesi onikomikosis berupa bercak keputihan dipermukaan kuku bagian proksimal ditemukan pada seorang subyek, dan seorang subyek memiliki efloresensi berupa onikolisis dan hiperkeratosis subungual distal disertai warna kuku kekuningan. Menurut Diova N, Mosam A 2004 bahwa tinea unguium pada pasien HIV sering melibatkan kuku jari kaki 8,9 dan 3,6 hanya mengenai jari lain. 41 Namun dalam penelitian ini tidak ditemukan onikomikosis pada kuku jari kaki. Pada penelitian ini ditemukan onikomikosis superfisial putih proksimal pada beberapa jari tangan dan onikomikosis subungual distal. Menurut kepustakaan, onikomikosis superfisial putih proksimal dan keterlibatan peri-ungual adalah yang paling lazim pada penderita HIV, dan cenderung menyebar melibatkan beberapa jari tangan dan jari kaki akibat jumlah CD4 yang menurun. 41 Menurut penelitian Cribier B dkk 1998 di Perancis, onikomikosis dapat terlihat pada tahap awal infeksi HIV, tetapi keterlibatan 10 atau 20 kuku lebih lazim pada tahap lanjut. 45 Goodman dkk menemukan onikomikosis subungual proksimal adalah bentuk onikomikosis yang paling lazim, 39 berbeda dengan hasil penelitian ini. Sedangkan Kaviarasan dkk di India 2002 melaporkan semua tipe onikomikosis dalam penelitian mereka. 39 Pada penelitian ini subyek yang mengalami onikomikosis memiliki kadar CD4 26 sel µL dan 27 selµL. Korting dkk mencatat bahwa frekuensi onikomikosis Sri Yusfinah Masfah Hanum : Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis Pada Penderita HIV Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 lebih tinggi dalam tahap terminal infeksi HIV, seperti yang diamati juga oleh Daniel dkk. 45

e. Tinea Fasialis