Break Even Point Analysis Analisa Titik Impas

BCR merupakan nisbah manfaat biaya yang sering digunakan untuk mengukur kelayakan suatu proyek. Pada BCR yang dilihat adalah perbandingan antara nilai tunai penerimaan dengan nilai tunai pengeluaran atau biaya. PC PV C B = Oleh karena NPV adalah selisih antara PV dan PC, maka antara NPV dan BC terdapat hubungan sebagai berikut: NPV 0, maka BC 1 NPV 0, maka BC 1 NPV = 0, maka BC = 1 Proyek dikatakan layak bila BC ≥ 1, atau 1 BCR 2 karena bila BCR1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, dan bila BCR2 dikenal dengan situasi overheating yang berbahaya bagi perekonomian karena dapat menyebabkan inflasi

2.9.4. Break Even Point Analysis Analisa Titik Impas

Suatu studi kelayakan harus dapat menetapkan titik pulang pokok Break Even Point. Sebagai masukan dalam perencanaan dan sebagai alat kendali dalam pengoperasian perusahaan, perlu diketahui pada kapasitas produksi berapakah paling rendah agar perusahan tidak merugi. Pada kapasitas tersebut perusahaan tidak merugi dan tidak berlaba. Kapasitas tersebut disebut Break Even Point BEP dimana pendapatan sama dengan pengeluaran TR = TC Biaya-biaya dapat dikategorikan atas: Universitas Sumatera Utara a. Biaya berubah variabel cost, yaitu biaya yang besarnya tergantung kepada banyaknya produksi seperti biaya bahan, sebagian besar biaya energi, sebagian besar biaya perawatan, sebagian sewa-sewa dan upah karyawan lepas. Biaya berubah umumnya diasumsikan fungsi linear: y = ax dimana x = jumlah produksi b. Biaya tetap fixed cost, yaitu biaya yang besarnya tetap walaupun tidak ada produksi, seperti gaji karyawan tetap, depresiasi, amortisasi, asuransi, PBB, seluruh atau sebagian sewa-sewa, sebagian biaya energi, sebagian biaya perawatan. Biaya tetap merupakan konstanta: y = b Total biaya seluruhnya menjadi: y = ax + b ......................................................1 Apabila penjualan perunit produksi diasumsikan konstan maka hasil penjualan juga merupakan garis lurus: y = sx .............................................................2 Perpotongan antara persamaan 1 dan 2 merupakan titik impas BEP yang ditunjukkan oleh Gambar 3. Universitas Sumatera Utara Rp x Rugi Laba BEP penjualan y = sx total biaya b biaya tetap b biaya berubah y Gambar 3. Grafik Titik Impas BEP Apabila kapasitas produksi lebih kecil dari BEP maka perusahaan akan merugi dan apabila kapasitas di atas BEP maka perusahaan akan berlaba. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi yaitu di divisi Pendidikan Lingkungan Hidup PLH dan areal parkir sepeda motor pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK Medan, jl. Setia Budi No. 75 Helvetia Medan. Devisi PLH PPPPTK Medan adalah bagian yang menangani masalah lingkungan, dimana telah memiliki fasilitas untuk pengolahan sampah. Sampah- sampah atau limbah yang dihasilkan oleh aktivitas departemendevisi di lingkungan PPPPTK Medan semuanya telah dikelola dengan baik. Sampah organik seperti rumput, daun, sisa makanan dari katering dan kantin telah diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, karton, logam, plastik di daur kembali atau dimanfaatkan kembali. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari alam, memiliki rasio perbandingan dengan sampah anorganik sebesar 2,21:1 Zulfi, 2000. Sampah organik selama ini belum dikelola secara maksimal oleh masyarakat untuk dijadikan pupuk kompos. Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota Medan, perbandingan sampah organik dan anorganik dapat dilihat pada Tabel 3. Universitas Sumatera Utara