BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Masalah
Masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain
masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Sampah apabila tidak ditangani secara baik dan benar dari sumber sampah, maka akan menimbulkan masalah terhadap
kesehatan, sosial, ekonomi dan keindahan. Dewasa ini pertumbuhan penduduk khususnya di kota berjalan dengan pesat
sekitar 36, pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 52 atau sebanyak 40 juta jiwa Muchtar, 1993; Kusbiantoro, 1993.
Pesatnya pertumbuhan penduduk di kota – kota besar di Indonesia selain membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota – kota menjadi pusat
kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa dampak terhadap meningkatnya biaya sosial, sehingga pada akhirnya kawasan perkotaan akan sampai
pada tingkat skala disekonomi kemunduran ekonomi. Hal ini merupakan akibat terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup perkotaan berupa kebisingan,
kemacetan lalu lintas, pencemaran air, udara dan tanah yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik PBS jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah
yang dihasilkan tersebut diperkirakan sebesar 4,2 akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir TPA, sebanyak 37,6 dibakar, dibuang ke sungai sebesar 4,9
dan tidak tertangani sekitar 53,3. Dari sekitar 53,3 sampah yang tidak ditangani dibuang dengan cara tidak saniter dan menurut perkiraan National Urban
Development Srtategy NUDS tahun 2003 rata – rata volume sampah yang dihasilkan per orang sekitar 0,5 – 0,6 kghari.
Sebagai contoh Kota Medan merupakan kota inti di Sumatera Utara mempunyai beban volume sampah yang diproduksi penduduk sebesar 5.710 m3hari.
Dari produksi sampah tersebut yang mampu diangkut oleh Dinas Kebersihan kota Medan baru 68, sedangkan 32 belum terangkut. Masalah utama sektor
persampahan di kota Medan adalah masih banyaknya illegal dumping Profil Kota Medan, 2004.
Sampah sebagai hasil buangan dari kegiatan produksi dan konsumsi manusia baik dalam bentuk padat, cair, maupun gas merupakan sumber pencemaran
lingkungan hidup yang dapat menyebabkan disekonomi kemerosotan ekonomi kawasan perkotaan. Permasalahan dalam penanganan sampah terjadi karena
ketidakseimbangan antara produksi dengan kemampuan dalam pengelolaannya, volume sampah terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perubahan
kualitas hidup dan dinamika kegiatan masyarakat. Sampah yang tidak dikelola inilah penyebab terjadinya gangguan kesehatan karena menjadi sarang penyakit, menjijikan
Universitas Sumatera Utara
dan menimbulkan bau yang tidak sedap, banjir, pencemaran tanah, air dan berkurangnya nilai kebersihan dan keindahan lingkungan.
Pilosofis pengelolaan sampah selama ini adalah dikumpulkan, ditampung di Tempat Penampungan Sementara TPS dan akhirnya dibuang ke Tempat
Penampungan Akhir TPA. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di setiap lini rumah tangga, TPS dan TPA. Secara internal keadaan ini disebabkan oleh
kurang tersedianya sarana dan prasarana pengumpulan, keterbatasan armada personil kebersihan dan sulitnya mencari lembaga swadaya yang dapat bermitra dengan
pemerintah dalam penanganan sampah secara baik. Adanya keterbatasan lahan yang dapat dipergunakan sebagai TPA karena makin sulitnya memperoleh ruang yang
pantas dan jaraknya semakin jauh dari pusat kota maupun pusat pemukiman, serta diperlukan dana yang besar untuk pembebasan lahan TPA.
Dari berbagai pengamatan 70 - 80 sampah yang dihasilkan adalah sampah organik rumah tangga yang berasal dari kegiatan dapur maupun dari pekarangan.
Setiap rumah tangga dimanapun bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan Ananta, 1997.
Fakta yang terlihat sehari-hari menunjukkan bahwa umumnya sampah- sampah organik dikumpulkan kemudian dibakar. Bila ini dipertahankan maka hasil
pembakaran tersebut berdampak pada kerusakan lingkungan yang akhirnya berkontribusi pada pemanasan global seperti yang telah dirasakan saat ini.
Pengolahan sampah merupakan suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi sesuatu yang bermanfaat, antara lain dengan cara
Universitas Sumatera Utara
pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan Dirjen Cipta Karya, 1998.
Sadoko 1993, mengatakan upaya pengelolaan sampah kota yang lebih baik berdasarkan pada usaha penanganan sampah sedini mungkin, sedekat mungkin dari
sumbernya dan sebanyak mungkin mendayagunakan kembali sampah. Ditinjau dari segi ekonomi usaha pengomposan sampah kota khususnya
sampah organik menjadi pupuk kompos memiliki nilai ekonomis, disamping pupuk kompos dimanfaatkan untuk tanaman organik yang sudah menjadi kebutuhan
manusia saat ini. Disamping itu dengan menghasilkan pupuk kompos dari sampah organik akan mengurangi kerusakan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia
yang selama ini banyak digunakan petani. Saat ini penanganan sampah organik menjadi pupuk kompos beragam cara
dilakukan oleh masyarakat. Pengolahan sampah organik diantaranya adalah pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos secara konvensional windrow,
dan pengolahan sampah organik menggunakan berbagai metode baik secara aerobik maupun anerobik.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang perancangan sistem yang bisa memisahkan sampah organik dan anorganik dan pengolahan sampah
organik menjadi pupuk kompos secara massal yang layak untuk dikembangkan baik secara teknis maupun ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
1.2 . Perumusan Masalah