Pengelolaan Hutan Tanaman Industri

28 tebang habis. Sedangkan tingkat intensifikasi diukur menurut jumlah kegiatan dan uang yang ditanam dalam tiap satuan luas atau dalam tiap satuan hasil. Kegiatan mencakup pemeliharaan jenis pengadaan sumber benih, pengaturan jarak tanam, pemangkasan, penjarangan dan lama rotasi. Pengelolaan tanah dan perlindungan tanaman tidak tersebut sebagai bahan hakiki silvikultur intensif. Pada akhir tahun 1980-an industri pulp dan kertas mulai berkembang. Perkembangan ini dipercepat oleh subsudi pemerintah yang besar. Pada tahun 1988 hingga 2001 produksi pulp meningkat sepuluh kali lipat dari 606.000 kg menjadi 6, 1 juta tontahun, dan tahun 2008 menjadi 4.784.733 ton, Departemen Kehutanan, 2010. Sementara produksi kertas tahun 1988 sebesar 2,1 juta ton meningkat tujuh kali lipat pada tahun 2001 yaitu menjadi 8,3 juta ton Scotland, 1999. Pembangunan HTI menurut Kartodiharjo dan Supriono 2000, dilaksanakan baik secara mandiri, maupun dikaitkan dengan hak pengusahaan hutan HPH yang sudah ada. Pembangunan HTI yang dilaksanakan secara mandiri dapat berupa HTI Pulp dan HTI PerkakasPertukangan. Sedangkan pembangunan HTI yang dikaitkan dengan HPH biasanya menanam kayu perkakaspertukangan.

2.2. Pengelolaan Hutan Tanaman Industri

Minat investor masih sangat besar untuk menanamkan modalnya di bisnis HTI, terbukti selama tahun 2008, Departemen Kehutanan telah mengeluarkan 23 izin baru untuk perusahaan HTI dengan nilai investasi mencapai Rp 35,311 triliun. Tentu saja, mereka akan menanamkan modalnya sesuai dengan masa konsesi yang diberikan Universitas Sumatera Utara 29 pemerintah. Tak tanggung-tanggung, seluruh perusahaan ini dapat menampung pekerja sebanyak 193.551 orang. http :www. kontan.co.id Nasional.htm. Labay 2009, menyatakan bahwa untuk terwujudnya industri pulp yang berbasis pada hutan tanaman industri perlu dilakukan beberapa strategi, yaitu pengembangan produktivitas hutan tanaman industri, pengembangan produktivitas industri pulp serta pengembangan kawasan sentra produksi hutan tanaman industri. Selain itu juga perlu dilakukan penguatan daya saing industri pulp dengan penciptaan produksi bersih dan bersertifikat ekolabel, disertai dengan pemberdayaan masyarakat. Namun hal yang tidak kalah penting adalah pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan pengawasan dan pengendalian yang ketat. Menurut Tarumingken 2005, berkembangnya teknologi pulp dan kertas menyebabkan permasalahan jenis bahan baku kayu tidak menjadi permasalahan pokok. Permasalahan jenis kayu kebanyakan berkaitan dengan kecocokan jenis kayu terhadap tanah tempat tumbuh dan lingkungan tanah, iklim, pH tanah, kadar air, dll, lamanya daur cutting cycle dan besarnya riap mean annual increment dari jenis-jenis kayu yang ditanaman. Masyarakat Jepara mengelola hutan dengan tanaman utama adalah pohon jati, sedangkan di daerah Bogor karena masyarakatnya merupakan pengrajin bambu, maka mereka mengelola tanaman industri dengan tanaman utama bambu. Hal ini berbeda dengan daerah Riau dengan indsutri pulp dan rayon, perusahaan RAPP mengelola industri dengan Tanaman Eucalyptus spp. Sementara Damanik 2003, menjelaskan bahwa PT.TPL Tbk bersama-sama dengan rakyat dengan sistem plasma membentuk hutan tanaman indsutri dengan Universitas Sumatera Utara 30 tanaman utama jenis Eucalyptus spp, sebagai bahan baku utama pabrik penghasil pulp yang dikelolanya. Tanaman Eucalyptus spp termasuk ke dalam divisi Spermathopyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dikotiledon, ordo Myrtales, dan famili Myrtaceae. Tanaman ini umumnya berupa pohon kecil hingga besar dengan tinggi 60-87 M. Batang Utamanya berbentuk lurus, dengan diameter hingga 200 cm. Daun dewasa berseling, kadang-kadang berhadapan dengan buah berbentuk kapsul, kering dan berdingding tipis. Marga Eucalyptus terdiri dari 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia, hanya 2 jenis yang tersebar di wilayah Malanesia. Kayu Eucalyptus digunakan untuk kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus, korek api, pulp, dan kayu bakar. Daun dan cabang dari beberapa jenis Eucalyptus,spp dapat menghasilkan minyak yang merupakan produk penting untuk farmasi, parfum, sabun, ditergen, disinfektan dan pestisida, dan ada beberapa jenis yang bunganya menghasilkan serbuk sari dan nektar yang cocok untuk budidaya madu Sutisna, dkk, 1998. Pada awalnya menurut Damanik 2003, Tanaman Eucalyptus spp menuai kritikan, karena dibeberapa lokasi HTI milik perusahaan PT. TPL Tbk banyak ditemukan tanaman usia 6-7 tahun yang kurus-kurus, bengkok-bengkok, namun ada juga yang besar. Atas kritikan ini Damanik menjelaskan ketika pihaknya mulai menanam Eucalyptus spp di areal HTI pada periode 1987-1990. Hal ini dilakukan dengan prinsip coba-coba yaitu dengan menanam biji tanpa mengenal asal-usul genetik tanaman. Universitas Sumatera Utara 31 Pemeliharaan tanaman HTI yang monokultur adalah mirip dengan pemeliharaan pohontanaman perkebunan. Setelah ditanam, tegakan mungkin memerlukan tindakan penjarangan thinning agar pertumbuhan volume dapat maksimum. Permasalahan yang biasanya muncul pada hutan tanaman adalah ancaman hama dan penyakit, kebakaran. Untuk mengatasi ancaman hama dan penyakit perlu dikembangkan pengendalian manajemen terpadu dengan mengintegrasikan semua kegiatan yang dapat menekan munculnya hamapenyakit seperti pemilihan jenis kayu yang cocok dengan tempat tumbuh, penggunaan bibit unggul yang tahan hamapenyakit dan pemeliharaan tegakan.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Plasma dalam Program HTI Pola PIR